1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Reumatoid artritis (RA) adalah suatu penyakit muskuloskeletal kronis yang terjadi pada sendi dan lapisan sinovial yang dapat menyebabkan peradangan, kekakuan, dan artralgia yang mengakibatkan perburukan dan kerusakan pada sendi dan dapat mengurangi mobilitas. Jika terjadi terus menerus dan tidak diobati akan menyebabkan kecacatan dan bahkan berujung kematian (Naqvi dkk, 2020). Reumatoid artritis merupakan suatu penyakit kronis dengan gejala klinis berupa kekakuan di pagi hari pada persendian yang berlangsung selama lebih dari 30 menit, kelelahan, demam, penurunan berat badan, pembengkakan sendi, kelainan bentuk sendi, keterbatasan aktivitas fisik sehingga dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup (Bullock dkk, 2018). Angka kejadian penyakit reumatoid artritis menurut data WHO tahun 2016 adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% pasien berusia 5-20 tahun dan 20% berusia 55 tahun. Menurut Kemenkes, pada tahun 2018 jumlah pasien reumatoid artritis di Indonesia mencapai 7,30%. Angka kejadian penyakit reumatoid artritis pada tahun 2019 terjadi peningkatan dalam 3 tahun terakhir yaitu 91.098 di tahun 2017, sebanyak 98.679 di tahun 2018 dan 102.995 di tahun 2019 serta berada pada posisi ke-3 dari 10 urutan penyakit terbanyak di Indonesia. Reumatoid artritis memerlukan pengobatan jangka panjang dan kepatuhan penggunaan obat sangat dibutuhkan untuk pengendalian penyakit dan pencegahan komplikasi (Alsaqabi dkk, 2020). Apabila tidak diobati dengan tepat, dapat mengakibatkan nyeri sendi secara terus menerus dan berulang, kelainan bentuk sendi yang tidak dapat diperbaiki, dan kecacatan yang dapat menyebabkan perburukan kualitas hidup pasien (Katchamart dkk, 2019). Kepatuhan penggunaan obat yang rendah adalah salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi dan terus menerus terjadi. Pasien reumatoid artritis tergolong memiliki kepatuhan penggunaan obat yang rendah sehingga mengakibatkan perburukan kesehatan. Perlu adanya peningkatan kepatuhan penggunaan obat agar 2 dapat meningkatkan efektivitas terapi (Marengo dan Suarez, 2015). WHO menyatakan bahwa meningkatkan kepatuhan penggunaan obat dapat menghasilkan manfaat kesehatan dan ekonomi. Pada pasien reumatoid artritis terjadinya penurunan kualitas hidup di beberapa domain, seperti kesehatan fisik, status psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (Malm dkk, 2017). Katchamart dkk (2019) menyatakan bahwa keparahan penyakit dan gangguan psikologis berdampak negatif terhadap kualitas hidup pasien reumatoid artritis. Zioga, dkk (2016) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa kepatuhan penggunaan obat pada pasien penyakit kronis seperti diabetes dapat meningkatkan kualitas hidup dan sebaliknya, juga dapat meningkatkan pengendalian penyakit, dan mengurangi terjadinya komplikasi.