11 Bab II Tinjauan Pustaka Tinjau an pustaka terhadap mineralisasi skarn atau klasifikasi skarn berdasarkan metode analisis yang digunakan dalam kegiatan penelitian tersebut. Penelitian ini akan memiliki fokus pada klasifikasi dan mineralisasi deposit skarn Sn berdasarkan analisis petrologi dan petrografi. II.1 Geologi Regional Belitung Kepulauan Bangka Belitung merupakan bagian dari kepulauan yang berada pada Paparan Sunda. Kepulauan ini merupakan penyusun bagian tinggian di paparan Sunda, sebagian besar merupakan pulau berbatu yang ditutupi oleh endapan laterit yang tebal (van Bemmelen, 1949), atau yang lebih dikenal sebagai Sabuk Jalur Timah Asia Tenggara. Berdasarkan tipe granit jalur ini dibagi menjadi Eastern Province, Main Range Province, Western Province dan Unclassified tin granite (Ng dkk., 2017). Geologi wilayah Belitung didominasi oleh Formasi Kelapakampit yang tersusun atas sekuen batupasir, serpih dan rijang yang berumur karbon sampai Perm Awal (Baharuddin dan Sidarto, 1995). Timah primer di Belitung, Indonesia berhubungan dengan Upper Triassic Granites dengan umur 213±5 juta tahun (Rb-Sr) (Jones dkk., 1977). Batubesi berlokasi di bagian timurlaut Pulau Belitung di sebelah utara Kota Manggar. Batuan intrusi dengan komposisi mulai dari granodiorit sampai adamelit terdapat di seputar Batubesi, yang paling dekat adalah intrusi Burungmandi yang berkomposisi granodiorit, sedangkan Batubesi adalah granit (Gambar II.1). 12 Gambar II.1 Peta Geologi Belitung (Baharuddin dan Sidarto, 1995). Lokasi Batubesi ditandai kotak merah. II.2 Geologi Batubesi Peta geologi prospek Batubesi secara detail belum ada. Peta geologi terdekat yang mencakup area Batubesi yang ada adalah peta geologi daerah Burungmandi, Kecamatan Damar Kabupaten Belitung Timur berupa batupasir sisipan batulempung yang diintrusi oleh granit dan diorite (Nugraha dkk., 2017) (Gambar II.2). 13 Gambar II.2 Peta Geologi Daerah Damar, Belitung Timur (Nugraha dkk., 2017). Lokasi Batubesi ditandai kotak biru. Pengambilan data di permukaan sudah sangat sulit karena sudah terganggu oleh aktivitas penambangan illegal oleh masyarakat. Geologi Batubesi blok 3 hanya bisa dibuat berdasar data dari penampang pengeboran dari tahun 2015-2018 yang pada awalnya masih belum rapat jarak spasi pengeborannya. Dari data pengeboran terdahulu domain litologi dibagi menjadi sedimen, skarn, granit dan zona oksidasi. Zona oksidasi masih belum dilakukan pembagian antara sedimen yang teroksidasi dengan skarn yang teroksidasi (Gambar II.3). 14 Gambar II.3 Penampang geologi awal Batubesi blok 3. II.3 Alterasi dan Mineralisasi skarn timah Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai endapan mineralisasi timah di Bangka dan Belitung antara lain: Endapan timah strata bound Nam Salu di daerah Kelapa Kampit di Pulau Belitung adalah endapan paling kaya timah berbentuk strata bound di Asia Tenggara. Deposit ini telah ditambang secara tambang terbuka. Horison ini mengandung kasiterit kadar tinggi 1-2% Sn (Schwartz dan Surjono, 1990). 15 Bidang perlapisan urat magnetit di Batubesi berarah barat barat laut–selatan tenggara dengan panjang 3000m dan lebar 5m. Urat ini berasosiasi dengan sesar geser pada kontak antara granit berumur Trias dan batupasir berumur Paleozoikum. Aktivitas penambangan besi menyingkapkan derajat mineralisasi dari masif besi pada bagian atas pada skarnoid besi dengan bijih berupa pargasit, fluorit, klorit dan plagioklas di bagian tengah, dan pada greisen yang berasosiasi dengan dike granit pada bagian dasarnya dengan alterasi serisit. Kasiterit dijumpai tersebar di dalam urat, dan tampak sebagai tekstur penggantian di seputar magnetit-fluorit di dalam skarn namun lebih sedikit jumlahnya dibanding perlapisan urat magnetit (Nugraha dkk., 2017). Beberapa klasifikasi skarn telah didesain berdasarkan karakter mineralogi. Namun demikian mineralogi dari endapan skarn adalah kompleks dan sejauh ini hanya beberapa skarn bertimah yang dilakukan pengujian mineralogi atau kimia secara detail (Hosking, 1988). Aspek-aspek geologi pada berbagai jenis endapan timah. Salah satunya adalah skarn kaya magnetit yang relatif umum dijumpai, terutama di kompleks timah Asia Tenggara. Salah satu contoh yang diberikan berada di Bukit Besi, Malaysia. Skarn tipe ini berasosiasi dengan pembentukan fluorit yang intens serta secara tekstural memperlihatkan penampakan unik, lapisan-lapisan halus gelap terang yang diisi oleh lapisan magnetit dengan mineral lain (Taylor, 1979). Sujitno dkk. (1981) belum menyebutkan bahwa mineralisasi di Batubesi berasosiasi dengan skarn. Mineralisasi di Batubesi terbentuk dalam wujud urat yang berisikan kasiterit, hematit, magnetit, limonit, dan kuarsa. Hal menarik yang diungkapkan penelitian ini adalah antara kasiterit dan magnetit dianggap bersumber dari genesa yang berbeda, dalam hal ini magnetit dianggap sebagai produk sedimentasi (sedimentation ferruginous beds), sedangkan kasiterit diasosiasikan dengan urat kuarsa sebagai produk alterasi postmagmatic. Persebaran dari urat tersebut memanjang 16 searah jurus hingga mencapai 2-kilometer dan lebar 1‒2 meter (Sujitno dkk., 1981). Sujitno dkk. (1981) juga membagi endapan timah primer di Belitung menjadi tiga tipe: 1. Tipe greisen 2. Tipe fault vein dan fracture filling 3. Tipe bedding plane vein berasosiasi dengan ferrogenous layers Endapan skarn terbentuk sebagai efek dari kontak antara larutan hidrothermal yang kaya silika dengan batuan sedimen yang kaya kalsium. Proses pembentukannya diawali pada keadaan temperatur 400°C - 650°C dengan mineral-mineral yang terbentuk berupa mineral calc-silicate seperti diopsid, andradit, dan wollastonit sebagai mineral-mineral utama pembawa mineral bijih (Evans, 1993). Terkadang dijumpai juga pembentukan endapan skarn terbentuk pada temperatur yang lebih rendah, seperti endapan skarn yang kaya akan kandungan Pb-Zn (Kwak, 1987). Pengaruh tekanan yang bekerja selama pembentukan endapan skarn bervariasi tergantung pada kedalaman formasi batuan. Kwak (1987) menyebut istilah skarn sebagai batuan yang terbentuk dari penggantian marmer kalsit atau dolomit (pada umumnya), tidak harus kaya Ca atau magnesium. Penggantian ini tak terkecuali hornfels, granitik, atau batuan ultrabasa oleh silika kalk/magnesian. Hingga tahun tersebut, definisi skarn masih sangat bervariasi dan atas dasar kurangnya ketersediaan data rinci. Evans (1993) menggolongkan skarn sebagai endapan penggantian tak teratur.