35 BAB II. Mobilitas Gen-Z : Perspektif Global 1 Abstrak Makalah ini secara kritis mengkaji generalisasi yang berlaku dalam penelitian saat ini tentang perilaku perjalanan Gen-Z. Meskipun berbagai penelitian telah mengkarakterisasi preferensi transportasi Gen-Z yang condong ke moda transportasi yang berkelanjutan dan terintegrasi dengan teknologi, makalah ini berargumen bahwa temuan-temuan tersebut sebagian besar didasarkan pada pengamatan dari negara-negara maju dan mungkin tidak secara akurat mencerminkan perilaku di negara-negara berkembang. Melalui tinjauan literatur yang komprehensif, studi ini menyoroti perbedaan pola perjalanan Gen-Z di berbagai wilayah geografis yang berbeda, yang menekankan perlunya analisis yang sesuai dengan konteksnya. Studi ini membahas faktor-faktor yang sering diabaikan seperti keterbatasan ekonomi, tantangan infrastruktur, dan nuansa budaya yang membentuk pilihan mobilitas. Tujuannya adalah untuk membedah efek kohort dan menguji validitasnya di berbagai lanskap sosial-ekonomi yang berbeda. Dengan demikian, penelitian ini memberikan wawasan yang bernuansa ke dalam heterogenitas perilaku perjalanan Gen-Z dan menyarankan untuk berhati-hati terhadap generalisasi yang berlebihan, serta mengadvokasi pendekatan yang lebih lokal dalam kebijakan dan perencanaan transportasi. Makalah ini juga mendorong penelitian serupa di negara-negara berkembang untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang perilaku perjalanan Gen-Z secara global. Kata kunci: perilaku perjalanan; mobilitas manusia; efek kohort; Generasi Z 1 Tulisan ini telah dipublikasikan pada Journal of Infrastructure, Policy and Development Volume 8, Issue 9 dengan judul 'Rethinking Gen-Z Mobility: A Comparative Study of Travel Behavior Across Developed and Developing Nations' https://doi.org/10.24294/jipd.v8i9.5873 36 II.1. Pendahuluan Di tengah meningkatnya kesadaran global tentang keberlanjutan lingkungan, perilaku perjalanan generasi muda, khususnya Gen-Z, telah menjadi fokus penelitian yang intensif di berbagai belahan dunia. Studi terdahulu, terutama di negara maju, telah menunjukkan bahwa Gen-Z cenderung lebih memilih menggunakan angkutan umum, bersepeda, dan berjalan kaki sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap praktik ramah lingkungan (Nowacki et al., 2023; Prayag et al., 2022; Ribeiro et al., 2023). Mereka juga dikatakan kurang tertarik pada penggunaan kendaraan pribadi dibandingkan generasi sebelumnya (J. Weber, 2024). Temuan ini mencerminkan pergeseran nilai yang signifikan yang bisa berdampak besar pada perencanaan kota dan kebijakan transportasi di masa depan. Namun, temuan ini tampaknya tidak universal, khususnya di negara berkembang dimana infrastruktur transportasi sering kali belum memadai dan angkutan umum masih minim (Çelik et al., 2023; Jayaraman K., 2011) . Di kota-kota ini, Gen-Z mungkin tidak memiliki pilihan selain mengandalkan kendaraan pribadi, atau menghadapi tantangan yang berbeda yang tidak dipertimbangkan oleh literatur yang ada. Oleh karena itu, penting untuk memahami apakah pola perilaku yang dilaporkan di negara maju juga muncul di negara berkembang, dan jika tidak, apa alasan di balik perbedaan tersebut. Penelitian yang ada sering menggeneralisasi perilaku Gen-Z tanpa mempertimbangkan perbedaan kontekstual antara negara maju dan berkembang (misalnya (Csobanka, 2016; Jamal & Newbold, 2020; Moise et al., 2020; Shin & Tilahun, 2022). Kesenjangan ini menciptakan sebuah distorsi dalam pemahaman kita mengenai perilaku perjalanan generasi muda secara global. Banyak studi yang mengabaikan faktor-faktor seperti kekurangan infrastruktur, keamanan, keandalan layanan transportasi umum, dan faktor ekonomi (Purohit et al., 2022; Yunitasari & Parahiyanti, 2022) yang secara signifikan memengaruhi pilihan transportasi di negara berkembang. Menggeneralisasi perilaku ini menciptakan distorsi dalam pemahaman kita tentang perilaku perjalanan generasi muda secara global dan mengarah pada rekomendasi kebijakan yang tidak efektif atau tidak sesuai. Misalnya, kebijakan yang dirancang berdasarkan pengamatan perilaku Gen-Z di negara maju mungkin tidak berhasil diimplementasikan di negara berkembang 37 tanpa penyesuaian yang mempertimbangkan faktor lokal. Ini menunjukkan kebutuhan untuk pendekatan yang lebih diferensial dan kontekstual dalam penelitian perilaku perjalanan, di mana data dari berbagai konteks geografis dan ekonomi dianalisis secara terpisah untuk menghargai nuansa lokal. Kegagalan untuk melakukan ini tidak hanya membatasi efektivitas intervensi transportasi tetapi juga mungkin secara tidak sengaja mengeksklusi atau mengabaikan kebutuhan dan realitas pengguna transportasi di negara berkembang. Makalah ini ditulis menggunakan pendekatan tinjauan literatur naratif. Pendekatan ini melibatkan pengumpulan, pengkajian, dan analisis ekstensif dari literatur yang ada tanpa mengumpulkan data primer baru. Melalui tinjauan literatur, makalah ini berupaya mengidentifikasi di mana kekurangan data atau perbedaan temuan muncul, khususnya dalam konteks negara berkembang yang mungkin kurang terwakili dalam penelitian yang ada. Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan perspektif yang lebih berimbang dan realistis tentang perilaku perjalanan Gen-Z di negara berkembang. Hal ini akan memungkinkan para pembuat kebijakan, perencana kota, dan praktisi transportasi untuk lebih memahami kebutuhan spesifik dan tantangan yang dihadapi oleh generasi muda di negara berkembang dalam konteks perjalanan sehari-hari mereka. Dengan demikian, strategi yang lebih efektif dan inklusif dapat dirancang untuk mendorong penggunaan transportasi yang lebih berkelanjutan, yang tidak hanya mengakomodasi nilai-nilai Gen-Z tetapi juga realitas lokal mereka. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat atau mendukung perilaku transportasi berkelanjutan di kalangan Gen-Z di negara berkembang, serta memberikan rekomendasi yang dapat membantu mengintegrasikan kebutuhan dan preferensi generasi muda dalam perencanaan transportasi dan kebijakan perkotaan. II.2. Metode Studi ini akan dilakukan menggunakan pendekatan tinjauan literatur naratif. Tinjauan literatur naratif adalah pendekatan metodis untuk mensintesis informasi dari berbagai sumber literatur untuk menyusun narasi yang koheren tentang topik tertentu. Tidak seperti tinjauan literatur sistematis yang mengikuti analisis yang 38 lebih terstruktur dan kuantitatif, tinjauan naratif berfokus pada penggambaran dan sintesis literatur yang tersedia untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang ada (Green et al., 2006). Pendekatan ini melibatkan evaluasi kritis terhadap studi yang disertakan dan memberikan sintesis naratif yang komprehensif terhadap informasi yang ada (Dunham et al., 2013). Tinjauan literatur naratif tidak sekaku tinjauan ilmiah seperti tinjauan sistematis, tetapi lebih tertarik pada bukti naratif seputar suatu topik (McPherson et al., 2019). Tinjauan literatur naratif memiliki fungsi ilmiah yang sangat penting dengan memberikan pemeriksaan yang rinci dan menyeluruh terhadap literatur yang dipublikasikan, yang berkontribusi terhadap dasar dari penyelidikan akademis (Xiao & Watson, 2019). Metodologi tinjauan naratif sejalan dengan pemeriksaan literatur yang ketat, yang menekankan pentingnya evaluasi yang komprehensif dan kritis terhadap penelitian yang ada (Dunham et al., 2013). Tinjauan literatur naratif merupakan salah satu pendekatan penting dalam penelitian akademis, memberikan analisis yang komprehensif dan kritis terhadap pengetahuan yang ada tentang topik tertentu. Tinjauan ini melibatkan sintesis dan rangkuman literatur untuk mengidentifikasi kesenjangan dan menginformasikan arah penelitian di masa depan (Bombak & Hanson, 2016; Motealleh et al., 2019). Tinjauan ini memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan wawasan, mengidentifikasi tema-tema yang berulang, dan membangun meta-narasi menyeluruh yang menginformasikan kebijakan, praktik, dan studi lebih lanjut (Larsson & Broström, 2020; Mengistu & Manolova, 2019). Tinjauan naratif berfokus pada sintesis naratif, analisis kritis, dan rangkuman teori dan konsep, yang membedakannya dengan tinjauan sistematis (Cummins et al., 2024; Hettithanthri & Hansen, 2022). Tinjauan sistematis memiliki instrumen penilaian kualitas formal, tidak seperti tinjauan naratif yang tidak memiliki alat standar untuk evaluasi kualitas (Baethge et al., 2019). Tinjauan ini bersifat edukatif dan luas, memberikan titik awal yang kuat bagi peneliti yang tertarik dengan topik interdisipliner (Cummins et al., 2024; Oviedo-García, 2016). Tinjauan naratif sangat berharga dalam mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan, seperti yang ditunjukkan dalam pengembangan kerangka kerja 4 langkah untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam penelitian pencegahan dan pengendalian infeksi (Lacotte et al., 2020). 39 Tinjauan literatur naratif digunakan pada banyak disiplin ilmu seperti medis, bisnis, pendidikan, dan ilmu sosial (Fraser et al., 2018; Healey & Healey, 2023; Juntunen & Lehenkari, 2021). Metode ini berfungsi sebagai metode tinjauan itu sendiri, memperkuat tinjauan literatur naratif dan meningkatkan pemahaman tentang subjek yang kompleks (K. Jones, 2015). Dengan menggabungkan metodologi dari tinjauan sistematis, tinjauan naratif dapat mengurangi bias dalam pemilihan artikel dan menggunakan strategi penelitian bibliografi yang efektif (Healey & Healey, 2023).