Hasil Ringkasan
113 BAB VI KESIMPULAN Pada bab ini dijelaskan mengenai ringkasan temuan penelitian, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan penelitian, dan saran studi lanjutan. VI.1 Temuan Penelitian Desa Wangisagara telah mengalami transformasi perdesaan dalam berbagai aspek yaitu perubahan penggunaan lahan, beroperasinya pasar desa, perkembangan sektor pertanian, pergeseran mata pencaharian, dan perkembangan infrastruktur. Transformasi perdesaan tersebut terjadi dalam 26 tahun terakhir dengan inisiasi keberadaan kawasan industri di bagian utara desa. Secara ekonomi, transformasi perdesaan yaitu berupa berkurangnya ketergantungan terhadap sektor pertanian. Sedangkan secara sosial, meningkatnya pendatang dan jumlah penduduk perdesaan berpengaruh terhadap perubahan karakteristik desa. Transformasi perdesaan menimbulkan berbagai tantangan yaitu degradasi lingkungan akibat adanya kegiatan industri dan pertanian, ketimpangan ekonomi, pergeseran identitas desa, penurunan produktivitas dan adanya kesenjangan akibat tidak meratanya infrastruktur, perlunya dukungan pendanaan sektor pertanian maupun sektor lainnya, peningkatan literasi digital, dan meningkatnya permintaan barang dan jasa. Tantangan tersebut menunjukan bahwa transformasi perdesaan tidak hanya memberi peluang dan keuntungan bagi masyarakat maupun pemerintah desa. Namun dapat menimbulkan tantangan yang harus ditangani, dalam hal ini terkait penyesuaian model bisnis dalam menghadapi tantangan transformasi perdesaan. Penyesuaian proposisi nilai model bisnis BUM Desa menunjukan responsibilitas terhadap tantangan transformasi perdesaan. Terdapat beberapa tantangan seperti kebutuhan terhadap akses kredit pemodalan usaha untuk diversifikasi ekonomi, kebutuhan distribusi produk pertanian, peningkatan permintaan barang dan jasa, serta rendahnya literasi digital disesuaikan dalam proposisi nilai model bisnis Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 114 melalui penciptaan nilai tambah berupa penyediaan pasar desa, layanan kredit untuk pemodalan, dan penyediaan layanan internet dengan harga relatif terjangkau. Penyesuaian proposisi nilai tersebut mengindikasikan bahwa BUM Desa berfokus pada manfaat langsung dan peningkatan ekonomi lokal. Adapun tantangan yang bersifat makro berupa degradasi lingkungan, ketimpangan pendapatan, dan perubahan penggunaan lahan tidak disesuaikan dalam proposisi nilai model bisnis BUM Desa. Hal tersebut disebabkan kapasitas BUM Desa yang terbatas serta melibatkan multi sektor, dan diperlukan intervensi pemerintah pusat maupun daerah. Penyesuaian arsitektur nilai model bisnis BUM Desa dilakukan untuk membentuk proposisi nilai yang telah dijelaskan sebelumnya. Seperti halnya proposisi nilai, arsitektur nilai model bisnis disesuaikan untuk menjawab tantangan kebutuhan terhadap akses kredit pemodalan usaha untuk diversifikasi ekonomi, kebutuhan distribusi produk pertanian, peningkatan permintaan barang dan jasa, serta rendahnya literasi digital. Penyesuaian tersebut dilakukan melalui optimalisasi sumber daya lokal berupa penggunaan tanah carik dalam pemasaran produk dan layanan, penggunaan SDM yang berasal dari Desa Wangisagara, membangun kemitraan strategis untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan, dan prosedur untuk kredit yang mudah. Berbagai strategi tersebut dilakukan untuk meningkatkan produktivitas masyarakat perdesaan. Adapun tantangan lainnya berupa degradasi lingkungan, ketimpangan pendapatan, dan perubahan penggunaan lahan tidak disesuaikan dalam arsitektur nilai model bisnis. Hal tersebut dikarenakan tantangan tersebut membutuhkan sumber daya yang besar dan intervensi pemerintah. Penyesuaian model pendapatan model bisnis BUM Desa dilakukan untuk mencapai proposisi nilai dan memastikan produk dan layanan yang disediakan tersebut berkelanjutan dalam menghadapi tantangan transformasi perdesaan.