Hasil Ringkasan
23 BAB III ANALISIS MASALAH III.1 Kelemahan dan Kekuatan Berikut ini adalah analisis kekuatan dan kelemahan topik ‘Visualisasi I La Galigo’: III.1.1 Kekuatan xMerupakan buku visual pertama yang membahas mengenai ‘La Galigo’ dengan fokus pada kehidupan tokoh I La Galigo xWalaupun di Indonesia telah banyak artikel ataupun buku yang membahas mengenai La Galigo, namun belum ada buku yang mengankat kisah itu dengan titik berat pada eksplorasi visual xMerupakan buku visual yang mengangkat kejadian-kejadian yang penting pada cerita tersebut (mengangkat intisari hidup I La Galigo), untuk mempersingkat cerita dan menghindari kejenuhan pembaca. xMemanfaatkan budaya masyarakat Indonesia yang lebih tertarik pada tampilan visual dibandingkan dengan literature. x Mengangkat isu kebudayaan yang saat ini mulai gencar dilaksanakan di Indonesia xMenggunakan gaya gambar modern dengan warna-warna yang merujuk pada naskah asli La Galigo, hingga tetap sesuai dengan perkembangan zaman tapi tidak meninggalkan akar budaya. III.1.2 Kelemahan xMasyarakat Indonesia masih banyak yang belum mengetahui akan La Galigo xKesalahan bentuk penyampaian dan visualisasi akan dapat mengurangi nilai sebenarnya dari cerita tersebut 24 xTelah adanya pementasan teater berskala Internasional berjudul I La Galigo yang dapat membentuk persepsi publik pada cerita tersebut III.2 Tinjauan Terhadap teori, Data dan Fakta Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, La Galigo merupakan salah satu kekayaan budaya sastra Indonesia yang berasal dari suku bangsa Bugis, Sulawesi Selatan. Kekayaan budaya ini perlu dilestarikan dan diperkenalkan kembali kepada masyarkat pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Berdasarkan studi literature dan wawancara pada beberapa narasumber yang pernah bekerja dalam proses visualisasi La Galigo dalam bentuk pementasan teater maka terdapat beberapa fakta yang menarik antara lain: xMasyarakat Bugis saat ini tidak lagi tertutup terhadap La Galigo, mereka ingin agar kekayaan budaya mereka itu dikenal bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Internasional xNaskah La Galigo dalam bentuk lembaran-lembaran lontar saat ini tersebar di museum-museum di luar Indonesia dan di tangan kolektor pribadi dari berbagai belahan dunia xTidak banyak orang yang dapat membaca naskah asli La Galigo yang ditulis dalam bahasa Bugis kuno, bahkan beberapa naskah tidak boleh dibaca oleh sembarang orang dalam sembarang situasi. Diperlukan ritual dan kejadian khusus untuk membaca naskah tersebut. xBagian cerita La Galigo yang paling sakral tidak didokumentasikan dalam bentuk tulisan, hanya dalam bentuk lisan yang disampaikan kepada orang-orang tertentu. xInformasi mengenai La Galigo paling banyak ditemukan di website (tetap kurang lengkap), sementara buku tentang La Galigo (baik dalam bentuk puisi ataupun ringkasan cerita masing-masing episode) sulit ditemukan di toko buku 25 xBuku visual banyak digemari orang karena lebih mudah dan lebih cepat untuk mengamati suatu gambar dibanding membaca teks dalam bahasa yang rumit. Terutama dalam kasus La Galigo yang merupakan cerita yang sangat panjang dan terdiri dari 39 episode. xKesakralan La La Galigo saat ini masih dipegang teguh oleh komunitas Bugis tertentu, dan karenanya ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar dalam penggambaran karakter-karakternya. Hal ini terutama menyangkut warna pakaian. Misalnya, dewa-dewa yang berasal dari dunia atas harus mengenakan pakaian berwarna putih, sementara dewa-dewa dari dunia bawah mengenakan pakaian berwarna hitam. xRiset yang diperlukan untuk menghindari kesalahan pewarnaan itu perlu dilakukan dengan mendalam, seksama dan memerluan waktu yang tidak sedikit. Riset tersebut telah dilakukan oleh Tim Change Performing Arts saat mereka membuat pementasan teater I La Galigo. Untuk menghindari adanya kesalahan dalam asosiasi warna terhadap masing-masing karakter maka penggunaan warna pakaian disamakan dengan asosiasi warna yang dilakukan oleh tim Chang Performing Arts terhadap masing-masing karakter..