Hasil Ringkasan
87 Bab V Analisis Bab ini memaparkan hasil penelitian yang didasarkan pada penilaian kelayakhunian permukiman di kawasan studentifikasi Jatinangor. Analisis dilakukan dengan mengintegrasikan data dari wawancara masyarakat dan survei persepsi mahasiswa untuk mengidentifikasi persoalan utama dan akar penyebabnya. Selain itu, bab ini juga mengevaluasi dampak studentifikasi terhadap kondisi fisik, sosial, dan ekonomi di wilayah penelitian, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai tantangan dan peluang dalam meningkatkan kelayakhunian permukiman. Fokus utama penilaian terhadap kelayakhunian kawasan yang mengalami proses studentifikasi adalah keseimbangan antara kebutuhan penghuni (mahasiswa), masyarakat lokal (penyedia), dan keberlanjutan kawasan. Penilaian ini dapat dilihat melalui enam aspek utama yang menjadi variabel dalam penelitian ini, yaitu: Kondisi Fisik Bangunan, Kondisi fisik lingkungan, keamanan dan kenyamanan, kondisi perekonomian, kualitas infrastruktur, dan kualitas fasilitas. 5.1. Proses Studentifikasi di Jatinangor Analisis ini bertujuan untuk memahami dinamika studentifikasi di Jatinangor, mulai dari transformasi lahannya, perkembangan hunian mahasiswanya, faktor-faktor pemicunya, dan pola interaksi antaraktor. Hasil analisis ini sepenuhnya didasarkan pada data yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan masyarakat lokal. Kejenuhan data yang dicapai dalam proses wawancara menjadi salah satu poin penting yang meningkatkan validitas temuan dalam analisis ini. Kejenuhan data menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh sudah konsisten dan tidak ada temuan baru yang muncul dari responden tambahan, sehingga data dapat dianggap mewakili kondisi nyata di lapangan. Dengan demikian, meskipun data hanya berasal dari satu sumber utama, tingkat kejenuhan ini berfungsi sebagai bentuk triangulasi internal, yang memperkuat keabsahan dan kredibilitas hasil analisis. Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 88 5.1.1. Transformasi Lahan Jatinangor pada awalnya adalah wilayah dengan dominasi lahan pertanian dan perkebunan. Tempat berdirinya 4 kampus di Jatinangor dulunya adalah Perkebunan Karet Jatinangor. Setelah inisiasi beberapa kampus untuk memindahkan kampusnya ke Jatinangor, penebangan dan pembukaan lahan besar-besaran di mulai pada awal tahun 1980-an di area perkebunan Jatinangor (Olahan wawancara masyarakat, 23 November 2024). meskipun UNPAD yang pertama kali menginisiasi keinginan untuk pindah ke Jatinangor di tahun 1979, namun universitas pertama yang gedungnya berdiri di Jatinangor adalah IKOPIN pada tahun 1982. Kemudian UNPAD baru secara resmi memindahkan kegiatan pendidikannya ke Jatinangor sejak tahun 1983 secara bertahap. Perpindahan itu diawali dengan pindahnya fakultas pertanian. Setelah itu, pada tahun 1988, Menteri Dalam Negeri saat itu mengeluarkan kebijakan penyatuan 20 Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang tersebar pada satu tempat penyelenggaraan pendidikan yang bersifat Nasional di Jatinangor. Setelah pemindahan ini, nama APDN resmi berganti menjadi STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri).