Hasil Ringkasan
BAB 6 MOCHAMMAD FIRMANYSAH TRIPUTRA

Jumlah halaman: 4 · Jumlah kalimat ringkasan: 20

57 Bab VI Penutupan VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian tentang determinan efisiensi biaya produksi padi di Indonesia dihasilkan beberapa temuan, yaitu: 1. Biaya sewa lahan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan biaya produksi padi, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien biaya sewa lahan dibandingkan dengan input biaya lainnya. Oleh karena itu, lahan masih menjadi tantangan utama bagi petani dalam upaya meningkatkan efisiensi melalui pendekatan minimalisasi biaya. Selain itu, perlu diperhatikan juga biaya lainnya yang turut memberikan pengaruh besar terhadap struktur biaya produksi padi yaitu secara berurutan mencakup biaya tenaga kerja, biaya pupuk, dan biaya obat-obatan. 2. Hasil estimasi efisiensi biaya produksi menunjukan bahwa masih ada ruang bagi para petani untuk melakukan praktik budidaya padi yang lebih baik dengan tujuan meningkatkan efisiensi biaya sebesar 20,18% walaupun lebih dari 55% petani berada dalam kategori kelas efisiensi tinggi yaitu >80%. Petani pada agroekosistem sawah pasang surut dan rawa lebak dapat menggunakan input-input biaya dengan lebih baik dibandingkan dengan petani pada agroekosistem sawah irigasi. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata efisiensi yang lebih tinggi pada sawah pasang surut dan rawa lebak dibandingkan dengan sawah irigasi. 3. Beberapa faktor sosial ekonomi petani memiliki pengaruh signifikan terhadap efisiensi biaya produksi padi seperti usia petani dan luas lahan garapan. Semakin bertambah usia seorang petani, pengelolaan usaha tani cenderung semakin baik. Selain itu, petani yang menggarap lahan kecil terbukti lebih efisien dalam hal biaya dibandingkan dengan petani yang mengelola lahan yang lebih luas. Sedangkan faktor metode dan teknologi budidaya padi yang berpengaruh signifikan meliputi varietas benih, cara penanaman, dan sistem tanam. Penggunaan varietas unggul baru, seperti Inpari dan Situ Bagendit, yang memiliki ketahanan terhadap hama secara 58 signifikan dapat menurunkan biaya produksi. Sebaliknya, varietas Mekongga yang memiliki ketahanan terhadap hama lebih rendah dibandingkan varietas lain terbukti meningkatkan inefisiensi. Metode penanaman yang lebih sederhana, seperti tabela sebar dan tabela alat, terbukti memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan efisiensi biaya produksi dibandingkan dengan metode tapin, penggunaan teknologi yang sudah ada terbukti lebih efisien dibandingkan dengan adopsi teknologi baru, temuan ini sesuai dengan penelitian Belbase dan Grabowski (1985), sehingga dalam konteks pertanian negara berkembang seperti Indonesia penggunaan teknologi pertanian tidak perlu dimodernisasi secara sepenuhnya. Sedangkan, sistem tanam Legowo, yang memerlukan pengaturan khusus dalam jarak tanam, menunjukkan korelasi positif dengan inefisiensi biaya. Terakhir, musim kemarau 1, yaitu musim kering pertama setelah musim hujan, cenderung kurang efisien secara biaya dibandingkan dengan musim-musim lainnya. VI.2 Saran dan Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi kebijakan bagi pemerintah: 1. Memperkuat pelaksanaan reforma agraria dengan fokus pada redistribusi lahan terlantar atau tidak produktif kepada petani kecil untuk menurunkan biaya sewa lahan. Hal ini dapat dilakukan melalui pendataan ulang aset lahan, penertiban kepemilikan yang tidak sesuai aturan, dan pengalokasian lahan negara untuk kelompok tani atau koperasi petani. Kebijakan ini harus dilaksanakan dengan transparansi, melibatkan masyarakat lokal, serta mengedepankan prinsip keadilan dan keberlanjutan. Serta mengembangkan skema pembiayaan khusus, seperti kredit murah atau dana hibah, bagi petani yang ingin membeli atau mengelola lahan yang berasal dari pelepasan HGU. Skema ini harus dirancang dengan persyaratan yang fleksibel, sehingga dapat diakses oleh petani kecil yang memiliki keterbatasan modal. 2. Mendorong keterlibatan petani kecil dalam pelaksanaan program food estate untuk meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membagi lahan ke dalam kelompok-kelompok 59 dengan luasan yang lebih kecil, berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya yang menggunakan lahan berukuran besar dan dikelola oleh korporasi, sehingga memerlukan anggaran yang lebih besar. Lahan yang telah dikelompokkan ini kemudian diberikan kepada petani kecil untuk dikelola secara langsung. Petani kecil yang menggarap lahan dengan luasan yang kecil terbukti mampu mencapai efisiensi biaya yang lebih tinggi. Pendekatan ini diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan biaya operasional program food estate secara keseluruhan, sekaligus memberdayakan petani kecil sebagai pelaku utama dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia. 3. Meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan varietas unggulan padi melalui kolaborasi antara lembaga penelitian, universitas, dan sektor swasta. Fokus diarahkan pada pengembangan varietas seperti varietas unggulan baru Inpari dan Situbagendit, yang memiliki ketahanan tinggi terhadap hama dan penyakit toleransi terhadap kondisi lingkungan ekstrem seperti kekeringan, genangan, atau salinitas, serta memberikan hasil panen tinggi dengan input produksi yang rendah, seperti kebutuhan pupuk dan air yang lebih sedikit. Bagi petani: 1. Mempertimbangkan penggunaan alat dan mesin pertanian modern dalam mencari kombinasi antara mesin dan tenaga dalam meningkatkan efisiensi, seperti penggunan traktor, mesin tanam padi (transplanter), serta mesin panen padi (combine harvester). 2. Penggunaan varietas benih unggulan seperti Inpari dan Situ Bagendit, yang memiliki ketahanan terhadap hama, terbukti efektif dalam mengurangi biaya produksi melalui penurunan penggunaan pestisida. VI.3 Keterbatasan Penelitian 1. Data yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan survei petani di beberapa desa contoh yang berasal dari provinsi sumatera utara, selatan, jawa barat, tengah, dan timur, kalimantan selatan, dan terakhir sulawesi 60 selatan yang dilakukan oleh Patanas sehingga kurang dapat mewakili secara keseluruhan kondisi petani di Indonesia. 2. Penelitian ini hanya menggunakan satu periode waktu observasi, sehingga tidak dapat melihat perubahan nilai efisiensi biaya produksi padi dari waktu ke waktu VI.4 Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan data yang lebih representatif mewakili petani di seluruh indonesia, khususnya daerah yang sektor pertaniannya tidak begitu maju sehingga akan didapatkan hasil yang lebih beragam dan kompleks. 2. Menggunakan fungsi keuntungan (profit) dengan metode stochastic frontier untuk menganalisa tingkat efisiensi dan faktor determinan yang mempengaruhi inefisiensi usaha tani padi di Indonesia.