33 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Optimasi Formula Kefir Air sebagai Hepatoprotektif Pada tahap optimasi formula kefir air, dilakukan pembuatan 2 formula. Formula yang pertama adalah formula dasar yang umum digunakan oleh masyarakat. Sedangkan formula kedua adalah formula modifikasi yang bertujuan untuk mengurangi membuat kefir air menjadi lebih konsentrat dan diharapkan dapat mengurangi volume pemberian ke hewan dan manusia. Berdasarkan hasil pengukuran parameter fisikokimia, dapat disimpulkan bahwa modifikasi formula kefir air menghasilkan filtrat yang lebih konsentrat dibandingkan dengan formula dasar yang ditandai dengan kadar asam laktat dan alcohol yang lebih tinggi (Tabel IV.1). Tabel IV.1 Perbandingan formula dan parameter fisikokimia kefir air formula dasar dan modifikasi Parameter Formula dasar Formula modifikasi Bibit kefir air (g) 100 100 Sukrosa (g) 6 6 Kismis (g) 2 2 Air (mL) 1000 250 pH 2,88 3,28 Kadar alcohol (%) 0,43 0,7 Kadar asam laktat (%) 0,5 1,1 Perubahan utama dalam formula modifikasi adalah jumlah air yang digunakan (berkurang menjadi 250 mL dari 1000 mL) dan perubahan pH, kadar alkohol, dan kadar asam laktat. pH meningkat dari 2,88 menjadi 3,28, sedangkan kadar alkohol dan asam laktat juga mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satu titik kritis dalam produk fermentasi adalah status kehalalan produk, karena dapat menghasilkan produk samping berupa alkohol. Kadar etanol yang dihasilkan oleh kefir air kurang dari 0,5%. Dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 10 Tahun 2018 tentang Produk Makanan dan Minuman yang Mengandung Alkohol/Etanol menyebutkan bahwa produk minuman hasil fermentasi yang mengandung alkohol/etanol kurang dari 0,5% hukumnya halal, selama dalam prosesnya tidak menggunakan bahan haram dan apabila secara medis tidak membahayakan. 34 Kedua formula ini kemudian dievaluasi efek hepatoprotektifnya (Gambar IV.1). Induksi kerusakan hati akut menggunakan CCl4 hanya meningkatkan kadar SGOT saja, sementara kadar SGPT tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian lain dengan model hewan kerusakan hati akut dan stress sementara (Andres-Hernando et al., 2014; Wang et al., 2014; Lee et al., 2017). Pemberian tunggal CCl4 tidak menyebabkan akumulasi lipid di hati, namun hanya mengakibatkan peningkatan aktivitas SGOT dan akumulasi ROS di hati. Hal ini karena SGOT terlokalisai di mitokondria, sementara SGPT tersebar di sitoplasma. Dalam kasus stress hepatic, akumulasi radikal bebas yang dihasilkan dari metabolisme CCl4 di hati cenderung lebih dahulu menyebabkan kerusakan mitokondria sehingga menyebabkan peningkatan kadar SGOT (Hu, et al., 2014; Shen, et al., 2015). Pola kerusakan bersifat sementara dan akan pulih dengan sendirinya jika sumber stress dihilangkan. a b Gambar IV.1 Kadar SGOT dan SGPT pada hewan yang diinduksi CCl4. (a) Pengobatan dengan kefir air formula dasar; (b) Pengobatan dengan kefir air formula modifikasi. *menunjukkan hasil yang berbeda bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol positif; # menunjukkan hasil yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan kelompok ekstrak temulawak; p