Hasil Ringkasan
BAB 6 Fadhillah Azhar

Jumlah halaman: 9 · Jumlah kalimat ringkasan: 45

115 Bab VI Kesimpulan VI.1 Temuan Studi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan temuan studi sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis data Google Popular Times, dari tiga lokasi penelitian makro yang dianalisis untuk mendukung strategi optimalisasi ruang terbuka publik, Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku tercatat sebagai lokasi tersibuk setiap harinya. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa aktivitas yang paling dominan dilakukan oleh responden di ruang terbuka publik Kawasan Perkotaan Batusangkar adalah berolahraga, diikuti oleh bersantai atau rekreasi. 2. Hasil observasi menunjukkan Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku memiliki potensi sebagai ruang terbuka publik yang dimanfaatkan untuk peningkatan aktivitas fisik karena didukung dengan pencahayaan alami dan pemandangan alam yang menarik, namun kondisi eksisting fasilitas, aksesibilitas, kenyamanan, keamanan, serta fungsionalitas kawasan secara menyeluruh masih menghadapi berbagai keterbatasan. 3. Pentingnya keberadaan ruang terbuka publik tercermin dari hasil kuesioner, di mana 62,4% responden menyatakan bahwa ruang terbuka publik di Kawasan Perkotaan Batusangkar sangat penting dalam mendukung kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat. Namun, terdapat perbedaan persepsi terkait fasilitas yang tersedia untuk mendukung aktivitas fisik, dimana 37,2% responden menilai fasilitas olahraga sudah memadai, sedangkan 36,5% lainnya menganggap bahwa fasilitas tersebut masih kurang mendukung kebutuhan pengunjung. Kebersihan dan sarana olahraga menjadi preferensi utama responden terhadap aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku. 4. Analisis regresi lebih lanjut mengidentifikasi bahwa fasilitas dan kenyamanan adalah dua faktor yang memiliki signifiknsi tinggi dalam mempengaruhi frekuensi kunjungan ke Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku. 5. Frekuensi responden mengunjungi ruang terbuka publik baik yang berada di Kawasan Perkotaan Batusangkar maupun di Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku, adalah 1 hingga 3 kali dalam enam bulan terakhir. Jumlah ini menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan ruang terbuka publik masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil analisis 116 yang telah dilakukan dirumuskan strategi optimalisasi dengan peningkatan faktor utama kenyamanan dan fasilitas, peningkatan aspek lain yang mendukung, serta monitoring dan evaluasi VI.2 Kesimpulan Penelitian ini didasarkan pada pentingnya penyediaan ruang terbuka publik sebagai sarana yang dapat mendukung gaya hidup sehat dan peningkatan aktivitas fisik. Fenomena meningkatnya penyakit tidak menular akibat kurangnya aktivitas fisik menjadi latar belakang utama perlunya optimalisasi pemanfaatan ruang terbuka publik, khususnya di Kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil kuesioner, pemanfaatan ruang terbuka publik di Kabupaten Tanah Datar, khususnya di Kawasan Perkotaan Batusangkar masih tergolong rendah. Dengan aktivitas yang paling dominan adalah berolahraga, lalu bersantai atau rekreasi. Berdasarkan hasil analisis data Google Popular Times, Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku tercatat sebagai ruang terbuka publik tersibuk setiap harinya. Hal ini menunjukkan potensi besar lokasi ini sebagai ruang terbuka publik yang dapat dikembangkan untuk pengembangan aktivitas fisik. Pemanfaatan lokasi saat ini hanya terbatas pada kegiatan tahunan pacuan kuda dan minimnya fasilitas yang menunjang aktivitas fisik, padahal sebagai bagian dari kawasan strategis kabupaten dari sudut pandang sosial budaya, pemanfaatan ruang terbuka publik yang dirancang dengan multifungsi ketika tidak dimanfaatkan untuk kegiatan utamanya dapat mendukung pengembangan kota berkelanjutan (Zivkovic et al., 2019). Temuan penelitian berdasarkan hasil observasi mengonfirmasi bahwa meskipun kawasan ini memiliki potensi besar dengan pencahayaan alami yang baik dan pemandangan alam yang menarik, masih terdapat banyak tantangan yang perlu diperhatikan dalam pengembangannya. Secara aksesibilitas, Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku memiliki jalan utama yang memadai, namun belum terdapat pemisahan jalur antara kendaraan, pejalan kaki, dan pesepeda, serta area parkir yang tidak tertata dengan baik. Dari aspek keamanan, meskipun pencahayaan alami cukup baik, penerangan buatan terbatas, dan tidak terdapat pos keamanan, petugas, maupun CCTV, yang berpotensi menurunkan rasa aman pengunjung (Crowe, 2000; Schneider & Kitchen, 2007). Aspek kenyamanan juga masih perlu ditingkatkan, dengan kondisi tempat duduk dan shelter yang kurang terawat, serta 117 keterbatasan fasilitas dasar seperti toilet dan tempat sampah. Meskipun kawasan ini memiliki elemen alam yang menarik, konsep desain kawasan ruang masih belum terlihat jelas, dan tidak tersedia fasilitas interaktif seperti taman bermain atau area olahraga, yang penting dalam meningkatkan keterlibatan pengunjung dalam aktivitas fisik. Berdasarkan persepsi responden, Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku memiliki aksesibilitas yang baik bagi pengguna kendaraan pribadi, pesepeda, dan pejalan kaki, tetapi masih menghadapi keterbatasan dalam akses transportasi umum. Selain itu, 42,3% responden menilai aksesibilitas bagi penyandang disabilitas masih kurang memadai. Dari segi elemen visual dan lanskap, mayoritas responden menilai bahwa kawasan ini memiliki pemandangan alam yang menarik, meskipun dari segi desain kawasan dianggap masih belum optimal dalam mendukung aktivitas fisik. Keamanan di siang hari umumnya dinilai cukup baik, terutama untuk aktivitas sendirian, berjalan kaki, dan parkir, tetapi terdapat kekhawatiran terhadap keamanan di malam hari, serta keberadaan hewan yang menimbulkan persepsi risiko bagi sebagian pengunjung. Kawasan ini dianggap cukup nyaman untuk berbagai aktivitas, namun keterbatasan fasilitas pendukung seperti toilet yang sulit ditemukan, tempat sampah yang tidak tersedia, serta kebersihan yang kurang terjaga menjadi kendala utama yang menurunkan kualitas pengalaman pengguna. Shelter dan tempat duduk yang tersedia juga dinilai kurang memadai, sehingga tidak sepenuhnya mendukung fungsi rekreasi dan aktivitas fisik. Meskipun sebagian besar responden menilai bahwa fasilitas yang tersedia masih kurang memadai untuk aktivitas fisik, kawasan ini tetap memiliki potensi dalam mendukung keberagaman aktivitas publik. Isu utama yang paling sering disebutkan dalam preferensi responden adalah kebersihan, keamanan, ketersediaan sarana olahraga, serta fasilitas yang ramah anak dan penyandang disabilitas. Analisis regresi lebih lanjut mengidentifikasi bahwa fasilitas dan keamanan adalah dua faktor memiliki signifikansi tinggi dalam mempengaruhi frekuensi kunjungan ke Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku. Hal ini menunjukkan bahwa pengunjung cenderung lebih sering beraktivitas pada lokasi ini jika kawasan tersebut nyaman, baik dari segi fasilitas, kebersihan, maupun pengelolaan kawasan. Pengunjung akan lebih termotivasi untuk datang jika fasilitas yang tersedia terjangkau, memadai dan sesuai dengan kebutuhan mereka. 118 Berdasarkan temuan tersebut, kemudian dirumuskan strategi optimalisasi yang mencakup beberapa aspek utama, yaitu peningkatan fasilitas dasar, peningkatan infrastruktur aktivitas fisik, pengelolaan parkir, peningkatan keamanan, aksesibilitas inklusif untuk disabilitas, serta pengelolaan berkelanjutan. Dengan implementasi strategi ini, diharapkan Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku dapat menjadi ruang terbuka publik yang lebih inklusif, nyaman, aman, dan fungsional, sesuai dengan kebutuhan dan preferensi pengguna, serta dapat berkontribusi dalam meningkatkan gaya hidup aktif masyarakat di Kabupaten Tanah Datar. VI.3 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis untuk merumuskan strategi optimalisasi ruang terbuka publik di Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku, dirumuskan rekomendasi yang ditujukan untuk pemangku kepentingan terkait, baik pemerintah, komunitas lokal dan sektor swasta. Berikut adalah rekomendasi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemanfaatan kawasan ini sebagai sarana pendukung aktivitas fisik masyarakat: 1. Pemerintah daerah dan dinas terkait a) Peningkatan Fasilitas Dasar - Melakukan perbaikan dan perawatan fasilitas dasar, seperti tempat duduk yang nyaman, shelter atau area berteduh, serta pengaktifan toilet yang saat ini terkunci. - Menyediakan tempat sampah di titik-titik strategis untuk menjaga kebersihan kawasan, sesuai dengan preferensi responden yang menilai kebersihan sebagai faktor penting dalam pemanfaatan ruang terbuka publik. b) Peningkatan Infrastruktur Untuk Aktivitas Fisik - Membuat jalur khusus pejalan kaki dan pesepeda yang terpisah dari jalur kendaraan bermotor, sehingga pengunjung dapat beraktivitas dengan lebih aman dan nyaman. - Menyediakan fasilitas olahraga sederhana, seperti jogging track, alat fitnes outdoor, atau lapangan multifungsi yang dapat digunakan untuk berbagai aktivitas fisik. 119 - Menyediakan ruang interaktif, seperti taman bermain anak dan fitur yang dapat dipindahkan, seperti kursi lipat dan meja piknik, untuk menciptakan ruang yang lebih fleksibel dan menarik. c) Peningkatan Keamanan - Memasang penerangan buatan di titik-titik strategis untuk mendukung aktivitas pada sore dan malam hari, sesuai dengan kekhawatiran responden mengenai keamanan di luar jam sibuk. - Menyediakan CCTV di area-area vital sebagai upaya pengawasan dan pencegahan tindak kejahatan. - Menempatkan pos keamanan yang dijaga oleh petugas secara bergantian, khususnya pada jam-jam ramai pengunjung, untuk meningkatkan rasa aman di kawasan. d) Meningkatkan Aksesibilitas dan Inklusivitas - Menyediakan fasilitas ramah disabilitas, seperti jalur landai, pegangan tangan di sepanjang jalur, serta papan informasi yang ramah bagi pengunjung dengan kebutuhan khusus. - Memastikan bahwa fasilitas yang disediakan terjangkau dan lokasi dapat diakses oleh seluruh kelompok usia, termasuk anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas. e) Pengelolaan Kawasan yang Berkelanjutan - Melakukan pemeliharaan rutin terhadap fasilitas dan infrastruktur untuk memastikan bahwa semua fasilitas tetap dalam kondisi baik dan dapat digunakan secara optimal. - Melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan kawasan, baik dalam hal pemeliharaan, pengawasan, maupun penyelenggaraan kegiatan di ruang publik. - Mengadakan program edukasi atau kampanye kesadaran lingkungan untuk mendorong partisipasi pengunjung dalam menjaga kebersihan dan ketertiban kawasan. f) Pemantauan dan Evaluasi Berkala 120 - Melakukan survei kepuasan pengunjung secara berkala untuk mengukur efektivitas perbaikan yang telah dilakukan dan mengidentifikasi kebutuhan pengembangan lebih lanjut. - Menyusun mekanisme pelaporan kerusakan fasilitas, sehingga perbaikan dapat dilakukan dengan cepat untuk menjaga kualitas kawasan. 2. Masyarakat dan Komunitas Lokal a) Pemeliharaan dan Pengawasan Partisipatif - Berpartisipasi dalam program kebersihan dan pengelolaan fasilitas untuk memastikan keberlanjutan kawasan. - Membantu dalam pengawasan keamanan dan ketertiban lingkungan, seperti melaporkan kerusakan fasilitas atau pelanggaran tata tertib. b) Mendorong Partisipasi Masyarakat - Mengadakan kegiatan komunitas, seperti senam bersama, festival olahraga, dan pasar kreatif untuk meningkatkan daya tarik dan keterlibatan masyarakat. - Memberdayakan pelaku usaha lokal dengan menyediakan area yang tertata bagi pedagang kecil, tanpa mengganggu fungsi utama ruang terbuka publik. 3. Sektor Swasta dan Mitra Kerjasama a) Dukungan Infrastruktur dan Fasilitas - Mendorong kemitraan dengan pihak swasta untuk investasi dalam fasilitas olahraga, pencahayaan, dan teknologi keamanan seperti pemasangan CCTV. - Mengembangkan model kerja sama Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung program revitalisasi ruang terbuka publik. b) Sponsorship dan Kolaborasi dalam Event - Melibatkan sektor swasta dalam penyelenggaraan kegiatan seperti kompetisi olahraga, festival budaya, atau acara edukatif untuk meningkatkan daya tarik ruang publik. - Mengembangkan konsep ruang kreatif atau area interaktif yang dapat disponsori oleh pihak swasta untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat. 121 VI.4 Kelemahan Penelitian Setiap penelitian memiliki batasan yang dapat memengaruhi hasil dan interpretasi temuan yang diperoleh, termasuk juga dalam penelitian ini. Meskipun penelitian telah dilakukan secara sistematis dengan pendekatan yang sesuai, terdapat beberapa kelemahan yang perlu diakui, baik dari segi batasan variabel penelitian, keterbatasan cakupan studi, kendala dalam pengumpulan data, keterbatasan dalam analisis statistik, serta metode perumusan strategi yang digunakan. 1. Keterbatasan Variabel Penelitian Penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku untuk mendukung aktivitas fisik, tanpa mengkaji aspek lain seperti fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan yang juga dapat berkontribusi terhadap optimalisasi ruang terbuka publik. Pendekatan yang lebih komprehensif terhadap variabel-variabel ini diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh mengenai potensi pengembangan kawasan. 2. Keterbatasan Cakupan Studi Penelitian ini hanya mencakup tiga ruang terbuka publik di Kawasan Perkotaan Batusangkar, yaitu Taman Pagaruyung, Lapangan Cindua Mato, dan Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku. Selain itu, analisis pola aktivitas di lokasi tersebut menggunakan Google Popular Times sebagai sumber data alternatif karena keterbatasan waktu pengumpulan data di lapangan. Metode ini memiliki keterbatasan dalam menunjukkan jumlah pengunjung yang sebenarnya dan mungkin bias karena hanya mengandalkan data dari pengguna smartphone (Santiago-Iglesias et al., 2023). 3. Kendala dalam Pengumpulan Data Dalam proses pengumpulan data, wawancara yang sebelumnya direncanakan untuk memperoleh dokumen perencanaan terkait pengelolaan ruang terbuka publik tidak dapat terlaksana. Kunjungan ke dinas terkait tidak membuahkan hasil karena dokumen yang dimaksud tidak tersedia, sehingga skrip wawancara yang telah disiapkan tidak dapat digunakan sebagai bagian dari metode penelitian. Dari jumlah target sampel penelitian yang direncanakan, hanya 274 responden (71% dari target awal) yang berhasil dikumpulkan. Keterbatasan ini disebabkan oleh faktor cuaca, keterbatasan tenaga pengumpul data, serta durasi penelitian yang hanya berlangsung selama satu 122 bulan, yang mengakibatkan cakupan responden tidak dapat menjangkau populasi target secara optimal. 4. Keterbatasan dalam Analisis Statistik Analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai R-squared hanya sebesar 0,1317, yang berarti variabel independen dalam penelitian ini hanya mampu menjelaskan 13,17% dari variasi variabel dependen (frekuensi kunjungan). Untuk mengatasi permasalahan heterokedastisitas dan autokorelasi, analisis dilakukan menggunakan metode Robust pada perangkat lunak STATA. Namun, nilai R-squared yang rendah menunjukkan bahwa masih terdapat faktor-faktor lain yang belum dianalisis tetapi berpotensi memengaruhi frekuensi kunjungan secara signifikan. 5. Keterbatasan dalam Perumusan Strategi Strategi optimalisasi dalam penelitian ini dirumuskan menggunakan pendekatan deskriptif, yang meskipun dapat menggambarkan kondisi eksisting dan preferensi responden, belum menerapkan metode pembobotan yang lebih sistematis. Kelemahan-kelemahan ini dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan pendekatan yang lebih luas dan mendalam dalam menganalisis ruang terbuka publik. VI.5 Saran Studi Lanjutan Berdasarkan kelemahan penelitian yang telah diidentifikasi, berikut adalah beberapa saran untuk studi lanjutan guna meningkatkan kualitas dan cakupan analisis mengenai optimalisasi ruang terbuka publik di Gelanggang Pacuan Kuda Dang Tuanku: 1. Perluasan Variabel dan Pendekatan Multidisiplin Penelitian lanjutan disarankan untuk mengintegrasikan variabel lain yang dapat memengaruhi optimalisasi ruang terbuka publik, seperti fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan. Analisis terhadap aspek sosial dapat mencakup bagaimana interaksi masyarakat terbentuk di ruang publik, sementara aspek ekonomi dapat mengevaluasi dampak keberadaan ruang terbuka terhadap aktivitas ekonomi lokal. 2. Perluasan Cakupan Wilayah Studi Studi ini terbatas pada tiga ruang terbuka publik di Kawasan Perkotaan Batusangkar, sehingga penelitian mendatang disarankan untuk memperluas cakupan wilayah 123 dengan mempertimbangkan lebih banyak lokasi yang memiliki karakteristik berbeda. Hal ini akan memungkinkan perbandingan lebih komprehensif dalam memahami pola pemanfaatan ruang terbuka publik di berbagai konteks perkotaan. 3. Optimalisasi Metode Pengumpulan Data Untuk meningkatkan akurasi dan kedalaman informasi, kerja sama dengan dinas terkait, komunitas lokal, dan akademisi dapat dilakukan sejak tahap awal untuk memastikan ketersediaan dokumen perencanaan dan data pendukung yang relevan. Untuk meningkatkan validitas hasil penelitian, studi selanjutnya sebaiknya menargetkan jumlah responden yang lebih besar dan lebih representatif. Selain itu, metode pengumpulan data yang lebih fleksibel, seperti survei daring dan tatap muka secara simultan, juga diharapkan dapat membantu mengatasi kendala cuaca dan keterbatasan tenaga pengumpul data. 4. Penggunaan Metode Analisis Statistik yang Lebih Mendalam Hasil regresi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R-squared hanya sebesar 13,17%, yang mengindikasikan bahwa masih terdapat faktor lain yang belum dianalisis tetapi berpengaruh terhadap frekuensi kunjungan. Oleh karena itu, studi lanjutan disarankan untuk menggunakan model analisis yang lebih kompleks, seperti regresi berganda dengan lebih banyak variabel prediktor, atau pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) yang dapat mengukur hubungan antar variabel secara lebih mendalam.