Hasil Ringkasan
EVALUASI KINERJA DAN REHABILITASI SEISMIK GEDUNG PERKANTORAN EKSISTING MENGGUNAKAN LEAD RUBBER BEARING (LRB) DAN CARBON REINFORCED POLYMER (CFRP) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh Najmi Nabila Sugiarto NIM: 25021003 (Program Studi Magister Teknik Sipil) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Januari 2025 Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya dipergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian ABSTRAK EVALUASI KINERJA DAN REHABILITASI SEISMIK GEDUNG PERKANTORAN EKSISTING MENGGUNAKAN LEAD RUBBER BEARING (LRB) DAN CARBON REINFORCED POLYMER (CFRP) Oleh Najmi Nabila Sugiarto NIM: 25021003 (Program Studi Magister Teknik Sipil) Bangunan yang dirancang menggunakan standar terdahulu, seringkali memiliki perbedaan dalam parameter desain dengan standar terbaru, termasuk persyaratan material dan ketahanan seismik. Salah satu aspek yang mengalami perubahan signifikan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) mengenai peraturan perancangan bangunan tahan gempa adalah demand gempa dan syarat kuat tekan beton minimum yang digunakan. Dalam SNI 1726:2002, demand gempa yang digunakan merupakan gempa dengan perioge ulang 500 tahun, yang berarti peluang terjadinya gempa adalah 10% dalam 50 tahun. Sedangkan dalam SNI 1726:2019 demand gempa yang digunakan merupakan gempa dengan periode ulang 2500 tahun, yang artionya peluang terjadinya gempa tersebut adalah 2% dalam 50 tahun. Untuk persyatatan kuat tekan beton minimum yang disyaratkan dalam SNI 1726:2002 adalah sebesar 25 MPa jauh lebih kecil dibangingkan persyaratan kuat tekan minimum yang disyaratkaan dalam SNI 2716:2019, yaitu sebesar 28 MPa. Adanya perbedaan regulasi ini menenunjukkan perlu diadakan evaluasi kinerja terhadap bangunan eksisting untuk menentukan apakah bangunan tersebut masih memenuhi persyaratan kinerja dengan standar yang lebih baru. Dalam konteks bangunan eksisting, evaluasi tidak dapat dilakukan terhadap regulasi untuk perancangan yang terbaru, tetapi harus mengacu pada standar yang dirancang khusus untuk analisis dan perkuatan struktur yang sudah berdiri. ASCE 41-17 merupakan standar yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja bangunan eksisting terhadap beban gempa berdasarkan pendekaran berbasis kinerja (performance based design). Standar ini memungkinkan penilaian apakah suatu struktur masih layak digunakan atau perlu diperkuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja bangunan eksisting yang dirancang berdasarkan SNI 1726:2002 menggunakan metode evaluasi yang sesuai untuk bangunan eksisting, yaitu berdasarkan ASCE 41-17. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan solusi rehabilitasi seismik yang dibutuhkan oleh bangunan eksisting, sehingga bangunan tersebut memenuhi persyaratan yang disyaratkan oleh ASCE 41-17. Dalam hal ini, rehabilitasi seismik yang diterapkan adalah Lead Rubber Bearing (LRB) dan Carbon Fiber Reinforced Polymer Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB : Hanya dipergunakan di area kampus ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian (CFRP). LRB dipilih untuk meningkatlan ketahanan global bangunan terhadap gempa dengan mengurangi gaya geser dasar dan perpindahan antar lantai, sementara CFRP digunakan untuk meningkatkan kekuatan pada elemen-elemen tertentu untuk meningkatkan kapasitas lentur, geser dan aksialnya. Pemodelan dilakukan menggunakan perangkat lunak ETABS, dengan mempertimbangkan beban gravitasi yang terdiri dari berat sendiri bangunan, beban mati tambahan, serta beban hidup. Analisis dilakukan dengan dua metode utama, yaitu analisis respon spektrum dan analisis pushover. Analisis respon spektrum digunakan sebagai langkah awal (preliminary check) untuk mengevaluasi Demand- Capacity Ratio (DCR) dari bangunan eksisting. Sementara analisis pushover dilakukan untuk mengevaluasi kinerja struktur terhadap beban lateral yang meningkat secara bertahap hingga mencapai kondisi inelastik. Hasil analisis pushover berupa kurva gaya geser dasar terhadap perpindahan, yang kemudian dikonversi ke dalam format Acceleration Displacecment Response Spectrum (ADRS). Kurva kapasitas dalam format ADRS ini dibandingkan dengan kurva demand gempa, dan titik potong dari kedua kurva tersebut disebut sebagai performance point. Pada titik ini dilakukan evaluasi terhadap tingkat sendi plastis yang terbentuk untu menentukan apakah bangunan eksisting masih memenuhi acceptance criteria sesuai dengan ASCE 41-17.