Hasil Ringkasan
202 Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi VI.1 Temuan Penelitian 1. Apabila melihat keterkaitan pola perubahan harga lahan dan pertumbuhan apartemen dalam konteks proses terjadinya gentrifikasi di DKI Jakarta menunjukkan bahwa teori rent gap yang dikemukakan Neil Smith berbeda dengan yang terjadi di Jakarta dimana secara dominan terjadi peningkatan harga lahan pada lokasi tumbuhnya apartemen meskipun di beberapa titik lokasi terdapat perubahan harga lahan yang stagnan maupun negatif ; 2. Secara umum apartemen di Jakarta tumbuh, namun terdapat beberapa anomali pada bagian kecil apartemen yang tidak tumbuh dengan rata-rata perubahan stagnan dan negatif pada tipologi apartemen menengah maupun mewah ; 3. Rusunawa dan rusunami yang diasumsikan lahannya tidak tumbuh ternyata sebagian besar lahannya tumbuh. Pada saat rumah susun dibangun, berada pada kelas harga lahan yang sangat rendah sehingga masih punya ruang pertumbuhan nilai yang sangat besar di masa depan. Ketika harga lahan disekitar rumah susun naik maka perubahan harga lahan pada tipologi rumah susun rusunawa dan rusunami juga ikut tumbuh ; 4. Pada penilaian karakter wilayah ternyata di beberapa apartemen yang wilayah permukiman tidak teratur, dekat sungai dan wilayah banjir ternyata harga lahan masih bisa tumbuh. Hal ini disebabkan adanya peningkatan kebutuhan lahan yang tadinya tidak disukai menjadi daerah yang diminati (umumnya pada wilayah bagian Timur dan Barat Jakarta) ; 5. Pada aspek kebijakan, hal signifikan yang membedakan perubahan kebijakan rumah susun pada periode awal dan periode menengah kebijakan rumah susun adalah dengan dimudahkannya proses jual beli apartemen dimana unit apartemen bisa dipesan tanpa harus menunggu apartemen beroperasi. Hal ini yang menjadi pertimbangan dalam merespon pertumbuhan apartemen sehingga pertumbuhan apartemen pada perode menengah meningkat dengan pesat ; Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 203 VI.2 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pola perubahan harga lahan di Jakarta terhadap sebaran dan pertumbuhan apartemen secara dominan adalah meningkat pada setiap koridor yang diteliti pada penelitian ini. Secara umum, pertumbuhan apartemen di Jakarta cenderung terkonsentrasi pada wilayah-wilayah dengan aksesibilitas tinggi, dekat dengan pusat kegiatan ekonomi, dan berada di koridor strategis seperti SCBD, JORR Barat, dan kawasan lainnya. Analisis perubahan harga lahan menunjukkan bahwa nilai harga lahan di lokasi apartemen mengalami pertumbuhan yang bervariasi, tergantung pada karakteristik wilayah, seperti kedekatan dengan infrastruktur utama (jalan tol, MRT, LRT), lingkungan sekitar, dan faktor risiko seperti banjir. Penelitian ini juga membuktikan bahwa berbeda dengan asumsi rent gap theory yang menyatakan bahwa gentrifikasi terjadi pada wilayah dengan harga lahan yang menurun, di Jakarta pertumbuhan apartemen justru terjadi di lokasi dengan harga lahan yang terus meningkat. Dengan demikian, proses gentrifikasi di Jakarta lebih dipengaruhi oleh kenaikan harga lahan dan intensifikasi penggunaan lahan di wilayah strategis, serta kebijakan pembangunan yang mendorong pertumbuhan apartemen di area tertentu. VI.3 Rekomendasi 1. Pertumbuhan apartemen yang stagnan dan negatif apabila diasosiasikan dengan penilaian karakteristik lingkungan maka banyak yang teridentifikasi dekat dengan sungai, wilayah kumuh dan wilayah banjir sehingga menyebabkan tidak tumbuhnya harga lahan. Hal ini bisa menjadi evaluasi bagi para pemangku kebijakan terkait penerbitan perizinan rumah susun komersial agar memperhatikan aspek-aspek lingkungan pada lokasi dibangunnya apartemen agar tidak hanya mempertimbangkan potensi ekonomi, tetapi juga keberlanjutan lingkungan dan kenyamanan penghuni. Dengan memperhatikan aspek-aspek seperti mitigasi risiko banjir, kualitas infrastruktur, serta tata ruang yang terintegrasi, sehingga apartemen yang dibangun memiliki daya tarik jangka panjang. Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 204 2. Koridor JORR Timur yang menjadi tempat berkumpulnya rumah susun rusunawa identik dengan kedekatan lokasi area industri sehingga dalam perencanaan tata ruang perlu memperhatikan perlu memperhatikan keseimbangan antara fungsi permukiman dan aktivitas industri.