1 BAB I. Pendahuluan I.1. Latar Belakang Anak-anak dan remaja merupakan proporsi populasi yang terus meningkat terutama pada kawasan urban di seluruh dunia. Menurut laporan World Bank, Hampir 4 milyar orang di dunia berusia di bawah 30 tahun tinggal pada wilayah perkotaan (World Bank, 2016). Bahkan diprediksi, 60% populasi perkotaan akan berusia di bawah 18 tahun pada tahun 2030. (UN-HABITAT Report 2013). Pada tahun 2019, jumlah populasi ini mencapai 32% dari total populasi dunia yaitu 2,47 milyar dari 7,7 milyar total populasi Spitznagel Eric, 2020). Anak-anak dan remaja di bawah 24 tahun mewakili 47 persen dari total populasi di negara berkembang dan 29 persen dari populasi di negara maju. Dalam hal transportasi perkotaan, mereka tergolong populasi yang terabaikan dan rentan. Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian secara global untuk anak usia 15-19 tahun dan penyebab kematian kedua untuk usia 10-14 tahun serta 20-24 tahun. Di Afrika, kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian utama, melampaui AIDS dan malaria untuk anak usia 5-14 tahun (Mcmillan, 2013). Populasi ini sebagian besar telah diabaikan dalam perencanaan transportasi di seluruh dunia. Bahkan organisasi sekelas World Bank tidak membahas kelompok ini dalam Inclusive Transport by the Transport and Social Responsibility Thematic Group (UN habitat, 2013). Beberapa literatur menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja berkontribusi pada tingginya jumlah perjalanan menggunakan angkutan umum (misalnya :Hensher, 2017; Jones et al., 2013; Kullman, 2010) termasuk generasi Z. Generasi Z (selanjutnya ditulis Gen-Z) dengan rentang tahun kelahiran 1995 – 2012 dikenal memiliki karakter yang serba-bisa, lebih individual, lebih global, berpikiran lebih terbuka, dan lebih ramah teknologi. Forbes Magazine membuat survei tentang Gen-Z di Amerika Utara dan Selatan, di Afrika, di Eropa, di Asia dan di Timur Tengah dengan jumlah reponden 49 ribu anak (Dill, 2015). Dari hasil survei tersebut dapat dikatakan bahwa Gen-Z adalah generasi global pertama yang nyata. Teknologi dan system informasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. 2 Mereka telah tumbuh di lingkungan yang tidak pasti dan kompleks yang menentukan pandangan mereka tentang pekerjaan, belajar dan dunia. Mereka memiliki harapan yang berbeda di tempat kerja mereka, berorientasi karir, generasi profesional yang ambisius, memiliki kemampuan teknis-dan pengetahuan bahasa pada tingkat tinggi. Oleh karena itu, mereka merupakan tenaga kerja yang sangat baik. Pengusaha harus mempersiapkan untuk melibatkan Gen-Z karena mereka adalah karyawan yang efektif di era digital (Elmore Tim, 2014). Hasil penelitian dari Bencsik & Machova, (2016) menunjukkan perbedaan karakteristik Gen-Z dengan generasi – generasi sebelumnya. Gen-Z memiliki karakter yang gemar terhadap teknologi, lebih fleksibel, cenderung cerdas, serta toleran terhadap perbedaan budaya. Generasi ini juga terkoneksi secara global dan memiliki network di dunia maya. Meskipun terkenal berpikiran terbuka, namun generasi ini juga diidentifikasi berkarakter praktis serta tidak begitu sensitif terhadap hal-hal yang bersifat privat (E. B. Kaplan, 2020). Populasi ini sangat akrab dengan internet dan ponsel pintar. Mereka bahkan sudah sangat mahir dalam berinteraksi pada media sosia. Tak hanya digunakan sebagai media komunikasi saja, mereka juga memanfaatkan media sosial untuk berkarya, bekerja, hingga belajar memiliki pengetahuan finansial yang baik (Jeresano & Carretero, 2022). Gen-Z merupakan generasi yang cukup melek finansial. Gen-Z juga menyadari pentingnya menabung dan berinvestasi, mereka sangat menjaga untuk tidak terjebak dalam lilitan hutang (Loring & Wang, 2022). Saat ini Gen-Z didominasi oleh anak-anak dan remaja yang sangat dominan pada berbagai aspek seperti teknologi dan informasi, fashion, hiburan, pariwisata hingga aspek transportasi. Sejauh ini penelitian terkait kebutuhan Gen-Z dari aspek transportasi lebih cenderung tercermin sebagai kendala atau sebagai salah satu utilitas pada pola perjalanan orang tua (Karlsson et al., 2016). Hal ini menimbulkan gap penelitian karena tanpa pengetahuan tentang kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan Gen- Z, tidak mungkin direncanakan layanan yang berorientasi pada pengguna secara efektif (Druin, 2002; Waterson & Monk, 2014) atau membuat prediksi yang efektif terkait partisipasi Gen-Z dalam penggunaan angkutan umum. 3 Secara umum, anak-anak dan remaja kurang mendapat perhatian dalam literatur penelitian transportasi (Barker, 2011) dan dapat dikatakan dalam desain aktual dari banyak layanan transportasi. Mobilitas merupakan bagian penting dari kehidupan, kemandirian serta pertumbuhan anak dan remaja (Kullman, 2010). Kebutuhan anak-anak dan remaja sangatlah kompleks, sampai pada titik di mana mereka bukan kelompok tunggal tetapi bervariasi menurut usia, situasi dan lokasi (Horton et al., 2014; B. Shaw et al., 2015). Karakteristik mereka juga sangat kompleks dan bervariasi menurut usia, latar belakang sosial, perilaku pergerakan, lokasi serta lingkungan yang berbeda-beda antara individu satu dengan individu lainnya (Horton et al., 2014; F. A. Shaw et al., 2019). Faktor-faktor seperti sosio-demografis, geografis, psikologis dan lain-lain yang berbeda-beda antar individu memengaruhi preferensi dan perilaku mobilitas mereka yang juga akan saling berbeda. Karenanya menjadi penting untuk mengeksplorasi kelompok ini agar kita mampu mengetahui, membedakan dan memahami mereka dengan lebih baik dan lebih dalam. Beberapa penelitian yang mengungkapkan karakteristik perjalanan kaum muda yang berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti perilaku mereka yang menunda untuk memiliki SIM, dan tidak tergantung pada mobil pribadi (Delbosc & Currie, 2013a; Kuhnimhof, Buehler, et al., 2012; N. C. McDonald, 2015a). Belakangan diketahui bahwa banyak kaum muda yang mengalami keterlambatan dalam fase kehidupannya menjadi seperti orang dewasa pada umumnya, seperti kecendrungan mereka untuk berkuliah pada jenjang yang lebih tinggi, menunda pernikahan, menunda untuk memiliki anak, yang memengaruhi mobilitas mereka seperti mengurangi kebutuhan mobilitas berbasis mobil (karena terbatasnya kemampuan finansial) (Delbosc & Currie, 2014; Hjorthol, 2016; Newbold & Scott, 2017), serta kaum muda hari ini lebih banyak menggunakan transportasi umum dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Buehler & Pucher, 2012; Davis et al., 2012; Grimsrud & El-Geneidy, 2014). Perilaku perjalanan kaum muda ini dianggap cukup menjanjikan serta menunjukkan masa depan yang lebih cerah bagi transportasi berkelanjutan.