Hasil Ringkasan
58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan ekplorasi teknik dan penelitian dapat ditarik kesimpulan: 1. Bahan sutera ATBM dipilih sebagai bahan karya utama karena memiliki daya serap warna yang paling baik dibandingkan bahan ATBM lainnnya seperti dobi, katun,maupun rami. 2. Zat warna Prosion digunakan karena zat warna ini memiliki ragam warna yang banyak dan dapat dengan mudah mencapai warna yang diinginkan dibandingkan pewarna batik lainnya seperti sol,indigosol maupun pewarna alam. 3. Setelah melalui proses batik, kain sutera ATBM akan mengalami penyusutan sekitar 2 -3cm. 4. Pemilihan Bentuk karya Akhir sebagai Wall hanging sebagai brnda dekoratif dilakukan agar kesan Art deco dapat terlihat dengan jelas,mulai dari desain keseluruhan sampai pendukung karya yang berupa frame. 5. Perbedaan antara warna desain pada kertas dan pada kain disebabkan oleh terbatasnya pencapaian warna oleh zat pewarna tekstil. 6. Terjadi penurunan warna menjadi lebih pudar setelah melalui proses pelorodan,hal ini disebabkan oleh lunturnya zat warna Prosion, karena Zat pewarna ini berbasis air sehingga pada saat proses pelorodan sebagian zat warna menjadi larut oleh air. Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya dipergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 59 7. Zat warna Prosion yang telah dilarutkan air untuk proses pewarnaan hanya dapat digunakan maksimal 2 hari, setelah itu zat warna telah kadaluarsa dan membuat warna yang dihasilkan pada kain menjadi pudar dan pecah. 8. Batik sebagai teknik utama dalam karya Tugas akhir ini dapat mencapai semua bentuk desain yang diinginkan,hal ini lah yang membuat teknik Batik dapat bertahan hingga saat ini, proses batik tidak akan kalah oleh teknik tekstil lainnya. Art deco yang identik dengan kemewahan dan masa kejayaan pada tahun 1920an dengan ornament-ornamen yang eklektik dituangkan dalam Karya Tugas Akhir yang berupa kain batik kontemporer, dapat dikategorikan sebagai bagian dari karya postmodern karena mengambil inspirasi dari masa lampau sekaligus menciptakan pembaharuan pada corak batik. Seperti yang dijelaskan pemerhati seni rupa dari Fakultas Seni Rupa dan Program Pascasarjana Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Suwarno Wisetrotomo bahwa karya seni dapat dijadikan media komunikasi antarbudaya. Karya seni rupa mampu menerobos sekat-sekat pembatas, menciptakan komunikasi antarbangsa dan antarbudaya, serta efek kultural bagi banyak pihak. Batik Kontemporer dengan sumber inspirasi Art Deco menambah alternatif desain batik di Indonesai,bahwa teknik batik dapat digunakan untuk mencapai tema apapun tanpa harus berkaintan dengan unsur-unsur batik.