Hasil Ringkasan
253 LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Michael Oktavianes Jenis Kelamin : Laki – laki Jabatan : Kasatpel Pengolahan Data dan Informasi Kode : N1 Tanggal Wawancara : 2 September 2024 Lokasi : Kantor BPBD Provinsi DKI Jakarta, Jl. K.H. Zainul Arifin No.71 Inisial Transkip Wawancara Ide Pokok P Terima kasih Pak. Perkenalkan saya Hadi Syafruddin mahasiswa magister program studi perencanaan wilayah dan kota di SAPPK ITB, penelitian saya tentang efektivitas sistem peringatan dini banjir. Jadi berdasarkan data analisis kejadian banjir, peringatan dini selama kurang lebih 10 tahun pak dari 2016 baik itu data TMA dan lain-lain, saya cek memang sebenarnya peringatan dini banjir di jakarta itu sudah efektif artinya ketika ada kejadian banjir di wilayah jakarta itu sudah terdeteksi baik itu tinggi muka air maupun peringatan dini cuaca. Lalu saya menelusuri beberapa poin diseminasi yang dilakukan oleh SO dan teman teman di UPT pusdatin gitu salah satu yang saya temukan adalah informasi di siaga 3 misalnya siaga 2 dan siaga 1 itu narasi isi pesan DWS itu isinya selalu sama Ketika siaga 3 dia menyampaikan ketinggian lalu pesan atau rekomendasi regulasinya adalah agar masyarakat waspada atas datangnya banjir begitu juga siaga 2 dan siaga 1. Kalau dilihat dari siaganya kan berarti menunjukkan adanya peningkatan ancaman bahaya tapi dari narasi komunikasi yang dilakukan apa tidak terlihat seperti itu mungkin boleh tanggapannya pak. - N1 iya, jadi memang selama ini komunikasi yang disampaikan itu narasinya sama ya. jadi Siaga 3, Siaga 2 dan Siaga 1 belum ada pembedaan ketika masuk di Siaga 2 mungkin ada penebalan narasi atau penekanan-penekanan tertentu untuk meningkatkan respon masyarakat itunya jadi memang selama ini belum dilakukan. Karena memang kalau dari Mekanisme pengoperasian EWS, Aspek diseminasi dan komunikasi 254 pengalaman saya masuk kesini itulah yang sudah dilakukan di tahun sebelumnya dan itu terus dilanjutkan sampai tahun-tahun sekarang gitu ya. Jadi memang belum ada penyesuaian terhadap respon itu tapi bahwa menurut hemat saya bahwa informasi itu disampaikan “ iya” pertama itu, kedua bahwa masyarakat sebenarnya sudah mengetahui level siaga juga sudah ada pengetahuan itu, artinya peringatan dini itu kan disampaikan ke masyarakat di daerah rawan yang artinya masyarakat itu sudah paham terhadap potensi banjir, sudah paham terhadap level siaga sehingga memang menurut penilaian saya itu memang belum menjadi, belum ada ketentuan atau kebijakan untuk merubah narasi karena dari pengetahuan masyarakat itu sendiri sudah tau dari level siaga 3 kalau naik ke siaga 2 kalau naik lagi ke siaga 1 jadi yang menjadi fokus adalah menyampaikan informasinya sebenarnya jadi itu yang mungkin menjadi pemikiran belum pernah dilakukan penyesuaian narasi P baik Pak kemudian dari beberapa mekanisme diseminasi yang tersedia kanal ataupun media yang ada di UPT itu ada DWS, SMS blast terus website gitu yang saya temukan adalah selain tadi terkait narasi pada siaga 3 siaga 2 dan siaga 1 adalah rekomendasi aksinya adalah sama. Kemudian yang saya temukan berikutnya adalah adanya ketidaksesuaian antara informasi yang disampaikan oleh salah satu kanal dengan kanal yang lainnya. Contohnya DWS karena lokasi alatnya terletak di daerah yang langsung rawan bencana artinya memang petugas tidak perlu lagi menyampaikan informasi lokasi. Kalau di media sosial kan selain ketinggian TMA juga dijelaskan wilayah yang mungkin terdampak dilalui oleh aliran sungai itu sedangkan di DWS tidak dilewati lokasi kemudian di SMS informasi itu tidak dimuat Pak karena keterbatasan jumlah karakter dan lain sebagainya. Artinya saya melihat semua kanal-kanal ini membawa pesan informasi berbeda. Apakah masyarakat ketika menerima dari sms siaga DWS gitu lalu dapat informasi dari kanal yang lain apa malah menjadi membingungkan pak. - 255 N1 iya, kalau pertanyaannya bahwa kanal itu menjadi membingungkan menurut saya enggak ya karena pendekatannya berbeda memang ketika menyampaikan dalam bentuk gambar maka memang pesan atau informasi yang dimuat itu bisa jadi lebih banyak, dan bisa menjadi bahan pertimbangan yang lebih rinci, dengan informasi yang sama ada kenaikan status siaga, yang tadi kan mas Hadi menyampaikan beda kalau SMS blast keterbatasan karakter, terus kalau DWS tidak ada menyampaikan kelurahan mana, karena memang pendekatan SMS blast dan DWS itu lebih kepada lokasi yang sangat spesifik akan lokasi yang terjadi banjir sedangkan untuk informasi yang disampaikan di sosial media dan website itu memang tidak se-spesifik DWS dan SMS Blast sehingga seharusnya menurut saya tidak membuat kebingungan, kenapa. Karena pendekatan peringatan dini itu untuk banjir adalah lokasi yang dialiri oleh sungai. Jadi kita tidak mungkin menyampaikan informasi kali angke di aliran kali ciliwung, jadi informasi itu sama tetapi cara pengolahan dan penyampaian saja yang berbeda kalaupun ada respon masyarakat yang mungkin menerimanya berbeda saya yakin itu tidak mewakili seluruh populasi masyarakat. Karena balik lagi dengan yang saya sampaikan tadi bahwa secara umum saya yakin bahwa masyarakat itu sudah paham siaga 3, siaga 2, siaga 1.