Hasil Ringkasan
43 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini berisi tentang kondisi daerah penelitian yang berada di bagian barat Kab. Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Perkembangan wilayah daerah ini semakin intens dengan adanya Kampus ITB Jatinangor yang mengundang mahasiswa dari berbagai daerah untuk tinggal sementara di kawasan sekitarnya. Keberadaan mahasiswa tentu membutuhkan tempat tinggal sementara yang memicu maraknya perubahan fungsi hunian yang semula rumah pribadi menjadi kos-kosan, kontrakan, bahkan apartemen. Di bagian selatan yang meliputi wilayah Kec. Cimanggung, klaster perumahan baru terus tumbuh sebagai pilihan hunian terjangkau bagi pekerja pabrik (Kahatex dan lainnya) maupun yang bekerja di Bandung Raya. Pertumbuhan kawasan terbangun di Sumedang bagian barat ini berpotensi terus berkembang seiring sudah beroperasinya Jalan Tol Cisumdawu, terutama di sekitar gerbang tol yaitu Kec. Pamulihan. Saat ini, Pamulihan merupakan kecamatan dengan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi di Kab. Sumedang (BPS, 2024). Bab ini menguraikan kondisi fisik dan lingkungan sebagai gambaran bagaimana respon perkembangan wilayah terhadap kondisi lingkungannya. Kemudian, diuraikan gambaran kebencanaan, khususnya gerakan tanah, ketika perkembangan wilayah tidak beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. VI.1 Fisik dan Lingkungan Berdasarkan data Kabupaten Sumedang dalam angka tahun 2024, daerah penelitian memiliki total luas 402,51 km 2 dengan Sumedang Selatan menjadi yang paling luas (BPS, 2024). Selain Sumedang Utara dan Sumedang Selatan, daerah ini sempat ada wacana dimekarkan menjadi kabupaten baru dengan pusat pemerintahan berada di Jatinangor. Jumlah penduduk di 6 kecamatan ini memang termasuk yang paling banyak, sekitar 35,4% penduduk Kab. Sumedang berada di daerah ini. Dengan temperatur rata-rata 28,25°C dan curah hujan rata-rata 178,16 mm/bulan, daerah ini sebenarnya relatif hangat. Musim hujan pada tahun 2023 terjadi di bulan Desember – April dengan jumlah hari hujan dalam sebulan rata-rata 15 hari. Berdasarkan klasifikasi curah hujan BMKG, daerah ini berada dalam kelas menengah sehingga sumber air bersih relatif melimpah. 44 Curah hujan menengah dan jumlah hari hujan tersebut menunjukkan bahwa daerah ini relatif sering terkena hujan sehingga potensi bencana yang dipicu curah hujan seperti gerakan tanah/longsor cukup tinggi.