39 Bab IV Gambaran Umum Kota Bandung Bab ini berisi penjelasan mengenai karakteristik Kota Bandung yang dijelaskan melalui aspek fisik dan non fisik. Aspek fisik terdiri dari letak geografis dan administratif, perkembangan wilayah, kependudukan, penggunaan lahan, dan perekonomian wilayah. Aspek non fisik mencakup tentang sejarah dan peran kota Bandung dalam konteks wilayah. IV.1 Karakteristik Fisik IV.1.1 Letak Geografis dan Administratif Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 5 Tahun 2022 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2022-2042, Kota Bandung memiliki luas wilayah sekitar16.659 ha dan terbagi menjadi 30 kecamatan dengan lebih dari 150 kelurahan. Kota ini berada pada koordinat geografis sekitar 6°55' LS (Lintang Selatan) dan 107°35' BT (Bujur Timur). Bandung terletak di dataran tinggi, tepatnya di kawasan Lembah Bandung, yang dikelilingi oleh pegunungan, seperti Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara, Gunung Manglayang di sebelah Timur, serta Gunung Parahyangan di sebelah Selatan. Ketinggian rata-rata Kota Bandung sekitar 768 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang membuatnya memiliki iklim yang sejuk. Letak geografis ini memberikan karakteristik iklim yang nyaman dan menjadi salah satu daya tarik kota ini sebagai tujuan wisata dan tempat tinggal. Keberadaan pegunungan juga menjadikan Bandung rawan terhadap bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di beberapa daerah tertentu. Topografi Kota Bandung berbentuk cekungan, dengan perbukitan di bagian Utara dan area dataran di bagian Selatan. Secara morfologi regional, Kota Bandung berada di tengah “Cekungan Bandung” dengan luas 233.000 ha. Secara administratif, cekungan ini mencakup 5 (lima) wilayah, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang. Kota Bandung berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung di Utara, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat di Barat, Kabupaten Bandung di Timur dan Kabupaten Bandung di Selatan. 40 IV.1.2 Perkembangan Wilayah Pada awal perkembangannya, tata Kota Bandung dirancang berdasarkan pola kota tradisional dengan mengikuti kota kerajaan, ditandai dengan adanya alun-alun sebagai pusat kota dilengkapi pohon beringin ditengahnya. Di sekelilingnya terdapat pendopo kabupaten, masjid dan “Bale Bandung” atau Balai Kota (stadhuis) yang sering disebut sebagai “Paseban atau Babancong “. Komponen lain dari kota ini adalah dua pasang gerbang atau gapura yang dikenal sebagai kaca- kaca, berupa dua pilar tembok tinggi yang di sebelah kiri Jalan Raya Pos yang dibangun di bagian Barat dan Timur kota. Peran pemerintah kolonial dalam pembentukan kota ini terlihat dari pembangunan penjara dan loji di utara alun-alun, yang sekarang disebut Banceuy. Berdasarkan pertumbuhan kotanya, alun-alun dan bekas kompleks kabupaten di pusat kota adalah titik awal perkembangan kota. Mengacu pada sejarah, Bandung menjadi gemeente pada tahun dengan luas awal 1.922 ha. Sejak saat itu, Bandung mengalami perkembangan kawasan terbangun yang pesat selama lebih dari satu abad, dengan perluasan wilayah administrasi kotanya beberapa kali: pada tahun 1917 (2.871 ha), 1942 (5.413 ha), 1949 (8.098 ha), dan terakhir 1987 (16.729,65 ha). Perkembangan kawasan terbangun di Kota Bandung tercatat mulai dari 240 ha pada tahun 1906, menjadi sekitar 3.000 ha (1945), 4.200 ha (1971), 10.125 (1988), 10.526 ha (1996) dan 11.896 (2007). Secara spasial, perkembangan ini dapat dilihat diamati pada peta stadia perkembanga kota yang ada. Gambar IV.1 Stadia Perkembangan Kawasan Terbangun Kota Bandung Sumber: Sujarto, 2009 41 IV.1.3 Penggunaan Lahan Menurut data penggunaan lahan di Kota Bandung, lahan yang paling luas digunakan untuk bangunan permukiman kota, mencakup seluas 7.622,22 ha atau sekitar 45,69% dari total wilayah kota. Permukiman ini tersebar di seluruh wilayah Kota Bandung. Selain itu, terdapat penggunaan lahan untuk bangunan industri, perdagangan, dan perkantoran seluas 1.071,46 ha atau 6,42% dari total wilayah. Sementara itu, bangunan non-permukiman lainnya menempati area seluas 878,05 ha yang setara dengan 5,26% dari luas Kota Bandung. Tabel IV.1 Penggunaan Lahan Kota Bandung Tahun 2019 Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) Bangunan permukiman kota 7.622,22 45,69 Perkebunan lain 1.741,28 10,44 Jaringan jalan/aspal/beton/tanah 1.518,59 9,10 Semak belukar 1.237,60 7,42 Bangunan industri, perdagangan dan perkantoran 1.071,46 6,42 Sawah dengan padi terus menerus 1.061,79 6,37 Bangunan non permukiman lain 878,05 5,26 Hutan, jalur hijau dan taman kota 651,71 3,91 Area parkir 457,21 2,74 Sungai 126,35 0,76 Hutan lahan rendah sekunder kerapatan rendah 66,76 0,40 Danau buatan lainnya 64,78 0,39 Stadion dan sarana olahraga 48,90 0,29 Terminal bandara 41,45 0,25 Saluran air 29,70 0,18 Padang golf 25,02 0,15 Kolam ikan air tawar 11,35 0,07 Embung 6,04 0,04 Stasiun 6,01 0,04 Terminal bus 4,82 0,03 Lapangan diperkeras 2,92 0,02 Lahan kosong/tahan terbuka 2,51 0,02 Tempat penimbunan dan pembuangan sampah 1,93 0,01 Danau/telaga alami 1,91 0,01 Tegalan/ladang 0,65 0,00 Jumlah 16.681,01 100 Sumber: Dokumen Materi Teknsi RTRW Bappedalitbang Kota Bandung, 2024 42 IV.1.4 Kependudukan Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung tahun 2023, jumlah penduduk Kota Bandung sebanyak 2.506.600 Jiwa. jumlah penduduk tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dari tahun 2014 yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.470.802 jiwa. Gambar IV.2 Grafik Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2014-2023 (ribu jiwa) Sumber: BPS diolah, 2024 Berdasarkan data sebaran jumlah penduduk tahun 2023, dapat dijelaskan bahwa wilayah dengan jumlah penduduk terbanyak tersebar di Kecamatan Coblong, Kecamatan Batununggal, Kecamatan Kiaracondong, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kecamatan Babakan Ciparay dan Kecamatan Bandung Kulon. Gambar IV.3 Sebaran Jumlah Penduduk Kota Bandung Tahun 2023 Sumber: Website opendata.bandung.go.id, diakses pada 2024 43 Bertambahnya jumlah penduduk memberikan implikasi pada kepadatan penduduk di Kota Bandung. Kepadatan penduduk di Kota Bandung semakin meningkat akibat dari terus bertambahnya jumlah penduduk. Kepadatan penduduk tahun 2014 adalah 15,71 ribu jiwa/km2 dan hingga tahun 2023 kepadatan penduduk Kota Bandung meningkat menjadi 14,98 ribu jiwa/km2. Gambar IV. 4 Kepadatan Penduduk Kota Bandung Tahun 2014-2023 (ribu/km 2 ) Sumber: BPS diolah, 2024 Laju pertumbuhan penduduk pada rentang tahun 2014-2023 perkembangannya cenderung fluktuatif. Pada tahun 2014 laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung sebesar 0,50% dan pada tahun 2020 sebesar 0,20%. Perkembangan laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dapat dilihat pada grafik berikut. 44 Gambar IV.5 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Bandung Tahun 2014-2023 Sumber: BPS diolah, 2024 IV.1.5 Perekonomian Wilayah Kota Bandung adalah pusat ekonomi di Jawa Barat, dengan sektor ekonomi yang mencakup industri manufaktur, perdagangan, jasa dan pariwisata. Dengan adanya pusat perbelanjaan, kawasan komersial dan basis industri yang besar, Bandung menjadi tempat bertumbuhnya berbagai usaha, baik skala kecil maupun besar. Hal ini didukung oleh posisinya sebagai pusat pendidika yang melahirkan banyak tenaga kerja terampil dan inovatif, menjadikan kota ini juga sebagai tempat berkembangnya bisnis kreatif, seperti desain, fashion dan teknologi. PDRB Kota Bandung pada tahun 2023 berdasarkan harga berlaku tercatat sebesar 351,28 trilyun rupiah. Nilai PDRB tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 328,31 trilyun rupiah. Sedangkan ditinjau dari harga konstan, PDRB Kota Bandung tahun 2023 tercatat sebesar 221, 97 trilyun rupiah, PDRB harga konstan juga meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 211,24 trilyun rupiah. Gambar di bawah ini menunjukkan nilai PDRB Kota Bandung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan pada tahun 2014 – 2023. 45 Gambar IV.6 PDRB Kota Bandung Tahun 2014-2023 Sumber: BPS diolah, 2024 Laju pertumbuhan ekonomi menunjukan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah dalam selang waktu tertentu. Laju pertumbuhan ekonomi pada pemabahasan ini ditinjau berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi harga konstan. Berikut ini laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung tahun 2014-2023. Gambar IV.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandung Tahun 2014-2023 Sumber: BPS diolah, 2024 46 IV.2 Karakteristik Non-fisik IV.2.1 Sejarah Kota Bandung Kota Bandung memiliki sejarah panjang yang bermula dari amsa penjajahan dan berkembang pesat seiring dengan berbagai peristwa penting dalam sejarah Indonesia. Sebelum kedatangan bangsa Eropa, wilayah yang kini menjadi Kota Bandung merupakan daerah yang dihuni oleh Suku Sunda. Dalam catatan sejarah, Bandung pernah menjadi bagian dari Kerajaan Sunda. Pada masa ini, wilayah Bandung dikenal dengan sebutan "Bandung" yang memiliki arti "banyaknya air", merujuk pada banyaknya sungai yang mengalir di wilayah tersebut.