Hasil Ringkasan
252 Bab VI Perbandingan Aspek Lingkungan Material AAM dengan Material Berbahan Semen Portland VI.1 Pendahuluan Tinjauan perbandingan aspek lingkungan material AAM dengan material berbahan semen portland ini dibutuhkan untuk dapat menunjukkan bahwa material AAM ini dapat membuat material infrastruktur yang ramah lingkungan ataupun material infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan material infrastruktur konvensional (dalam hal ini material berbahan semen portland). Aspek lingkungan yang dibahas adalah : (1) emisi CO2, (2) kebutuhan energy, (3) Life Cylce Analysis /LCA material, (4) tingkat immobilisasi toxic material dan (5) tingkat penggunaan limbah padat. Pembahasan yang dilakukan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan referensi yang ada dan hasil-hasil penelitian disertasi pada bab sebelumnya. VI.2 Emisi CO2 Yang et al. (2013) telah melakukan kajian emisi gas CO2 pada beton OPC, beton OPC+SCM (Supplementary Cementitious Material seperti Fly ash dan GGBFS/Ground Ganulated Blast-Furnace Slag), dan beton AAM (Alkali Activated Material berbahan dasar fly ash, GGBFS dan Metakaolin). Mereka menggunakan LCI data base Negeri Korea dan data base negeri Jepang (JSCE) untuk menganalisa dan membandingkan CO2 footprint fasa beton tersebut. Asumsi yang digunakan adalah semua beton tersebut dikerjakan dengan metode ready-mixed plant. Perhitungan tersebut mengakomodasi CO2 yang dihasilkan dari : (1) semua material pembentuk fasa beton, (2) transportasi material dan transportasi beton segar ke lokasi konstruksi, (3) produksi dan curing yang dilakukan. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Yang et al. (2013) tersebut, perbandingan CO2 footprint fasa beton berbagai jenis tersebut diberikan pada 253 Gambar VI.1. Terlihat bahwa beton AAM memiliki CO2 footprint yang jauh lebih kecil dibanding dengan beton berbahan semen portland. Pengurangan emisi CO2 pada beton AAM terhadap emisi CO2 beton OPC diperkirakan berkisar 55%-75% (beton AAM berbahan dasar Metakaolin memiliki pengurangan paling kecil berkisar 55%). Beton AAM metakaolin tidak ditampilkan pada Gambar VI.1 karena kekuatan maksimal yang bisa dicapai pada penelitian Yang et al. (2013) adalah 24 MPa. Gambar VI. 1. Perbandingan CO2 footprint beton berbahan semen portland dan beton AAM (diolah dari Yang et al. 2013). Selanjutnya, mortar AAM fly ash dan mortar OPC yang ada pada penelitian disertasi ini juga diperbandingkan. Karena data base material di Indonesia tidak ada (khususnya menyangkut emisi CO2), maka untuk menganalisa emisi CO2 pada mortar tersebut digunakan koefisien CO2 seperti yang ada pada Yang et al.