Hasil Ringkasan
1 BAB I. Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kebutuhan energi sekarang ini terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan industri disetiap sektor ekonomi. Hal ini juga tak terpisahkan dengan energi listrik yang juga merupakan salah satu kebutuhan setiap orang. Pertumbuhan kebutuhan energi tersebut tidak sejalan dengan ketersediaan sumber energi. Saat sekarang ini, sumber energi di Indonesia sebagian besar masih sangat tergantung pada energi fosil, dimana sumber energi fosil tersebut semakin menipis dan kemungkinan dalam waktu yang akan datang, tidak cukup lagi untuk memenuhi permintaan energi yang dibutuhkan. Adapun jenis pembangkit listrik masih didominasi oleh pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG). Meskipun terdapat peningkatan pada pemanfaatan sumber energi terbarukan pada 5 tahun terakhir, pada saat ini masih didominasi oleh pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil. Gambaran umum kondisi kapasitas terpasang PLN menurut jenis Pembangkit Listrik di Indonesia pada tahun 2022 menurut data dari BPS diperlihatkan pada Gambar I.1 Gambar I.1 Grafik Kapasitas terpasang PLN menurut jenis Pembangkit Listrik di Indonesia pada tahun 2022 (BPS, 2022) Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 2 Dari gambar diatas terlihat bahwa kapasitas pembangkit berbahan bakar fosil didominasi oleh PLTU dengan kapasitas terpasang 37,2 GW dari kapasitas total pembangkit fosil 63,5 GW. Berdasarkan data dari BPS dari tahun 2020-2022, juga diketahui ada peningkatan kapasitas pembangkit EBT, namun juga untuk pembangkit listrik berbahan bakar fosil juga terdapat peningkatan, khususnya pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas. Meskipun, biaya pokok produksi lebih tinggi, namun keberadaan PLTG/GU/MG tidak dapat diabaikan begitu saja. Kemampuan terhadap respon perubahan beban yang lebih cepat dari pada PLTU merupakan salah satu keunggulan PLTG/GU/MG dan PLTD. Khususnya pada daerah Isolated, pembangkit listrik dengan respon yang cepat terhadap fluktuasi dan recovery beban masih sangat diperlukan untuk penopang kelistrikan untuk penduduk. Sehingga pembangunan pembangkit listrik dengan respon perubahan beban yang cepat merupakan salah satu solusi yang efektif. Tabel I.1 Kapasitas terpasang PLN menurut jenis Pembangkit Listrik di Indonesia pada tahun 2022 (BPS, 2022) PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas) merupakan mesin pembangkit listrik yang pada umumnya menggunakan dua jenis bahan bakar yaitu gas alam (natural gas) dan minyak diesel (HSD/MFO). Namun ada juga yang tipe gas engine, salah satunya yaitu pada mesin PLTMG Tarakan yang hanya dapat Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 3 menggunakan satu jenis bahan bakar, yaitu gas alam (natural gas). Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas menawarkan beberapa keunggulan, seperti kemampuan untuk beroperasi dengan berbagai jenis bahan bakar gas, waktu startup yang singkat, dan kemampuan untuk beroperasi dalam mode baseload atau peaking. Dalam konteks ini, Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas telah terbukti menjadi solusi yang efektif dalam menyediakan listrik yang andal dan fleksibel. Namun demikian, terdapat energi yang tidak termanfaatkan lewat gas buang (exhaust gas) dengan melihat data pada PLTMG Tarakan yang menunjukkan temperatur gas buang sekitar 450-540°C, dimana temperatur tersebut masih cukup tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih tinggi dan juga mengurangi dampak lingkungan, penerapan teknologi tambahan seperti Organic Rankine Cycle (ORC) dianggap sebagai langkah maju dalam memaksimalkan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas. ORC adalah siklus termal yang menggunakan fluida kerja organik, bukan air, untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan energi mekanik.