37 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pembahasan dalam bab ini terbagi pada sub bab yang membahas tentang dinamika konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya yang diiringi dengan aktivitas Begandring Soerabaia untuk mendukung upaya konservasi bangunan cagar budaya di Surabaya serta studi kasus terkait upaya konservasi cagar budaya di Surabaya. Adapun bangunan yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah Toko May Sun (sekarang Hotel Platinum). Data yang diperoleh dan hasil dari analisis transformasi dari bangunan tersebut, akan digunakan dalam mengidentifikasi siapa saja aktor-aktor yang berkepentingan, peran dan relasi antar stakeholder dalam konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kawasan Tunjungan, Kota Surabaya. V.1 Dinamika Konservasi Cagar Budaya di Kota Surabaya Upaya konservasi bangunan berstatus cagar budaya telah lama dilakukan di Kota Surabaya dan jauh sebelum adanya komunitas Begandring Soerabaia. Namun, adanya Begandring Soerabaia yang mewakili kelompok masyarakat ini membuat sinergitas dengan pemerintah dalam upaya konservasi cagar budaya di Surabaya dapat berjalan dengan baik. Begandring Soerabaia berusaha untuk selalu mengembangkan diri dan memberikan kontribusinya sebagai upaya konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya, khususnya di Kawasan Tunjungan. Berikut ini merupakan gambaran dinamika konservasi cagar budaya dan pergerakan Begandring Soerabaia dalam upaya konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya: 38 Gambar II. 1 Timeline Dinamika Konservasi Cagar Budaya di Surabaya Berdasarkan gambar diatas, dinamika konservasi cagar budaya di Surabaya dan aktivitas yang dilakukan Begandring Soerabaia dapat dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut. V.1.1 Pendirian Komunitas Begandring Soerabaia Tahun 2018 merupakan tahun terbentuknya komunitas Begandring Soerabaia. Komunitas ini didirikan oleh Bapak Nanang Purwono yang dulu bekerja sebagai jurnalis salah stasiun TV dan Bapak Kuncarsono Prasetyo dengan profesi terdahulunya yaitu jurnalis salah satu media. Begandring Soerabaia merupakan perkumpulan pecinta warisan budaya dan sosial yang intens berbagi isu-isu cagar budaya dan sejarah. Begandring Soerabaia melalui aktivitasnya, salah satunya yaitu media online begandring.com berupaya untuk berperan aktif dalam upaya konservasi cagar budaya dan kemajuan kebudayaan khususnya di Kota Surabaya. Dalam aktivitasnya Begandring Soerabaia menjalankan trilogi sifat kegiatan yaitu kegiatan rekreatif, edukatif dan advokatif. Peran rekreatif yaitu Begandring menjalankan kegiatan jelajah sejarah sebagai upaya mengembangkan pariwisata yang berbasis sejarah. Kemudian, 39 peran edukatif yaitu Begandring berbagi ilmu dan wawasan kepada masyarakat melalui program diskusi, jelajah sejarah, pembuatan film dokumenter dan publikasi. Kegiatan terakhir yaitu peran advokatif dengan Begandring sebagai wadah perwakilan masyarakat untuk memberikan aspirasi dan bersinergi dengan pengambil kebijakan terkait konservasi, pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya dan sejarah. Terbentuknya Begandring Soerabaia ini berawal dari Bapak Nanang Purwono yang merasa diperlukan sebuah wadah untuk mengeksplorasi sejarah Kota Surabaya yang tidak hanya sebatas diskusi, tetapi juga terjun eksplorasi melalui jelajah sejarah (Surabaya Urban Track). Jelajah sejarah ini tidak hanya bersifat naratif, tetapi juga bersifat eksploratif. Selain itu, penamaan Begandring Soerabaia berasal dari bahasa lokal Surabaya yang memiliki makna kumpul atau rapat yang bersifat informal. “Kalau latar belakang berdirinya Begandring ini mas, karena ada kesamaan minat dan peduli akan sejarah Kota Surabaya, terutama sejarah yang terlupakan. Tidak cuman itu aja mas, kita juga turut berpartisipasi dalam konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya melalui kegiatan edukasi dan advokasi yang dikemas dengan program Surabaya Urban Track, diskusi publik dan kegiatan yang lainnya”. (Pak Nanang Purwono - Founder Begandring Soerabaia, Eks Jurnalis) Selain itu, pembentukan Begandring Soerabaia ini juga tidak lepas dari peran Bapak Kuncarsono Prasetyo yang dahulu berprofesi sebagai jurnalis, sering menghentikan aksi pembongkaran bangunan cagar budaya melalui berita yang ditulisnya. Setelah mundur sebagai jurnalis pada tahun 2010, Bapak Kuncarsono masih kritis terhadap konservasi cagar budaya di Surabaya seperti contoh kasus pembongkaran bekas rumah radio Bung Tomo di Jalan Mawar pada tahun 2016. Selain itu, Bapak Kuncarsono juga memprotes keputusan Pemerintah Kota Surabaya yang memugar kawasan Jalan Panggung dengan cat warna-warni. Hal inilah yang mendorong Bapak Nanang dan Bapak Kuncarsono membentuk Begandring Soerabaia bersama para akademisi, budayawan, sejarawan, jurnalis, dan arsitek untuk membahas permasalahan seputar konservasi cagar budaya di Surabaya dan pemanfaatannya (Lihat Gambar V.2). Dengan adanya keterlibatan orang-orang yang berbagai latar belakang pendidikan ini, 40 diharapkan dapat saling bertukar ide dengan Bapak Nanang dan Bapak Kuncarsono untuk bersama-sama memberikan saran kepada pemerintah Kota Surabaya terkait upaya konservasi cagar budaya di Surabaya. Transfer ilmu pengetahuan yang ada diantara para anggotanya ini diharapkan mampu memperkuat landasan bagi komunitas untuk memperluas jangkauannya kepada masyarakat. Hal ini diharapkan bangunan- bangunan bersejarah ini dapat dibangkitkan kembali dan dimanfaatkan dari segi edukatif maupun segi ekonomi. Gambar V. 2 Proses Awal Terbentuknya Begandring Soerabaia Pada tahap ini kepentingan beberapa orang berkembang menjadi kepedulian dari sekelompok orang yang nantinya membuat kesepakatan bersama guna untuk mengeneralisasikan tujuan sehhingga dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Koalisi ini terbentuk dari berkumpulnya orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda-beda terhadap suatu pokok permasalahan yang sama yaitu eksistensi bangunan bersejarah di Kota Surabaya. 41 V.1.2 Perkembangan Komunitas Begandring Soerabaia Sejak awal terbentuknya, Begandring Soerabaia memiliki fokus utama dalam menghadapi permasalahan kondisi bangunan bersejarah dan pemanfaatannya di Surabaya saat itu. Komunitas ini sering melakukan seminar, diskusi, workshop dan beberapa kajian sebagai langkah awal dalam mencapai tujuan yang sudah disepakati secara kolektif. Gambar V. 3 Pergeseran Aliran dalam Begandring Soerabaia Adapun anggota yang bergabung dalam Begandring Soerabaia ini terdiri dari tokoh- tokoh yang memiliki pengaruh dibidang masing-masing. Salah satunya Bapak Purnawan Basundoro merupakan seorang profesor sejarah perkotaan dengan asal Universitas Airlangga serta menjadi anggota TACB (Lihat Gambar V.3). Kesadaran intelektual dan kepedulian pada bangunan cagar budaya khususnya di Kota Surabaya, mendorong Bapak Purnawan untuk bergabung dalam Begandring Soerabaia. Keterlibatan Bapak Purnawan di Begandring Soerabaia selain menjadi dewan pembina, juga memfasilitasi komunitas ini untuk berdiskusi dengan pemerintah serta memiliki 42 wawasan yang luas terkait sejarah kota dan bangunan berstatus cagar budaya khususnya di Kota Surabaya. Hal ini dimanfaatkan Begandring Soerabaia untuk melakukan inventarisasi bangunan bersejarah dan mengembangkan pengetahuan mengenai cagar budaya dari sudut pandang sejarah kota. Begandring Soerabaia memberikan wadah bagi anggotanya untuk mengembangkan pengetahuan dan pemikiran mengenai isu-isu sejarah maupun cagar budaya dari suduut pandang yang berbeda-beda. Hal ini didukung juga dengan keberagaman latar belakang anggotanya yang terdiri dari jurnalis, sejarawan, budayawan, akademisi, arsitek dan lainnya. Selain itu keterlibatan akademisi bidang sejarah baik dari kalangan dosen maupun mahasiswa, membuat Begandring Soerabaia memiliki wawasan yang kompleks khususnya bangunan cagar budaya. Keterlibatan akademisi bidang sejarah dalam Begandring Soerabaia membuat adanya kolaborasi untuk mengembangkan kajian dan penelitian bangunan cagar budaya serta sejarah kota Surabaya secara lebih luas, hingga melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi dari dalam negeri maupun luar negeri. Hasil penelitian ini dapat menambah aset ilmu pengetahuan yang dimiliki Begandring Soerabaia. Hal ini juga dapat menjadi library bagi pemerintah dan masyarakat dalam upaya pelestarian bangunan cagar budaya di Surabaya. Dalam upaya membentuk opini publik terkait upaya pelestarian cagar budaya, Begandring Soerabaia memanfaatkan media massa maupun media sosial. Sehingga menarik perhatian pemerintah dan membuka jalan bagi Begandring Soerabaia untuk memberikan saran dan masukan yang tepat. Adapun saran dan masukan yang diberikan merupakan hasil dari kajian dan penelitian yang dilakukan oleh Begandring Soerabaia sendiri maupun kolaborasi dengan perguruan tinggi. Penyampaian saran dan masukan ini mendapat respons positif dari pemerintah yang nantinya ditindaklanjuti dengan adanya pelaksanaan forum diskusi antara pemerintah dengan Begandring Soerabaia. Eksistensi Begandring Soerabaia merupakan salah satu keuntungan bagi pemerintah Kota Surabaya dalam mencapai pelestarian cagar budaya secara paripurna. Selain itu, Begandring Soerabaia sering kali menjadi mitra pemerintah Kota Surabaya dalam mempromosikan kawasan Tunjungan yang merupakan ikon wisata heritage. Hal ini dapat dibuktikan dengan Begandring Soerabaia yang pernah menggelar event untuk 43 menarik minat masyarakat luas terhadap bangunan cagar budaya dan sejarah kota Surabaya, khususnya Kawasan Tunjungan. Pada tahun 2022, pemerintah Kota Surabaya melakukan kerjasama dengan Begandring Soerabaia untuk menyelenggarakan Teatrikal Refleksi Perobekan Bendera di Hotel Majapahit, Kawasan Tunjungan. Kerjasama antara pemerintah Kota Surabaa dan Begandring Soerabaia yang lainnya yaitu dalam pembuatan film Soera ing Baja pada tahun 2022. Langkah lainnya dalam upaya pelestarian cagar budaya, Begandring Soerabaia memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kota Surabaya untuk menertibkan papan-papan iklan yang menutupi bangunan-bangunan di Kawasan Tunjungan serta melakukan restorasi pada fasad bangunan sesuai dengan kondisi aslinya, termasuk larangan penggunaan warna yang mencolok pada bangunan di Kawasan Tunjungan. Pada tahun 2022 juga, Begandring Soerabaia juga menyampaikan saran dan masukan kepada pemerintah Kota Surabaya terkait penggunaan aksara jawa yang dipasang pada bagian depan bangunan cagar budaya. Hal ini bertujuan untuk pelestarian aksara jawa dan mengenalkan aksara Jawa secara luas kepada seluruh masyarakat. Pemerintah menindaklanjuti saran ini dengan mencantumkan aksara jawa di Gedung Balai Kota Surabaya yang nantinya akan dipasang juga pada bangunan cagar budaya di Kawasan Tunjungan. “Begandring Soerabaia pernah juga mengusulkan kepada pemerintah dalam upaya konservasi bangunan bersejarah yang termasuk cagar budaya maupun non cagar budaya utamanya di Kawasan Tunjungan berupa pemakaian aksara jawa pada informasi singkat di bagian depan gedung, selain itu pada bagian fasad depan dilarang untuk dicat dengan warna yang mencolok. Penggunaan aksara jawa ini juga bertujuan untuk melestarikan aksara jawa kepada masyarakat luas dan utamanya pada generasi muda. Ya mudahan-mudahan dapat segera diterapkan diseluruh bangunan cagar budaya di Kota Surabaya.” (Pak Purnawan – Dosen UNAIR, Anggota Begandring Soerabaia, Anggota TACB, Sejarawan) Selain itu, dalam memperkenalkan sejarah kota dan upaya pelestarian cagar budaya kepada masyarakat umum. Begandring Soerabaia mengadakan program Surabaya 44 Urban Track (Subtrack) yang telah dimulai pada tahun 2022. Sejak program ini dimulai, sudah ada 6 lokasi yang dieksplorasi selain Kawasan Tunjungan yaitu Kawasan Peneleh, Pecinan Kembang Jepun, Ampel, Pabean, Gubeng dan Simpang. Dalam program Surabaya Urban Track ini tidak hanya melibatkan komunitas Begandring Soerabaia saja, tetapi juga warga sekitar juga terlibat aktif. Warga yang bermukim di kawasan tersebut menjadi narasumber untuk memberikan informasi terkait bangunan cagar budaya yang ada. Keterlibatan Begandring Soerabaia terhadap upaya pelestarian cagar budaya yang dilakukan pemerintah Kota Surabaya juga menjadi media pembelajaran bagi pemerintah dalam mengelola cagar budaya. Selanjutnya, hubungan yang sudah terjalin antara Begandring Soerabaia dan pemerintah ini membentuk suatu hubungan kerjasama yang kuat dan menguntungkan Begandring Soerabaia. Hal ini berupa akses untuk menyampaikan saran dan masukan kepada pemerintah, termasuk juga mendorong pemerintah untuk menyusun kebijakan yang tepat sebagai upaya konservasi cagar budaya di Kota Surabaya. Pada tahap ini, dapat dilihat bahwa kelompok mulai mengembangkan relasinya dan mengundang tokoh-tokoh fundamental untuk ikut bergabung, sehingga hal ini dapat menarik minat lebih banyak orang. Tokoh-tokoh ini memiliki kepentingan yang berbeda-beda sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni, namun memiliki tujuan sama yaitu merawat dan melestarikan bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya. Perbedaan kepentingan ini membuat tiap individu tersebut berkompetisi untuk menonjolkan kepentingannya pada forum yang ada. Bergabungnya orang-orang dari berbagai macam latar belakang keilmuan ini menjadikan kelompok ini menjadi kuat dan memiliki wawasan yang luas. Selain itu, tujuan kelompok semakin terdefinisikan dengan jelas dan rencana program mulai disusun. Selanjutnya, rencana program sudah direalisasikan dan mulai menginisiasi program yang lain dan melibatkan lebih banyak relasi seperti perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat. Relasi ini terbentuk karena adanya hubungan pendidikan atau profesi. Pengembangan diri kelompok masih terus berjalan yang dimanifestasikan dalam diskusi dan penelitian. Akan tetapi, ruang lingkupnya terbatas dan belum menjangkau masyarakat yang lebih 45 luas. Disisi lain, kepercayaan masyarakat dan pemerintah cenderung meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peran informal kelompok dan pemanfaatan hasil penelitian dalam upaya konservasi cagar budaya di Kota Surabaya. V.1.3 Formalisasi Komunitas Begandring Soerabaia Pemerintah Kota Surabaya mengoptimalkan upaya pelestarian cagar budaya dengan menetapkan suatu kebijakan formal. Kebijakan ini diwujudkan dalam bentuk Revisi Perda Cagar Budaya yang merupakan salah satu masukan dan saran dari Begandring Soerabaia. Perda ini merupakan hasil pemikiran bersama yang mengakomodir kepentingan antara kedua belah pihak sebagai upaya konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya. Gambar V. 4 Proses Keterlibatan Begandring Soerabaia dalam Lembaga Pemerintahan Pemerintah Kota Surabaya dan Begandring Soerabaia membentuk suatu aliansi. Hal ini dapat dibuktikan yaitu Bapak Purnawan Basundoro menjadi sekretaris (Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya periode 2022-2027. Selain itu, Begandring Soerabaia memiliki Bapak AH Thony yang menjadi wakil ketua DPRD Surabaya periode 2019- 2024 (Lihat Gambar V.4). Begandring Soerabaia terus melanjutkan kegiatannya dalam mengedukasi terkait cagar budaya dan mengembangkan interaksinya dengan institusi pendidikan untuk berkolaborasi penelitian maupun diskusi-diskusi ilmiah. Hal ini didukung dengan 46 adanya Bapak Kukuh merupakan dosen UNAIR dan Bapak Yayan merupakan alumni ITS. Begandring Soerabaia melakukan kerjasama dengan UNAIR dan ITS untuk melaksanakan workshop pelestarian dan pengembangan objek pemajuan cagar budaya, dan seminar sejarah perkotaan. Selain itu, kerjasama dengan kampus lain seperti Erasmus University dan UNESA juga dilakukan oleh Begandring Soerabaia. Hal ini dilakukan karena adanya akses keberadaan orang-orang yang memiliki hubungan dengan beberapa institusi pendidikan tersebut. “Begandring Soerabaia juga sering bekerjasama dengan universitas dalam negeri maupun luar negeri seperti UNAIR, ITS, UNESA dan Erasmus University. Kerjasama ini biasanya berupa penelitian bersama, diskusi, bedah buku, serta melakukan jelajah kawasan bersejarah di Kota Surabaya termasuk Tunjungan (Subtrack). Adanya kerjasama ini menurut saya membuat Begandring Soerabaia semakin memperkaya ilmu dan mempererat relasi agar dapat memberikan saran dan perspektif kepada pemerintah dalam hal konservasi bangunan berstatus cagar budaya di Kota Surabaya utamanya di Kawasan Tunjungan”. (Pak Purnawan – Dosen UNAIR, Anggota Begandring Soerabaia, Anggota TACB, Sejarawan) Selain itu, Begandring Soerabaia beberapa kali berkontribusi dan memberikan saran kepada Pemerintah Kota Surabaya dalam penyusunan Revisi Perda Cagar Budaya. Salah satu saran tersebut yaitu pembentukan Badan Pengelola Cagar Budaya. Adanya Badan Pengelola Cagar Budaya ini tidak akan tumpang tindih pelaksaan tugas dengan Tim Ahli Cagar Budaya. Dapat dilihat bahwa tugas TACB lebih kepada upaya pelestarian dan perlindungan cagar budaya dan memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, serta penghapusan cagar budaya. Sementara Badan Pengelola Cagar Budaya mempunyai tugas yaitu memaksimalkan upaya pemanfaatan cagar budaya. Begandring Soerabaia memberikan saran tersebut, karena Badan Pengelola Cagar Budaya ini dapat menjadi wadah bagi pelaku usaha dan masyarakat bersama pemerintah dalam berpartisipasi pelestarian cagar budaya.