Hasil Ringkasan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi energi di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Pada periode tahun 2000-2013, konsumsi energi di Indonesia meningkat dari 79 juta Tonnes Oil Equivalent (TOE) menjadi 134 juta TOE atau tumbuh rata-rata 5,5% per tahun (Zed et al,2014). Sumber energi yang digunakan di Indonesia masih bergantung terhadap bahan bakar fosil yaitu sebesar 96% dengan rincian minyak bumi 48%, gas 18%, dan batu bara 30%. Peningkatan tingkat konsumsi energi di Indonesia berbanding terbalik dengan cadangan bahan bakar yang tersedia. Sejak tahun 2004, pasokan minyak bumi domestik belum mampu memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri sehingga menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor minyak. Pada tahun 2004, Indonesia mengalami defisit minyak sebesar 176.000 barells per day (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,2015). Peningkatan konsumsi energi yang tidak sejalan dengan cadangan bahan bakar fosil membuat diperlukannya sumber bahan bakar alternatif di Indonesia. Selain permasalahan energi, permasalahan lain yang dimiliki Indonesia adalah sampah. Estimasi timbulan sampah di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 38,5 juta ton/tahun dengan komposisi terbesar adalah sampah organik (58%), sampah plastik (14%), sampah kertas (9%), dan sampah kayu (4%) (Sa’diyah,2013). Sampah plastik sangat berpotensi untuk mencemari lingkungan akibat sifatnya yang memiliki ketahanan tinggi dan sulit terdegradasi (Gao, 2010). HDPE dan LDPE merupakan contoh jenis-jenis plastik yang memiliki potensi penyebab kekumuhan paling besar karena HDPE dan LDPE banyak dimanfaatkan untuk botol susu, botol sampo, botol sabun cair, kantong plastik botol kosmetik, jirigen, botol pelumas,botol minuman, dan lain-lain (Putra,2011). Sebagai contoh, timbulan sampah plastik jenis HDPE dan LDPE di Kecamatan Sukolilo yang berasal dari rumah tangga adalah sebesar 0,57 liter/orang.hari untuk HDPE dan 0,47 liter/orang.hari untuk LDPE (Putra, 2011). 2 Saat ini, konsep waste to energy mulai dikembangkan untuk penyelesaian permasalahan keterbatasan bahan bakar fosil dan besarnya timbulan sampah di Indonesia. Salah satu proses yang diterapkan adalah pirolisis. Waktu pemanasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pirolisis. Waktu pemanasan akan mempengaruhi jumlah arang, minyak, dan gas yang dihasilkan dari proses pirolisis. Selain itu, waktu pemanasan juga akan berhubungan dengan jumlah bahan baku yang digunakan untuk proses pirolisis. Maka dari itu, perlu ada analisis lebih lanjut mengenai faktor waktu pemanasan pada proses pirolisis untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Hal ini ditujukan agar proses tersebut dapat diketahui kelayakannya dalam aspek teknis, lingkungan dan juga ekonomi. Pada akhir penelitian diharapkan kita dapat menarik kesimpulan tentang pengaruh waktu pemanasan pirolisis untuk mengolah sampah plastik menjadi bahan baku alternatif, baik dari aspek teknis, aspek lingkungan, maupun aspek ekonomi.