147 BAB V: Mobilitas Gen-Z dan Guna Lahan 4 V.1. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak dari penggunaan lahan— khususnya keragaman dan kepadatan lahan—terhadap pola mobilitas Gen-Z di kota-kota negara berkembang, seperti Indonesia, yang ditandai dengan keterbatasan infrastruktur transportasi publik. Data histori perjalanan dari GMT digunakan untuk menganalisis pergerakan 1,057 individu selama lebih dari 150 hari secara kontinu selama 24 jam, di mana 65,56% dari mereka adalah Gen-Z, dan sisanya adalah generasi lebih tua sebagai kelompok pembanding. Dari 579,360 trips yang diamati, temuan menunjukkan bahwa kepadatan dan keragaman penggunaan lahan berpengaruh signifikan terhadap jumlah perjalanan harian dan jarak tempuh harian. Penelitian ini juga mengungkap perbedaan pola mobilitas antara Gen-Z dan generasi lebih tua, serta menyoroti peran gender dalam memengaruhi pola pergerakan di area perkotaan. Pentingnya memahami preferensi dan kebutuhan mobilitas Gen-Z sangat relevan dalam merumuskan kebijakan transportasi dan strategi perencanaan perkotaan yang efektif untuk masa depan. Penelitian ini juga menekankan bahwa, meskipun ada preferensi kuat di kalangan Gen-Z untuk opsi transportasi berkelanjutan, tanpa dukungan infrastruktur dan perencanaan perkotaan yang sesuai, kemampuan untuk mengoptimalkan mobilitas berkelanjutan akan sulit tercapai. Melalui kajian ini, diperlihatkan perspektif baru mengenai bagaimana karakteristik penggunaan lahan dapat dikaitkan dengan perilaku perjalanan harian, serta bagaimana perencanaan kota dan kebijakan penggunaan lahan bisa disesuaikan untuk mendukung mobilitas yang lebih berkelanjutan dan efisien. Kata kunci : gen-Z; tata guna lahan; perilaku perjalanan 4 Tulisan ini telah dipublikasikan pada Sustainable Futures Volume 8, 100388 dengan judul Urban dynamics and Gen-Z mobility: The influence of land use diversity and density on daily trip patterns in Indonesia. https://doi.org/10.1016/j.sftr.2024.100388 148 V.2. Pendahuluan Penggunaan lahan dan transportasi merupakan dua elemen kunci yang membentuk lanskap perkotaan dan memengaruhi pergerakan sehari-hari penduduknya (M. G. Boarnet & Sarmiento, 1998; Crane, 2000; Duman et al., 2021; Morimoto, 2021). Penggunaan lahan memainkan peran penting dalam membentuk perilaku perjalanan masyarakat, terutama dalam konteks perkotaan. Area dengan kepadatan dan keberagaman penggunaan lahan yang tinggi, seperti pusat kota yang menawarkan campuran perumahan, komersial, dan fasilitas rekreasi dalam jarak berjalan kaki, cenderung mendorong penduduk untuk lebih banyak berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum (Cervero & Kockelman, 1997; Ewing & Cervero, 2010b; Saelens et al., 2003). Sebaliknya, wilayah suburban yang dirancang dengan fokus pada penggunaan lahan tunggal, di mana area perumahan, tempat kerja, dan fasilitas lainnya dipisahkan secara signifikan, seringkali membuat penghuni lebih bergantung pada kendaraan pribadi untuk kegiatan sehari-hari (Frank et al., 2007; S. Handy et al., 2005; Y. Liu et al., 2020; Wegener, 2021). Dengan demikian, pola penggunaan lahan tidak hanya memengaruhi pilihan transportasi individu tetapi juga memiliki dampak yang luas terhadap kepadatan lalu lintas, emisi karbon, dan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat secara keseluruhan. Dalam konteks ini, memahami dinamika antara penggunaan lahan dan perilaku perjalanan menjadi krusial untuk merancang strategi perencanaan perkotaan yang berkelanjutan dan inklusif. Di Indonesia, interaksi antara pola penggunaan lahan dan mobilitas Gen-Z menawarkan jalur penelitian yang unik, terutama mengingat kondisi infrastruktur transportasi umum yang tidak memadai dan dominasi kendaraan pribadi, termasuk sepeda motor, dalam pola pergerakan perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak dari penggunaan lahan, khususnya, guna lahan dalam konteks kepadatan dan keragaman, terhadap pola mobilitas Gen-Z di Indonesia, dengan menggunakan Google Maps (GMaps) Timeline untuk melacak riwayat perjalanan selama periode lima bulan, 24 jam sehari. Latar belakang studi ini adalah setting kota Makassar sebagai representatif kota metropolitan di Indonesia selain Jakarta, di mana urbanisasi dan pertumbuhan cepat 149 tidak diikuti dengan pengembangan sistem transportasi umum yang memadai. Kesenjangan ini telah menyebabkan ketergantungan berat pada kendaraan pribadi (Dai et al., 2023; Y. Liu et al., 2022; Nieuwenhuijsen, 2024), yang secara signifikan membentuk pola mobilitas populasi, termasuk Gen-Z. Kohort demografis ini, dikenal karena kecakapannya dalam digital dan pilihan gaya hidup yang berbeda (Bach et al., 2023; Çera et al., 2024; Cvenkel, 2020), mewakili kelompok kritis yang pola mobilitasnya dapat menawarkan wawasan untuk perencanaan perkotaan dan kebijakan transportasi di masa depan. Dengan fokus pada kepadatan dan keragaman pada penggunaan lahan, penelitian ini berusaha untuk memahami bagaimana lingkungan binaan memengaruhi pergerakan Gen-Z, topik yang belum banyak dieksplorasi dalam konteks negara berkembang seperti Indonesia. Selain itu, penggunaan GMT sebagai alat untuk mengumpulkan data tentang riwayat perjalanan adalah pendekatan baru dalam bidang studi ini. Metodologi ini memungkinkan analisis yang akurat dan komprehensif tentang pola mobilitas, memberikan pandangan waktu nyata dan rinci tentang bagaimana Gen-Z menavigasi lanskap perkotaan. Dengan memonitor pergerakan selama lima bulan, 24 jam sehari, penelitian ini menangkap berbagai aktivitas dan pergerakan, mulai dari perjalanan sehari-hari hingga perjalanan rekreasi, sehingga menawarkan pemahaman holistik tentang perilaku mobilitas generasi ini. Pentingnya penelitian ini tidak hanya terletak pada kemampuannya untuk memberikan wawasan tentang kondisi mobilitas perkotaan dan penggunaan lahan saat ini, tetapi juga pada potensinya untuk menginformasikan perencanaan perkotaan dan kebijakan transportasi di masa depan. Dengan pengakuan yang berkembang atas kebutuhan akan pengembangan perkotaan yang berkelanjutan dan sistem transportasi umum yang efisien, memahami pola mobilitas populasi muda sehubungan dengan penggunaan lahan menjadi semakin relevan. Temuan studi ini dapat memandu pengembangan ruang perkotaan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan yang memenuhi kebutuhan dan preferensi generasi muda. Kebaruan dari penelitian ini juga terletak pada fokus spesifiknya pada Gen- Z dalam konteks Indonesia, sebuah demografi yang mendapatkan perhatian terbatas 150 dalam studi mobilitas dan penggunaan lahan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, yang mungkin secara luas membahas mobilitas perkotaan atau berfokus pada kelompok demografis yang lebih tua atau hanya membahas perilaku perjalanan dari aspek sosial demografi (misalnya : Acharya et al., 2023; Park et al., 2023; Swelam et al., 2024), studi ini menyoroti perilaku dan preferensi unik Gen-Z sebagai salah satu populasi terbesar dan dominan dalam mobilitas perkotaan. Dengan demikian, ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana generasi ini berinteraksi dengan ruang perkotaan dan menavigasi tantangan yang ditimbulkan oleh opsi transportasi umum yang terbatas. Akhirnya, keunikan dari penelitian ini berasal dari metodologi komprehensifnya dan fokusnya pada hubungan antara penggunaan lahan dan pola mobilitas di antara Gen-Z. Sementara studi lain mungkin telah mengeksplorasi tema serupa, kedalaman pengumpulan data melalui GMT, dikombinasikan dengan fokus pada keragaman dan kepadatan penggunaan lahan, membedakan studi ini. Ini tidak hanya memperkaya diskursus akademik tentang mobilitas perkotaan tetapi juga menawarkan wawasan praktis bagi perencana perkotaan dan pembuat kebijakan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih layak huni dan dapat diakses untuk generasi mendatang. V.3. Tinjauan Literatur Kepadatan (density) dan Keragaman (diversity) Guna lahan Guna lahan, ketika didefinisikan melalui perspektif kepadatan dan keragaman, menciptakan sebuah kerangka untuk memahami bagaimana ruang fisik dalam lingkungan perkotaan dialokasikan dan digunakan. Densitas secara umum mengacu pada jumlah unit, entah itu perumahan atau komersial, yang ada dalam suatu area tertentu yang mengindikasikan seberapa padat suatu kawasan (X. Cao & Fan, 2012; Chen et al., 2023b; T.-H. T. Gim, 2012; Mouratidis et al., 2019; Zhu et al., 2023), meskipun pada beberapa penelitian juga mempertimbangkan kepadatan lapangan pekerjaan pada suatu kawasan (Cervero, 2002; Khan et al., 2014) . Kepadatan, memiliki pengaruh signifikan terhadap pola perjalanan atau perilaku perjalanan. Dalam konteks perkotaan, area dengan kepadatan tinggi seringkali menawarkan akses yang lebih baik ke berbagai fasilitas dan layanan, seperti toko, sekolah, dan 151 tempat kerja, yang semuanya dapat dicapai dengan berjalan kaki, bersepeda, atau transportasi umum (M. Boarnet & Crane, 2001; Leck, 2011). Kepadatan yang lebih besar mendukung efisiensi transportasi umum karena ada lebih banyak orang dalam jarak yang lebih dekat, yang membuat layanan tersebut lebih layak dari segi biaya dan lebih sering beroperasi (Chen et al., 2023b; Zhu et al., 2023). Penduduk di area padat lebih cenderung untuk menggunakan transportasi umum dan kurang bergantung pada kendaraan pribadi.