Hasil Ringkasan
14 Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang diperlukan dalam penelitian terutama dalam membentuk pemahaman terkat city branding dan minat kunjungan wisatawan di Kabupaten Tubaba. II.1 Konsep City Branding II.1.1 Definisi City Branding City branding merupakan konsep yang makin sering diadopsi dalam konteks tata kelola perkotaan belakangan ini. Pembangunan dan pengingkatan daya saing kota di dunia yang makin intens menjadi faktor utama dalam perkembangan teori ini. Definisi city branding merujuk pada strategi pemasaran yang dirancang untuk menciptakan citra positif suatu kota, sehingga dapat membedakannya dari kota lain. Menurut Kavaratzis (2004), city branding merupakan sarana untuk mencapai keunggulan yang kompetitif, dengan tujuan meningkatkan investasi, pariwisata, dan pembangunan masyarakat. Proses ini melibatkan penciptaan atau perbaikan citra kota melalui atribut dan karakteristik yang unik, yang kemudian dipromosikan kepada publik untuk membangun persepsi yang diinginkan. Dalam paktiknya, city branding tidak hanya terpaku sebatas media promosi seperti logo dan slogan, namun merupakan aktifitas yang memiliki cakupan yang lebih luas melibatkan upaya- upaya kolaboratif berbagai aktor dan unsur kepentingan untuk ketercapaian keberhasilan suatu tujuan (Dinnie,2011). City branding berkaitan dengan manajemen citra destinasi melalui inovasi dan kebijakan strategis melingkupi berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, dan budaya. dengan demikian city branding menjadi salah satu alat penting dalam pemasaran kota yang efektif. Juga sebagai pembentuk identitas kota agar dapat bersaing dengan kota lain ditingkat global (Anholt, 2007). Strategi city branding dapat dilihat sebagai upaya untuk memperoleh pengakuan yang lebih luas dan dapat menjelaskan bahwa berbagai kota di belahan dunia dapat memperoleh manfaat dari penerapan kebijakan terkait dengan pengelolaan sumber daya, reputasi, dan citra mereka. Strategi city branding meliputi beberapa langkah penting, seperti identifikasi aset dan atribut kota, penentuan tujuan branding, serta komunikasi yang efektif dengan semua pemangku kepentingan. Andrea Insch (dalam Lestari, 2016) mengemukakan bahwa proses ini harus Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 15 dilakukan secara terintegrasi agar pesan yang disampaikan konsisten dan mudah dipahami oleh publik. Ini mencakup komunikasi primer (kesan awal), sekunder (komunikasi formal), dan tersier (word of mouth) yang saling mendukung dalam membangun citra kota. City branding sering diartikan sebagai langkah untuk meningkatkan industri pariwisata dan investasi bisnis (Ashworth dan Kavaratzis, 2009). Dalam konteks ini city branding memiliki tujuan utama untuk menciptakan daya tarik yang lebih besar bagi para wisatawan dan investor. menurut Kavaratzis (2004), city branding dapat menonjolkan keunggulan yang dimiliki suatu kota. Hal ini penting karena investor cenderung mencari lokasi yang tidak hanya menawarkan keuntungan finansial, tetapi juga lingkungan yang kondusif untuk berbisnis. Oleh karena itu, strategi city branding harus mencakup elemen-elemen yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan iklim investasi yang positif.