Hasil Ringkasan
119 BAB VI. Kesimpulan Bab ini berfokus pada analisis hasil penelitian yang dilakukan untuk memahami tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas publik di wilayah penelitian. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola distribusi spasial aksesibilitas, mengevaluasi tingkat kemudahan masyarakat dalam menjangkau fasilitas publik, dan mengungkap kesenjangan aksesibilitas, khususnya di kawasan permukiman kumuh. VI.1 Temuan Studi Sub bab ini menyajikan temuan-temuan utama dari penelitian yang telah dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian. Temuan ini mencakup analisis distribusi spasial fasilitas publik, radius pelayanan, perhitungan indeks akesibilitas dan keterkaitan antara tingkat aksesibilitas dengan distribusi masyarakat miskin di Jakarta Selatan. Hasil studi mengungkap ketimpangan signifikan dalam distribusi fasilitas publik antarwilayah, di mana wilayah dengan indeks aksesibilitas rendah cenderung memiliki konsentrasi masyarakat miskin yang lebih tinggi. Selain itu, radius pelayanan dari banyak fasilitas publik di wilayah tertentu tidak sesuai dengan konsep Kota 15 Menit, yang menambah tantangan aksesibilitas bagi masyarakat. VI.1.1 Distribusi Fasilitas Publik dan Area Pelayanannya Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aksesibilitas terhadap fasilitas publik di Jakarta Selatan melalui pendekatan "Kota 15 Menit." Hasil penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai distribusi spasial fasilitas publik, yang mencakup fasilitas kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan transportasi umum. Temuan ini menunjukkan adanya ketimpangan signifikan dalam distribusi fasilitas antarwilayah yang memengaruhi kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Distribusi spasial fasilitas publik di Jakarta Selatan memperlihatkan bahwa wilayah-wilayah tertentu memiliki keunggulan dalam hal konsentrasi dan aksesibilitas fasilitas, sementara wilayah lainnya tertinggal jauh. Adapun lebih detailnya adalah sebagai berikut : 120 1. Fasilitas Kesehatan: Distribusi fasilitas kesehatan menunjukkan konsentrasi yang tinggi di kecamatan seperti Kebayoran Baru dan Setiabudi. Wilayah ini menyumbang masing-masing 20% dan 18% dari total fasilitas kesehatan di Jakarta Selatan. Lokasi fasilitas kesehatan di dua kecamatan ini sebagian besar berada di jalan-jalan utama, memungkinkan masyarakat untuk mengaksesnya dengan berjalan kaki. Sebaliknya, kecamatan seperti Jagakarsa dan Pesanggrahan hanya memiliki cakupan masing-masing 5% dan 7% dari total fasilitas kesehatan. Minimnya distribusi fasilitas kesehatan ini berdampak pada waktu tempuh yang lebih lama bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan medis. Analisis service area menunjukkan bahwa wilayah di Kebayoran Baru memiliki radius pelayanan 1-1,5 km, dengan waktu tempuh sekitar 10 menit berjalan kaki. Di sisi lain, area pelayanan di Jagakarsa mencakup jarak 3-5 km, sehingga waktu tempuh dapat mencapai lebih dari 20 menit dengan berjalan kaki, yang tidak sesuai dengan konsep "Kota 15 Menit." 2. Fasilitas Pendidikan: Sebaran fasilitas pendidikan juga tidak merata. Kecamatan Mampang Prapatan dan Kebayoran Lama memiliki jumlah fasilitas pendidikan yang cukup memadai, masing-masing mencakup 15% dan 12% dari total fasilitas pendidikan.