Hasil Ringkasan
81 Bab V Analisis dan Pembahasan Bab V berisi analisis data dan pembahasan dengan metode Multi Level Perspective untuk menjawab pertanyaan penelitian (1) dan (2). Terakhir, akan dipaparkan hasil penelitian studi kasus yang dikembalikan kepada diskusi teoritis. V.1 Fase-fase Konservasi Geologi di Desa Gunung Sungging Terdapat dua periode yang digunakan pada penelitian ini, yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan keterlibatan aktor, yaitu: 1. Fase 1 (1970-an – 2020): Pada fase ini, terjadi penemuan awal fosil megalodon yang diikuti oleh kegiatan eksploitasi, seperti penambangan dan jual beli fosil tersebut. Mayoritas pihak yang terlibat pada fase ini adalah masyarakat desa setempat. 2. Fase 2 (2021 – 2024): Fase ini ditandai dengan dimulainya kegiatan penelitian dan upaya konservasi geologi. Pada periode ini, keterlibatan pihak luar desa semakin meningkat, seperti Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Badan Pengelola Geopark Ciletuh-Palabuhanratu, Museum Geologi, UNESCO, Pemerintah Pusat, para peneliti, dan pihak-pihak terkait lainnya. V.1.1 Analisis Fase 1 Penemuan dan Eksploitasi Fosil Megalodon (1970-an – 2020) Landscape Perkembangan teknologi sejak tahun 2000-an, ditandai dengan munculnya internet, menciptakan kondisi global yang mendukung konektivitas lintas negara, akses informasi, dan interaksi sosial melalui berbagai platform media sosial seperti Facebook dan Instagram, serta platform jual beli daring seperti Tokopedia, eBay, dan Amazon. Teknologi digital ini mengubah cara manusia berkomunikasi, berbagi informasi, dan melakukan transaksi jual beli, serta menjadi dasar dalam transformasi berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, dan budaya. Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 82 Kemajuan teknologi semakin terasa manfaatnya pada awal tahun 2020, saat WHO menetapkan Global Pandemic terhadap pandemi dan penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Pandemi ini membawa dampak global yang meliputi aspek kesehatan, ekonomi, dan sosial. Pandemi ini mendorong perubahan pola hidup masyarakat secara drastis akibat pembatasan sosial berskala besar, seperti PSBB di Indonesia, yang diterapkan untuk menekan penyebaran virus. Kebijakan tersebut menciptakan perubahan besar pada sistem ekonomi, yang berdampak pada pekerja informal. Dalam konteks Desa Gunung Sungging, tekanan global dari pandemi menjadi katalis untuk perubahan perilaku lokal. Kondisi yang memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan pembatasan sosial, mendorong mereka untuk memanfaatkan media sosial dan platform jual beli daring sebagai alat utama untuk menciptakan peluang ekonomi baru. Penemuan fosil megalodon di desa saat melakukan aktivitas pertanian, yang awalnya hanya dianggap memliki nilai mitos, berubah menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi setelah unggahan di media sosial menarik perhatian kolektor dari dalam dan luar negeri. Tekanan global yang tercipta dari pandemi, bersama dengan kemajuan teknologi, menunjukkan bahwa faktor-faktor pada level landscape dapat mengubah dinamika di level lokal. Dalam hal ini, landscape global yang melibatkan teknologi dan pandemi tidak hanya membuka peluang ekonomi baru tetapi juga menciptakan ketegangan baru. Hal ini terlihat dari dilema antara kebutuhan ekonomi masyarakat lokal yang bersifat jangka pendek, seperti eksploitasi fosil dan aktivitas jual beli, dengan tantangan menjaga keberlanjutan sumber daya alam untuk jangka panjang.