Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan Bab ini menyajikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. I.1 Latar Belakang Kota-kota di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan luasan kawasan perkotaan yang semakin mengaburkan batas-batas administrasi wilayah menjadi salah satu bukti dari perkembangan kawasan perkotaan sekarang ini (Merlin & Choay, 2005). Selain itu, perkembangan perkotaan juga tidak dapat terlepas dari semakin meningkatnya aktivitas ekonomi kota dan peningkatan jumlah penduduk yang bertempat tinggal di kawasan perkotaan. Dalam beberapa literatur dinamika proses perkembangan perkotaan seperti ini disebut dengan proses urbanisasi, dimana penduduk dan aktivitas perekonomian penduduk semakin terpusat di suatu wilayah dan menjadikan kawasan terbangunnya semakin meningkat (Sato & Yamamoto, 2005). Badan pusat statistik merilis data jumlah penduduk yang bermukim di kawasan perkotaan ini pada tahun 2020 telah mencapai 56.7% dan terus akan meningkat hingga mencapai 66.6% di tahun 2035. Selain dapat memicu terjadinya transformasi status desa-kota, proses urbanisasi ini juga akan berdampak pada tren perubahan struktur dan pola ruang kawasan perkotaan, yang salah satunya diakibatkan oleh kebutuhan ruang untuk kawasan- kawasan terbangun yang semakin meningkat (Kumar, 2014). Pertumbuhan ekonomi kota dan pertumbuhan spasial kota menjadi dua hal yang berhubungan erat, pertumbuhan ekonomi kota melalui penciptaan pusat-pusat ekonomi baru, akan mendorong kawasan-kawasan di sekitarnya untuk ikut bertransformasi, salah satu diantaranya adalah kawasan di sekitarnya yang ikut berkembang guna menyediakan sarana prasarana penunjang kegiatan perekonomian tersebut (Gu, 2019). Pertumbuhan ekonomi secara masif yang salah satunya ditandai dengan meningkatnya iklim investasi di suatu wilayah, juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya transformasi desa-kota dan urbanisasi suatu wilayah (Baldwin & Martin, 2003). Investasi besar-besaran pada sektor industri dan Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 2 perdagangan dan jasa diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi lokal serta memberikan efek pengganda dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitarnya (Anderson & Ge, 2004). Salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah adalah dengan menetapkan kawasan pengembangan ekonomi khusus yang dirancang sebagai pusat pertumbuhan baru. Kawasan ini dipilih berdasarkan potensi strategisnya dalam mendukung pengembangan industri nasional. Pengembangan kawasan ini memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, sosial, dan infrastruktur wilayah. Meskipun terdapat potensi dampak positif yang timbul akibat meningkatnya iklim investasi di suatu wilayah, pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan investasi di sektor industri juga masih menghadapi tantangan terkait penyediaan lahan untuk pembangunan kawasan industri ataupun kawasan peruntukan industri. Akselerasi perkembangan perkotaan dan semakin meningkatnya jumlah penduduk di suatu wilayah tentunya akan meningkatkan kompetisi lahan/ruang kota, baik untuk kebutuhan tempat tinggal ataupun untuk kebutuhan untuk kegiatan sub sektor-sub sektor penggerak ekonomi kota. Konversi lahan-lahan non terbangun menjadi lahan terbangun akan sangat jamak ditemui dalam perkembangan keruangan suatu kota sebagai akibat meningkatnya kebutuhan ruang. Konversi lahan di kawasan perkotaan sebagian besar akan terjadi pada lahan-lahan pertanian yang produktif. Alih fungsi lahan kawasan pertanian menjadi zona-zona kegiatan ekonomi baru, pada umumnya akan sejalan dengan transformasi struktur ekonomi dan komposisi demografis masyarakat. Umumnya pertumbuhan dan transformasi kawasan perkotaan akan memicu pergeseran struktur ekonomi kota dari yang sebelumnya berbasis ekonomi primer menjadi struktur ekonomi sekunder ataupun bergeser kepada struktur ekonomi tersier. Hal yang sama juga terjadi pada pergeseran komposisi penduduknya, penduduk akan banyak terserap pada sektor- sektor padat karya baik karena dorongan peningkatan pendapatan ataupun karena lahan pertanian yang sudah mengalami degradasi secara kuantitas ataupun secara Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 3 kualitas (Harini, 2012).