Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan Penelitian ini membahas latar belakang yang secara umum memuat bagaimana urgensi global tentang perubahan iklim dan kesenjangan sosial memengaruhi perencanaan energi di tingkat nasional serta memunculkan trend perencanaan energi regional. Peran pemerintah daerah dianggap lebih mumpuni dalam mempromosikan pengembangan EBT dan meningkatkan penerapan program ketahanan dan konservasi energi. Pembahasan rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian pada bab ini kemudian memberikan bentuk, batasan serta indikator dalam pelaksanaan penelitian. Pada bagian mengenai kebaruan penelitian, diperlihatkan signifikansi dari penelitian ini. Terakhir, bagian kerangka pemikiran, memposisikan penelitian pada khasanah teori perencanaan sebagai domain keilmuan dari penelitian ini I.1 Latar Belakang Penelitian Keberlanjutan pembangunan global semakin ditentukan oleh kemampuan dunia untuk mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih berkelanjutan. Langkah ini menjadi semakin mendesak mengingat kondisi lingkungan yang terus memburuk akibat dampak perubahan iklim. Menurut laporan terbaru dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), konsentrasi karbon dioksida (CO₂) di atmosfer Bumi telah meningkat lebih dari 50% dibandingkan dengan tingkat pra-industri. Pada Mei 2022, pengukuran di Observatorium Mauna Loa, Hawaii, menunjukkan konsentrasi CO₂ mencapai 421 bagian per juta (ppm), meningkat 1,8 ppm dari tahun sebelumnya. Sebelum Revolusi Industri, konsentrasi CO₂ stabil sekitar 280 ppm selama hampir 6.000 tahun peradaban manusia. Peningkatan signifikan ini terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi dan pembangkit listrik, produksi semen, deforestasi, dan praktik pertanian. Kenaikan konsentrasi CO₂ ini berdampak G 2 pada peningkatan rata-rata suhu permukaan bumi, perubahan pola cuaca, dan peningkatan frekuensi serta intensitas bencana alam seperti gelombang panas, kekeringan, dan banjir sebagaimana yang dirasakan beberapa tahun terakhir. Selain itu Ketimpangan sosial antara negara-negara di dunia semakin mencolok akibat perbedaan keberhasilan dalam transisi energi. Negara maju, dengan akses teknologi canggih, pendanaan yang memadai, dan infrastruktur yang kuat, memimpin peralihan menuju energi bersih. Sebaliknya, negara berkembang menghadapi tantangan besar, seperti keterbatasan finansial, akses teknologi rendah, dan ketergantungan pada energi fosil untuk pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, negara berkembang lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim, sementara negara maju mendapatkan manfaat lebih besar dari energi berkelanjutan. Ketidakseimbangan ini memperburuk disparitas sosial dan menuntut kerja sama global untuk menciptakan transisi energi yang adil (Hefron,2023). Oleh karena itu, perubahan fundamental dalam cara dunia menghasilkan dan menggunakan energi sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial yang saling terkait ini. Namun, pertimbangan konsekuensi pada aspek ekonomi yang ditimbulkan dari upaya transisi energi, seringkali mengalahkan pertimbangan aspek lingkungan dan sosial tersebut. Transisi energi akan secara langsung mempengaruhi stabilitas ekonomi global, keberlanjutan pembangunan, dan persaingan ekonomi antar negara. Wacana mengenai transisi energi yang berkelanjutan yang ramai diperbincangkan oleh stakeholder dunia setidaknya bertumpu pada enam isu utama.