Hasil Ringkasan
179 BAB VI. Penutup Bab penutup disertasi ini dibagi menjadi empat segmen utama, yaitu: (1) Kesimpulan (2) Temuan studi, hasil temuan yang diperoleh dari menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, (3) implikasi dari hasil penelitian terhadap teori dan praktik dalam bidang perencanaan, (4) pembahasan mengenai keterbatasan- keterbatasan yang dihadapi selama penelitian, dan (5) rekomendasi untuk penelitian yang akan datang. VI.1. Kesimpulan Pola perilaku perjalanan Gen-Z di kawasan urban pada negara berkembang seperti Indonesia, di mana infrastruktur transportasi umum belum memadai dan mobilitas perkotaan didominasi oleh kendaraan pribadi, menunjukkan kecenderungan unik yang dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial-ekonomi, dan budaya. Penelitian ini menunjukkan bahwa Gen-Z di kota-kota seperti Indonesia cenderung lebih sering menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil dibandingkan dengan transportasi umum. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur transportasi umum yang belum memadai, aksesibilitas yang buruk, serta kemudahan dalam memperoleh kendaraan pribadi. Meskipun Gen-Z di negara berkembang memiliki kesadaran terhadap pentingnya transportasi yang berkelanjutan seperti halnya di negara maju, hambatan struktural seperti keamanan, kenyamanan, dan ketersediaan angkutan umum sering kali membatasi mereka untuk sepenuhnya mengadopsi pilihan transportasi yang ramah lingkungan. Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa aspek guna lahan dan keberadaan ruang ketiga (third space) seperti kafe, taman, dan ruang komunitas, berpengaruh signifikan terhadap pola perjalanan dan mobilitas Gen-Z. Misalnya, keberagaman dan kepadatan guna lahan di sekitar tempat tinggal dan tempat kerja atau kampus dapat mengurangi jarak tempuh perjalanan harian dan mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. Di sisi lain, ruang ketiga yang menarik dan mudah diakses dapat menjadi titik penting dalam pola perjalanan harian Gen-Z, di mana semakin banyak waktu yang dihabiskan di ruang ketiga, semakin berkurang perjalanan panjang yang dilakukan. 180 Temuan ini mengindikasikan bahwa untuk memahami dan mengelola mobilitas Gen-Z di negara berkembang seperti Indonesia, diperlukan kebijakan yang memperhitungkan keberagaman konteks lokal dan spesifikasi kebutuhan kelompok ini. Investasi dalam infrastruktur transportasi umum yang andal dan aman, pengembangan tata guna lahan yang ramah pejalan kaki dan pesepeda, serta penyediaan ruang ketiga yang menarik dan mudah diakses di sekitar pusat aktivitas seperti kampus dan tempat kerja, adalah langkah-langkah penting untuk mendorong mobilitas yang lebih berkelanjutan di kalangan Gen-Z di kawasan urban negara berkembang. Kebijakan ini harus dirancang dengan mempertimbangkan preferensi Gen-Z terhadap mobilitas berkelanjutan, meskipun dalam konteks yang penuh tantangan infrastruktur. VI.2. Temuan Studi Temuan studi ini merupakan jawaban daru tiap pertanyaan penelitian. Temuan studi menunjukkan bahwa meskipun secara global Gen-Z dikenal memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi, perbedaan infrastruktur transportasi dan keterbatasan angkutan umum di negara berkembang menghasilkan pola perjalanan yang berbeda secara signifikan dari yang ditemukan di negara maju. Literatur umumnya mencatat bahwa Gen-Z cenderung memilih menggunakan angkutan umum dan transportasi aktif seperti bersepeda dan berjalan kaki. Namun, di negara berkembang, situasinya sering kali berkebalikan (misalnya : Ardhaneswari & Agustapraja, 2023; Chopdar et al., 2023; Devin et al., 2021; Lima et al., 2017; Mahmudah et al., 2018; Tallar et al., 2023), di mana Gen-Z lebih banyak mengandalkan kendaraan pribadi karena kurangnya opsi transportasi umum yang efisien, nyaman, dan aman. Analisis dari penelitian ini mengindikasikan bahwa mobilitas Gen-Z di Kota Makassar sebagai representasi dari kawasan urban di Indonesia, didominasi oleh penggunaan kendaraan pribadi dengan lebih dari 90% dari semua perjalanan. Lebih lanjut, hasil menunjukkan bahwa pria cenderung melakukan lebih banyak perjalanan sehari-hari dan menempuh jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan wanita, baik selama hari kerja maupun di akhir pekan. Aktivitas perjalanan juga lebih intens pada hari kerja dibandingkan akhir pekan. Selain itu, ada korelasi antara kemampuan finansial yang lebih tinggi dengan frekuensi perjalanan yang lebih banyak di antara individu Gen-Z, terutama selama akhir pekan. 181 Penelitian ini juga mengungkap bahwa lama waktu yang dihabiskan di 'ruang ketiga'—tempat-tempat seperti kafe, perpustakaan, atau co-working space— berdampak signifikan terhadap jumlah dan jarak perjalanan harian Gen-Z. Semakin banyak waktu yang dihabiskan di ruang ketiga, semakin sedikit jumlah perjalanan yang dilakukan dan jarak yang ditempuh menjadi lebih pendek. Selain itu, faktor kemampuan finansial, penggunaan lahan, dan jarak memainkan peranan penting dalam menentukan pilihan lokasi ruang ketiga serta lama waktu yang dihabiskan di sana. Preferensi Gen-Z untuk memilih ruang ketiga yang berlokasi dekat dengan tempat kerja atau kampus mereka, dibandingkan yang dekat dengan rumah, menunjukkan pola mobilitas dan preferensi lokasi yang spesifik dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa kepadatan dan keragaman penggunaan lahan berpengaruh signifikan terhadap perilaku perjalanan. Dalam area yang lebih padat, terjadi lebih banyak perjalanan harian, namun jarak per perjalanan menjadi lebih pendek. Fenomena serupa juga terlihat dengan adanya keragaman penggunaan lahan; semakin beragam suatu area, semakin banyak perjalanan yang dilakukan setiap hari, tetapi jarak perjalanan menjadi lebih pendek. Hal ini berlaku untuk kedua kelompok, yaitu Gen-Z dan generasi yang lebih tua. Selain itu, penelitian ini menunjukkan perbedaan perilaku perjalanan antara Gen-Z dan generasi yang lebih tua dalam konteks penggunaan lahan. Secara umum, Gen- Z cenderung melakukan lebih banyak perjalanan harian dibandingkan dengan generasi yang lebih tua. Meskipun kepadatan dan keragaman penggunaan lahan memengaruhi kedua kelompok, Gen-Z menunjukkan respons yang lebih tinggi terhadap kedua variabel tersebut. Mereka lebih sensitif terhadap keragaman penggunaan lahan, dengan peningkatan keragaman cenderung meningkatkan jumlah perjalanan harian mereka secara lebih drastis dibandingkan dengan generasi yang lebih tua. Respons serupa terlihat pada kepadatan lahan; dengan meningkatnya kepadatan dan keragaman lahan, jarak perjalanan per trip untuk kedua kelompok menjadi lebih pendek, tetapi Gen-Z menunjukkan penurunan yang lebih tajam. Penelitian ini memperkenalkan pendekatan inovatif dalam studi perilaku perjalanan dan mobilitas manusia dengan memanfaatkan data GMT untuk mengobservasi dan 182 menganalisis pergerakan manusia. Pendekatan ini menandai kemajuan signifikan dalam metodologi penelitian mobilitas karena menyediakan data yang lebih granular dan longitudinal dibandingkan metode tradisional seperti survei perjalanan atau penggunaan GPS biasa. Dengan mengakses timeline pergerakan yang terekam secara otomatis, peneliti dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan akurat mengenai pola perjalanan harian, termasuk frekuensi perjalanan, rute yang diambil, dan durasi perjalanan. Penggunaan data ini memungkinkan analisis yang lebih komprehensif terhadap bagaimana individu berinteraksi dengan ruang urban dan bagaimana faktor-faktor seperti kepadatan dan keragaman penggunaan lahan memengaruhi keputusan perjalanan mereka. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan akurasi dan keandalan temuan penelitian tetapi juga membuka peluang untuk mengeksplorasi dimensi baru dalam perilaku perjalanan yang mungkin sebelumnya tidak terdeteksi dengan metode yang lebih konvensional. VI.3. Implikasi Penelitian Implokasi teoritis a) Dari sudut pandang teoritis, temuan ini menggugah pertanyaan kritis tentang aplikabilitas model atau temuan perilaku transportasi yang ada yang seringkali dianggap universal tanpa memperhitungkan konteks geografis dan ekonomi yang spesifik. Meskipun literatur global menyatakan bahwa Gen-Z memiliki kecenderungan untuk memilih angkutan umum dan moda transportasi aktif sebagai bagian dari kesadaran lingkungan mereka, realitas di negara berkembang menunjukkan skenario yang berbeda, dengan Gen-Z lebih mengandalkan kendaraan pribadi. Temuan ini menunjukkan bahwa teori perilaku transportasi, terutama untuk Gen-Z, perlu dipertimbangkan untuk lebih memperhatikan faktor kontekstual seperti ketersediaan dan kualitas infrastruktur transportasi, yang berbeda secara signifikan antara negara berkembang dan maju. Ini mengarah pada kebutuhan untuk mengembangkan model perilaku yang lebih fleksibel dan adaptif yang bisa mengakomodasi variasi regional dan lokal dalam strategi perencanaan transportasi. Penelitian ini juga mendorong lebih banyak penelitian terfokus pada Gen-Z di berbagai konteks negara berkembang, untuk mengembangkan strategi perencanaan dan 183 kebijakan yang lebih efektif dan inklusif. Dengan demikian, peneliti diharapkan untuk lebih mengeksplorasi dan memvalidasi temuan ini melalui studi-studi lebih lanjut yang dapat memberikan rekomendasi yang konkret dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik populasi urban yang berkembang dan dinamis ini. b) Dari perspektif teoritis, temuan penelitian ini coba mendebat pandangan konvensional yang sering menggambarkan Gen-Z sebagai pengguna angkutan umum dan pendukung transportasi berkelanjutan. Dominasi penggunaan kendaraan pribadi oleh Gen-Z, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian ini, menyoroti kebutuhan untuk mengkaji ulang asumsi yang ada dalam teori perilaku transportasi, khususnya yang berkaitan dengan faktor demografis dan preferensi mobilitas. Fakta bahwa pria cenderung melakukan lebih banyak perjalanan dan menempuh jarak yang lebih jauh juga mengungkap dinamika gender yang mungkin memerlukan analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mendorong perbedaan ini.