Hasil Ringkasan
5 BAB I. Pendahuluan Pada bagian pendahuluan ini akan menguraikan latar belakang, permasalahan, tujuan, sasaran, manfaat, ruang lingkup, dan sistematika penulisan dari penelitian ini. I.1 Latar Belakang DKI Jakarta, dengan populasi lebih dari 10 juta jiwa, merupakan salah satu contoh paling menonjol dari tantangan urbanisasi di abad ke-21. Sebagai pusat ekonomi, politik, dan budaya Indonesia, Jakarta menghadapi berbagai tantangan urban termasuk kemacetan lalu lintas yang parah, polusi udara yang tinggi, dan ketimpangan akses terhadap layanan dan kebutuhan dasar. Masalah utama yang dihadapi Jakarta adalah kemacetan lalu lintas yang ekstrem, yang telah menjadi ciri khas kota ini selama beberapa dekade. Sebagai salah satu kota metropolitan terbesar di Indonesia, tingkat urbanisasi yang tinggi di Jakarta sering kali mengakibatkan penggunaan lahan yang tidak terencana dengan baik, sehingga fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, transportasi, dan ruang publik tidak terdistribusi secara merata. Kondisi ini berdampak pada efisiensi mobilitas dan kualitas hidup masyarakat yang mengalami kesulitan mengakses fasilitas dasar tersebut (Synthia et al., 2017) . Selain itu, kemacetan dan polusi yang tinggi di Jakarta telah memperburuk kondisi kesehatan penduduk, sementara akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas sering kali sulit dijangkau oleh masyarakat di wilayah tertentu (Haryanto, 2018). Sebagai salah satu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, Jakarta Selatan menghadapi tantangan besar dalam hal distribusi fasilitas publik yang merata. Penelitian menunjukkan bahwa distribusi fasilitas publik sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan populasi yang ada, dan wilayah dengan populasi padat cenderung kekurangan fasilitas yang memadai dibandingkan dengan wilayah dengan populasi yang lebih sedikit, terutama di kawasan dengan status ekonomi yang lebih rendah (Shi et al., 2020). Ketidakseimbangan dalam sebaran fasilitas kesehatan juga telah diamati di wilayah Jakarta, di mana pusat-pusat layanan 6 kesehatan masyarakat lebih jarang ditemukan di daerah-daerah yang berpendapatan rendah, memperburuk akses masyarakat terhadap layanan dasar (Winata & McLafferty, 2021). Penelitian lebih lanjut tentang distribusi fasilitas publik di wilayah Jakarta mengungkapkan bahwa banyak area padat penduduk masih kekurangan fasilitas yang memadai, sehingga diperlukan perencanaan yang lebih inklusif untuk memastikan pemerataan (Indriyani & Widaningrum, 2021). Selain itu, Jakarta Selatan memiliki keunikan dalam hal variasi topografi dan tata guna lahan yang menjadikannya lokasi ideal untuk mempelajari ketimpangan aksesibilitas terhadap fasilitas publik. Wilayah ini mencakup berbagai jenis permukiman, mulai dari kawasan elit dengan infrastruktur yang lengkap hingga permukiman kumuh yang menghadapi keterbatasan fasilitas dasar. Keberadaan kawasan dengan karakteristik sosial-ekonomi yang beragam dalam satu wilayah administratif memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi bagaimana distribusi fasilitas publik mencerminkan ketimpangan spasial dan sosial di perkotaan. Akses terhadap fasilitas umum sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat. Ketika fasilitas seperti pusat kesehatan, sekolah, transportasi umum, dan ruang hijau mudah diakses, hal ini dapat meningkatkan kualitas hidup dengan mengurangi beban ekonomi dan waktu yang dihabiskan untuk menjangkau layanan dasar. Penelitian menunjukkan bahwa akses transportasi umum yang baik tidak hanya meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga membantu orang lebih aktif dalam kehidupan sosial, mengurangi isolasi sosial (Saif et al., 2018). Selain itu, akses yang baik ke fasilitas umum seperti pusat kesehatan dan ruang hijau dapat meningkatkan aktivitas fisik dan kesehatan mental, yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat (Salze et al., 2011; Lee et al., 2016). Akses ke ruang hijau juga penting untuk mengurangi stres dan meningkatkan kebahagiaan, karena mendorong lebih banyak interaksi sosial yang positif (Wood et al., 2022).