Hasil Ringkasan
15 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Umum Sebenarnya Alkali Activated Material/Material Geopolymer bukan merupakan pengganti material berbahan semen yang baru ditemukan. Pengetahuan kimia material ini telah mulai dikenalkan pada tahun 1930 an. Bahkan, pada tahun 1957, Prof Glukovsky telah berhasil membuat slag AAM yang selanjutnya disebut soil- silicate concrete, yaitu material beton yang tidak menggunakan OPC sama sekali namun hanya menggunakan slag AAM sebagai binder. Soil-silicate concrete tersebut telah banyak diterapkan untuk membangun infrastruktur di Ukraine dan Eropa Timur lainnya sejak tahun tersebut (Shi et al. 2006). Tabel II.1 . Milestone Teknologi Alkali Activated Material (AAM) Tahun Zeolite Molecular Sieve Alkali Activation Slag Hydrosodalite (Kaolin) Geopolymer 1930 1930 : Kuhl 1934 : Olsen (Jerman) (Belanda) 1937 : Chassevent (Unknown) 1940 1940 : Purdon 1945 : US Bureau (Belgia) Standar (USA) 1945 : Barrer 1949 : Borchert, (Inggris) Keidel (Jerman) 1950 1953 : Barrer, 1953 : Trief White (Inggris) Cement (USA) 1956 : Milton 1957 : Glukovsky (USA) (Ukraina) Soil-silicate cement 1960 1963 : Howell (USA) 1964 : Berg et al (Rusia) 1969 : Besson et al (Perancis) 1970 1972 : Davidovits 1976 : Davidovits (Perancis) 1979 : Davidovits Siliface Process (Perancis) Geopolymer Sumber : Davidovits (2008) dan Shi C et al. (2006) 16 Lebih lanjut, Prof Davidovits pada tahun 1979 memperkenalkan istilah baru dengan sebutan Geopolymer. Alkali Activated Material (AAM) ini memiliki beberapa nama selain yang telah disebutkan di atas, beberapa diantaranya : low - temperature aluminosilicate glass, inorganic material/inorganic polymer concrete, geocement, alkali-bonded ceramic dan hydroceramic (Duxson et al. 2007). Perkembangan material AAM diberikan pada Tabel II.1. Alkali Activated Material (AAM) adalah material yang didapat dengan mencampurkan activator alkali dengan material dasar yang kaya silica-alumina sebagai precursor. II.2 Alkali Activator Alkali activator yang digunakan adalah senyawa turunan Alkali (yang berada pada Golongan I pada Sistem Periodik Unsur Kimia). Alkali activator yang paling banyak digunakan adalah campuran antara sodium hidroksida (NaOH) dengan sodium waterglass (nSiO2Na2O) dan campuran antara potasium hidroksida (KOH) dengan potasium waterglass (nSiO2K2O) (Pacheco-Torgal et al. 2008b). Pada prinsipnya, semakin besar konsentrasi activator alkali semakin besar kekuatan mekanika material. Namun, hal tersebut tergantung material dasar yang digunakan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa baik slag AAM ataupun fly ash kelas F AAM ternyata memiliki suatu nilai threshold kekuatan material fasa mortar sebagai fungsi konsentrasi alkali activator (Adam et al. 2009). Menurut Palomo et al.