PENGEMBANGAN PEMODELAN SISTEM ENERGI PADA RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KALIMANTAN TIMUR DISERTASI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dari Institut Teknologi Bandung Oleh ANDI JUMARDI NIM: 32218301 (Program Studi Doktor Teknik Perminyakan) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG April 2025 i ABSTRAK PENGEMBANGAN PEMODEL AN SISTEM ENERGI PADA RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KALIMANTAN TIMUR Oleh Andi Jumardi NIM: 32218301 (Program Studi Doktor Teknik Perminyakan) UU No.30/2007 tentang Energi, PP No.79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), dan Perpres No.1/2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) dan Perpres No.22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional adalah sejumlah produk regulasi kebijkan energi nasional yang mengerucut pada RUEN dan turunannya Rencana Umum Energi Daerah (RUED). Perencanaan umum energi sejatinya bertujuan memproyeksi sekaligus menjawab kondisi energi dimasa mendatang melalui pemodelan dan simulasi sistem energi. Pemodelan yang dilakukan Kalimantan Timur dan sejumlah daerah lainnya pada penyusunan RUED, umumnya menggunakan paradigma dan asumsi yang sama seperti halnya penyusunan RUEN. Kondisi ini tentu tidak relevan karena masing- masing daerah memiliki karakteristik yang berbeda, utamanya pada sisi ketersediaan dan potensi energi lokal, serta pada sisi pola konsumsi energi berdasarkan sektor pengguna. Oleh karena itu, analisis tabel Input-Output sebagai sebuah pendahuluan dalam menangkap peran sektor industri, terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah secara makro, menjadi sangat penting dilakukan dalam membangun model sistem energi. Disamping itu, screening terhadap sejumlah pemodelan sistem energi secara kualitatif, sama pentingnya untuk dilakukan agar didapat model yang relevan. Sehingga, hasil yang diperoleh dalam perencanaan umum energi daerah, dengan visi membangun ketahanan energi melalui pemanfaatan sumber energi lokal secara optimal menjadi relevan. Tabel Input-Output disusun berdasarkan interaksi 17 sektor industi utama dan diturunkankan menjadi 52 sub sektor. Diperoleh hasil analisis bahwa sektor Pertambangan dan Lignit menjadi industri yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB, dengan porsi 43% dari total nilai tambah bruto, dan diikuti setelahnya industri Pengolahan Batubara dan Minyak dan industri Pertambangan Migas. Selanjutnya, industri prioritas berdasarkan nilai Index Forward Linkage dan Index Backward Lingkage tertinggi jatuh pada 3 sektor kunci yaitu industri Pengolahan, industri Pengadaan Listrik dan Gas dan industri Transportasi dan Pergudangan. Adapun pada tahap pemilihan model berdasarkan hasil screening sejumlah pemodelan sistem energi yang eksis digunakan di dunia pemodelan energi, khususnya pada negara berkembang, membuktikan bahwa Dinamika Sistem adalah pemodelan yang paling relevan untuk digunakan dalam penyusunan bauran ii energi Kalimantan Timur, dengan paradigma bottom-up dan pendekatan demand side sebagai modeling approach. Kombinasi metode top-down pada awal pemodelan berupa tabel I-O, dan bottom-up dalam membangun model menjadi tahapan yang komprehensif untuk menghasilkan proyeksi bauran energi 2060 yang lebih akurat pada skala regional. Adapun pengembangan model melalui perbandingan skenario semakin melengkapi pemodelan sistem energi pada penelitian ini. Hasil proyeksi kebutuhan energi Kalimantan Timur pada tahun 2060 berdasarkan skenario BaU adalah 34 juta TOE, dan total pasokan sebesar 36,4 juta TOE yang terdiri atas bauran energi primer berupa minyak bumi 31%, gas bumi 63%, batubara 5,5% dan EBT 0,4%, dan menghasilkan 71 juta ton emisi CO 2. Skenario IKN yang dibangun dengan asumsi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% per tahun memproyeksi kebutuhan energi pada tahun 2060 sebesar 41 juta TOE, lebih besar dari BaU, dengan persentase pemanfaatan EBT terhadap bauran energi primer sebesar 0,42% dan menghasilkan 80 juta ton CO 2. Sementara itu skenario RK pada tahun yang sama memproyeksikan kebutuhan energi 36,3 juta TOE, hampir setara dengan BaU karena menggunakan asumsi yang sama, tetapi menghasilkan lebih sidikit CO 2 yaitu 58 juta ton atau 18% lebih kecil, dengan total pemanfaatan EBT 4,08% terhadap bauran energi disebabkan implementasi kebijakan NZE 2060 melalui pengurangan pemakaian batubara, pemanfaatan CCS dan peningkatan penggunaan EBT pada sektor tertentu. Kata kunci: Bauran Energi, Bottom-Up, Emisi CO 2, Kalimantan Timur, Kebutuhan Energi, Pemodelan Sistem Energi, RUED. iii ABSTRACT THE DEVELOPMENT OF ENERGY SYSTEM MODELING IN THE GENERAL PLANNING OF ENERGY OF EAST KALIMANTAN REGION By Andi Jumardi NIM: 32218301 (Doctoral Program in Petroleum Engineering) Constitution (UU) No.30/2007 about Energy, Government Regulation (PP) No.79/2014 about National Energy Policy (KEN), and Presidential Regulation No.1/2014 about Drafting Guidelines of General Planning of National Energy (RUEN) and Presidential Regulation No.22/2017 about RUEN are a number of regulatory products about National Energy Policy (KEN) that are focused in General Planning of National Energy (RUEN) and its derivatives, General Planning of Regional Energy (RUED). The general planning of energy basically aims to project and also resolve future energy problems through simulating and modeling energy systems. Modeling that is used in East Kalimantan and a number of regions for RUED preparation generally uses the same assumptions and paradigm as RUEN preparation. That condition is certainly irrelevant because every region has different criteria, especially in the availability and potency of local energy and the consumption behavior of energy in consumer sectors. Therefore, Input Output Table analysis as an introduction to capturing the leverage of the industrial sector on the macroeconomic growth of a region is very important in energy system modeling. Furthermore, the qualitative screening of a number of energy system models is also important in order to obtain relevant models. Thus, the result of the general planning of regional energy with an insight into energy security development through optimal utilization of local resources is also relevant. The Input-Output table is compiled based on the interaction of 17 leading industrial sectors and is broken down into 52 sub-sectors. The results of the analysis show that the Mining and Lignite sectors are the industries that contribute the most to GRDP, with a portion of 43% of the total gross value added, followed by the Coal and Oil Processing industry and the Oil and Gas Mining industry. Furthermore, priority industries based on the highest Forward Linkage Index and Backward Linkage Index values fall into 3 key sectors, namely the Processing industry, the Electricity and Gas Supply industry, and the Transportation and Warehousing industry. As for the model selection stage based on the screening results of a number of existing energy system models used in the world of energy modeling, especially in developing countries, it proves that System Dynamics is the most relevant modeling to be used in compiling the East Kalimantan energy mix, with a iv bottom-up paradigm and a demand-side approach as a modeling approach. The combination of top-down methods at the beginning of modeling in the form of the I-O Table and bottom-up in building the model becomes a comprehensive stage to produce a more accurate 2060 energy mix projection on a regional scale. The development of the model through scenario comparison further complements the energy system modeling in this study.