105 BAB IV. Mobilitas Gen-Z dan Ruang Ketiga 3 Abstrak Generasi-Z (Gen-Z) adalah populasi yang sangat dominan di daerah perkotaan, terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jumlah mereka sekitar seperempat dari populasi global. Populasi ini dianggap memiliki karakteristik yang unik, termasuk pola pergerakan dan aktivitas mereka. Karena akses mereka yang signifikan terhadap teknologi dan internet, serta fleksibilitas mereka dalam bekerja, kehadiran online yang kuat, dan prioritas yang berbeda, menjadi penting untuk meneliti perilaku mereka dalam hal pergerakan dan aktivitas di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pola perjalanan dan aktivitas Gen-Z di daerah perkotaan di negara berkembang seperti Indonesia, di mana sistem transportasi umum belum begitu memadai dan mobilitas perkotaan masih didominasi oleh kendaraan pribadi (mobil dan motor). Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana Gen-Z menghabiskan waktu di 'ruang ketiga individu' dan bagaimana hal tersebut memengaruhi perjalanan harian dan jarak tempuh harian mereka. Penelitian ini juga meneliti apa saja yang memengaruhi durasi waktu mereka di ruang ketiga. Dengan memanfaatkan data riwayat perjalanan dari GMT, 512 orang Gen-Z di Kota Makassar diamati selama 153 hari (5 bulan) selama 24 jam. Sebanyak 251.392 perjalanan diamati dan 185.344 lokasi dikunjungi. Teridentifikasi 103 orang yang memiliki ruang ketiga individu. Ditemukan bahwa durasi harian di ruang ketiga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perjalanan harian dan jarak tempuh harian. Semakin lama durasi, semakin sedikit perjalanan harian dan semakin pendek jarak tempuh harian. Temuan lainnya adalah bagaimana aspek kemampuan finansial, tata guna lahan, dan jarak memengaruhi di mana mereka memilih lokasi ruang ketiga dan berapa lama mereka menghabiskan waktu di tempat tersebut. Penelitian ini juga menunjukkan potensi data GMT dalam penelitian transportasi dan bagaimana kumpulan data ini dapat menjadi alternatif atau pelengkap dari survei konvensional seperti travel diary atau penggunaan data ponsel yang memiliki banyak keterbatasan. Kata kunci: Gen-Z; urban transportation; travel behaviour; individual third spaces 3 Tulisan ini telah dikirimkan pada Cities https://www.sciencedirect.com/journal/cities (status : under review per tanggal 10 Juli 2024) dengan judul : Gen-Z and Individual Third Spaces: Examining Youth Mobility in Urban Areas in the Context of Space and Time 106 IV.1. Pendahuluan Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran signifikan dalam cara kaum muda menjelajahi lingkungan perkotaan dan mengelola aktivitas harian mereka. Pergeseran ini terutama terlihat pada kelompok Gen-Z yang tumbuh dewasa di era digital, dikelilingi oleh teknologi canggih dan internet, yang secara mendalam memengaruhi pola mobilitas mereka, interaksi, dan keterlibatan dengan ruang fisik. Salah satu aspek yang mencolok dari perilaku mobilitas Gen-Z adalah kecenderungan mereka yang semakin meningkat untuk melakukan multitasking, terutama dalam konteks aktivitas mereka di luar lingkungan rumah dan tempat kerja (McCrindle Mark & Fell Ashley, 2019). Dalam konteks multitasking, banyak penelitian yang membedakan antara aktivitas aktif seperti bekerja, membaca, bermain game, dan aktivitas pasif seperti bersantai, melamun, tidur berdasarkan kebutuhan untuk menggunakan sumber daya kognitif atau fisik (Circella et al., 2012; Kenyon, 2010). Fenomena ini telah melahirkan konsep "Individual Third Spaces," yang mengacu pada lokasi fisik dan virtual yang unik di mana individu Gen-Z terlibat dalam sejumlah aktivitas, seringkali secara bersamaan. Ray Oldenburg (Oldenburg & Brissett, 1982) mempopuluerkan istilah "tempat ketiga" dengan mengangkat konsep tentang pentingnya ruang-ruang ketiga dalam masyarakat, yang dijelaskan sebagai tempat-tempat di luar rumah (ruang pertama) dan tempat kerja (ruang kedua) di mana individu dapat berkumpul, berinteraksi sosial, dan merasa terhubung dengan komunitas. Tempat ketiga bukanlah rumah dan bukanlah tempat kerja, melainkan salah satu ruang fisik yang sepanjang sejarah mendorong rasa kehangatan, keakraban, dan jenis dukungan manusia yang kita sebut komunitas (Oldenburg & Brissett, 1982). Ruang ini termasuk kafe, perpustakaan, dan salon rambut, di mana orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menghabiskan waktu dalam suasana yang santai (Bodkin, 2023; Oldenburg Ray & Christensen Karen, 2023). Sebagian Gen-Z menggunakan tempat-tempat seperti kafe, coworking spaces, atau coffee shop sebagai "individual third places" atau ruang ketiga pribadi mereka. Gen-Z, terutama pada kawasan urban, cenderung mencari tempat-tempat yang 107 nyaman dan memiliki akses Wi-Fi yang baik sehingga mereka dapat menjalankan berbagai aktivitas digital mereka. Mereka cenderung memiliki kemampuan multitasking yang baik ketika menggunakan perangkat elektronik, terutama ponsel pintar dan komputer. Aktifitas yang dilakukan seperti, bermain game, kuliah online, mendengarkan musik, menikmati konten online, bersosial media (Janssen & Carradini, 2021; Mihelič et al., 2023) dan juga aktivitas fisik seperti nongkrong bersama teman. Semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan seseorang di suatu tempat, maka semakin lama mereka akan menghabiskan waktu di sana. Perilaku ini akan menekan jumlah perjalanan atau trip production dan panjang perjalanan harian, dimana semakin semakin sedikit trip yang diproduksi maka kecenderungan jarak tempuh akan semakin pendek (Duncan, 2016; Edwards et al., 2010; T. F. Golob, 2000). Sebagai salah satu segmen demografi terbanyak di dunia, Gen-Z memberikan dampak yang sangat signifikan dalam budaya, politik, dan ekonomi global saat ini dan masa depan. Gen-Z hari ini merupakan konsumen utama dalam industri makanan, fashion, hiburan, dan teknologi. Oleh karena itu, pergerakan mereka dalam kawasan perkotaan dapat memengaruhi bagaimana kawasan tersebut berkembang dan ditata. Dengan memahami cara Gen-Z memanfaatkan ruang ketiga, kita dapat mengidentifikasi preferensi, kebiasaan, dan prioritas mereka. Ini membantu perusahaan, institusi pendidikan, dan pemerintah dalam merancang produk, layanan, dan kebijakan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Bagi perencana perkotaan dan pembuat kebijakan, pemahaman tentang penggunaan ruang ketiga oleh Gen-Z dapat membantu merancang ruang publik yang lebih adaptif dan inklusif. Ini dapat mencakup ruang terbuka yang memungkinkan aktivitas multitasking atau tempat belajar bersama. Dengan menggunakan data Google Maps Tieline (selanjutnya ditulis GMT) penelitian ini mencoba untuk mengeksplorasi pola dan perilaku perjalanan Gen-Z terutama dalam hal pemanfaatan ruang ketiga di kawasan urban. Data GMT masih sangat jarang digunakan dalam, padahal set data ini menawarkan beberapa kelebihan unik dibandingkan metode konvensional seperti survei travel diary atau 108 penelitian yang menggunakan data ponsel dalam konteks penelitian transportasi dan perilaku perjalanan. GMT secara otomatis mencatat lokasi dan pergerakan, memberikan data waktu nyata yang sangat akurat tentang rute, waktu perjalanan, dan durasi tinggal di lokasi tertentu. Ini mengurangi ketergantungan pada ingatan subjek yang seringkali menjadi masalah dalam survei travel diary (Chang et al., 2019; Eftekhar et al., 2020). Dibandingkan dengan data ponsel, GMT memberikan pembaruan lokasi yang lebih konsisten dan terperinci, memungkinkan analisis yang lebih mendalam tentang pola perjalanan sehari-hari. Karena data dikumpulkan secara otomatis, GMT mengurangi bias pelaporan yang sering terjadi dalam survei di mana responden mungkin lupa atau secara tidak akurat melaporkan detail perjalanan mereka (Cools et al., 2021). Hal ini terjadi karena responden mungkin memiliki kecenderungan untuk melaporkan pergerakan mereka secara lebih detail atau terorganisir dengan lebih baik daripada yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka (Mei-Po Kwan & Jiyeong Lee, 2004; Mokhtarian & Salomon, 2001). Selain itu, mengumpulkan data melalui GMT bisa lebih efisien dan kurang memakan waktu daripada survei konvensional, yang sering memerlukan sumber daya signifikan untuk distribusi, dan pengumpulan data. Penelitian ini mencoba mengisi gap penelitian pola pergerakan dan pola aktivitas yang sejauh ini lebih banyak dilakukan dalam jangka waktu yang cukup pendek pada pendekatan-pendekatan konvensional, pada penelitian ini dilakukan dengan durasi observasi yang panjang selama 5 bulan . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola pergerakan Gen-Z pada kawasan urban di negera berkembang seperti Indonesia, yang tingkat aksesibilitas terhadap angkutan umum belum begitu baik, dan kebanyakan masih menggunakan kendaraan pribadi. Eksplorasi pola prilaku pergerakan Gen-Z yang dilakukan spesifik untuk mengidentifikasi individual third spaces dengan memanfaatkan data GMT.