Hasil Ringkasan
PREDIKSI KARAKTERISTIK FLUIDA ZONA KONDENSASI: pH DAN KESETIMBANGAN MINERAL DENGAN SOFTWARE PHREEQC DI LAPANGAN PANAS BUMI ATADEI, NUSA TENGGARA TIMUR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh INDAH AMALIA NIM: 22622309 (Program Studi Magister Teknik Panas Bumi) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Februari 2025 ii ABSTRAK PREDIKSI KARAKTERISTIK FLUIDA ZONA KONDENSASI: pH DAN KESETIMBANGAN MINERAL DENGAN SOFTWARE PHREEQC DI LAPANGAN PANAS BUMI ATADEI, NUSA TENGGARA TIMUR Oleh Indah Amalia NIM: 22622309 (Program Studi Magister Teknik Panas Bumi) Pada tahun 2004, telah dilakukan pemboran sumur eksplorasi AT-1 dan AT-2 didalam kaldera Watuwawer namun tidak ditemukan air maupun uap. Berdasarkan hasil pemboran sumur AT-1 dan AT-2 pada interval kedalaman 737 – 776 m dan 677 – 750 m ditemukan mineral pyrophyllite dan dickite yang berasosiasi dengan mineral pirit dan kuarsa sekunder sehingga fluida hidrotermal diduga bertipe klorida sulfat dengan pH cenderung asam. Pada tahun 2021, dilakukan PTS logging untuk menganalisis temperatur, tekanan dan aliran sumur untuk keperluan karakterisasi reservoir sumur AT-1 dan AT-2. Dari spinner log sumur AT-1 dan AT-2, terdapat pergerakan fluida yang ditunjukkan dari perubahan fasa gas ke kondisi saturasi. Namun, dari pengambilan sampel air kondensasi pada kepala sumur AT-1 dan AT-2, kepala sumur tidak bisa menghasilkan air yang terkondensasi. Dikarenakan sampel kondensat yang berada pada sumur tidak dapat mengalir ke permukaan, maka pendugaan karakteristik fluida zona kondensasi dilakukan melalui pemodelan geokimia dengan metode yang dilakukan oleh R Karolytė (2017). Dari MAP WWU, WTU dan WKR, diketahui bahwa mata air panas pada sistem Watuwawer memiliki temperatur < 40°C, bertipe bikarbonat termasuk dalam immature water sehingga tidak mencirikan fluida dari reservoir dalam dan tidak representatif untuk dilakukan pemodelan. Saturasi mineral pada manifestasi (SI >0) dalam kondisi ekulibrium menuju jenuh oleh kuarsa dan kalsit sedangkan mineral anhidrit dalam kondisi tidak jenuh dengan larutan. Untuk rekonstruksi dan pendugaan karakteristik zona kondensasi dangkal, dilakukan pemodelan geokimia dengan software PHREQC menggunakan database PHREQC.dat. Pada R Karolytė (2017), pemodelan dilakukan dengan mereaksikan fluida – batuan dan gas – gas terlarut pada temperatur kedalaman dangkal. Dari hasil pemodelan geokimia, pada zona kondensasi kedalaman 320 – 340 m, temperatur 129 – 145 °C diketahui bahwa karakteristik fluida cenderung asam dengan pH rentang pH 4,8 – 4,9. pH asam ini diduga akibat adanya gas – gas terlarut yang bereaksi pada zona kondensasi yaitu gas CO 2 dan H2S. Dari hasil pemodelan geokimia dan komparasi komposit log, diketahui mineral – mineral dengan nilai SI > 0 diantaranya monmorilonit ((Na,Ca) 0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2.nH2O), kaolinit (Al2Si2O5(OH)4), kuarsa sekunder (SiO 2) dan pirit (FeS2). Kata Kunci: pemodelan geokimia, PHREQC, zona kondensasi dangkal, pH, indeks saturasi, sistem panas bumi Watuwawer iii ABSTRACT PREDICTION OF CONDENSATION ZONE FLUID CHARACTERISTICS: pH AND MINERAL EQUILIBRIUM USING PHREEQC SOFTWARE IN ATADEI GEOTHERMAL FIELD, EAST NUSA TENGGARA By Indah Amalia NIM: 22622309 (Master’s Program in Geothermal Engineering) In 2004, exploration wells AT-1 and AT-2 were drilled in the Watuwawer caldera but no water or steam was found. Based on the results of drilling wells AT-1 and AT-2 at a depth interval of 737 - 776 m and 677 - 750 m, pyrophyllite and dickite minerals were found associated with pyrite and secondary quartz minerals so the hydrothermal fluid is suspected to be of the chloride sulfate type with a pH tending to be acidic. In 2021, PTS (Pressure-Temperatur-Spinner) logging was conducted to analyze the temperatur, pressure, and flow rate of reservoir characterization of wells AT-1 and AT-2. From the spinner log results, fluid movement was observed, as indicated by changes in the gas phase to saturation conditions. However, condensation water sampling from the wellheads of AT-1 and AT-2 was unsuccessful, as no condensed water could be produced. Since condensate samples from the wells could not flow to the surface, the estimation of fluid characteristics in the condensation zone was conducted using geochemical modeling, following the method of R. Karolytė (2017).