Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan Bab I ini akan membahas pendahuluan penelitian yang berisi latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, kerangka pemikiran, dan struktur penelitian. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan informasi yang relevan dan penting untuk memahami konteks penelitian yang akan dilakukan serta pemaparan gambaran singkat yang melatarbelakangi studi dan research gap sebagai justifikasi pelaksanaan penelitian. I.1 Latar Belakang World Bank melaporkan bahwa sekitar 54 persen penduduk dunia saat ini tinggal di kawasan perkotaan atau kawasan urban (Quesada-Román et al., 2021). Kondisi ini berdampak pada tingginya risiko serta dampak bencana yang dapat terjadi di kawasan perkotaan. Salah satu faktor utama yang menyebabkan pesatnya perkembangan dan pembangunan di kawasan perkotaan di negara-negara berkembang adalah tingginya tingkat urbanisasi yang justru pada akhirnya meningkatkan kerentanan masyarakat di kota tersebut (Kong, 2021). Fenomena urbanisasi ini bahkan sangat jelas terlihat di negara-negara di Asia dibandingkan dengan negara-negara lainnya di dunia (Ooi, 2009). Selain itu dampak dari perubahan iklim juga menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem yang berdampak pada terjadinya bencana banjir di berbagai negara, bukan hanya di negara-negara berkembang seperti di Bangladesh pada tahun 2017 (Zayed et al., 2024) dan Pakistan pada tahun 2022 (Waseem & Rana, 2023) tetapi juga di beberapa negara maju contohnya di India pada tahun 2023 (Gupta et al., 2024), di Jerman pada tahun 2021 (Thieken et al., 2023), di China pada tahun 2021 (He et al., 2024) dan di Australia pada tahun 2022 (Callaghan, 2023). Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 2 Dari beberapa contoh diatas dapat terlihat bahwa bencana alam terjadi di seluruh belahan dunia dan menimbulkan kerusakan dan kerugian pada semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Namun kejadian bencana alam di negara- negara berkembang memberikan dampak yang lebih signifikan karena terbatasnya kemampuan negara-negara tersebut untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana (Arosio et al., 2021). Frekuensi dan intensitas curah hujan ekstrem yang menyebabkan terjadinya banjir menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun (Maheng et al., 2023). Upaya-upaya mitigasi struktural yang dilakukan baik dengan membangun waduk, embung, polder dan infrastruktur pengendalian banjir lainnya bertujuan untuk membantu mengurangi debit banjir (Kurniawan et al., 2023; Hartono et al., 2022). Disatu sisi peningkatan intensitas curah hujan akibat pengaruh dari perubahan iklim serta faktor tingginya tingkat urbanisasi di wilayah urban / perkotaan semakin meningkatkan risiko bencana banjir (Budiyono et al., 2015; Sihombing et al., 2023). Bencana banjir di kawasan perkotaan sekarang ini menjadi permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian oleh banyak pihak. Walaupun berbagai upaya mitigasi struktural untuk mengurangi bahaya banjir telah dilakukan namun belum cukup untuk mengatasi banjir seluruhnya. Untuk mengurangi dampak kerusakan akibat bencana banjir secara efektif diperlukan berbagai upaya-upaya baik dari mitigasi struktural (berupa pembangunan infrastruktur fisik seperti bendungan, waduk, polder dan tanggul) maupun mitigasi non-struktural seperti pemanfaatan sistem peringatan dini banjir (Meyer et al., 2012; Sagala et al., 2013). Informasi peringatan dini yang diterima dan dimengerti oleh masyarakat dapat menyelamatkan dari ancaman bencana (Sutton et al., 2020). Namun, sebaliknya ketika masyarakat menerima informasi tersebut tetapi tidak mengambil tindakan apapun untuk mengantisipasi adanya ancaman bencana yang dapat menimpa mereka maka sistem peringatan dini tersebut telah gagal berfungsi secara optimal karena tidak dapat Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 3 meningkatkan kesiapsiagaan di masyarakat. Situasi tersebut dapat terlihat pada beberapa kejadian bencana seperti bencana badai Katrina dimana informasi peringatan dini akan adanya ancaman badai Katrina telah disebarluaskan beberapa hari sebelum bencana terjadi tetapi tetap saja bencana ini menelan korban jiwa hingga 2.000 orang (Sutton et al., 2020). Pada tahun 2013, bencana topan Haiyan di Filipina telah diinformasikan kepada lembaga pemerintah dan masyarakat beberapa hari sebelum bencana terjadi, tetapi bencana topan tersebut berdampak pada meninggalnya kurang lebih 6.300 penduduk dan jutaan orang mengungsi (Lagmay et al., 2015). Banjir yang terjadi di kawasan perkotaan dapat menimbulkan kondisi kemacetan yang sangat parah (Choo et al., 2020).