Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pertumbuhan konsumsi energi secara global meningkat pesat, didorong oleh pertumbuhan populasi dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat, penggunaan sumber energi alternatif yang lebih bersih dan andal, seperti energi nuklir, menjadi sangat penting. Energi nuklir adalah sumber listrik yang tidak menghasilkan emisi karbon. Pada tahun 2018, energi nuklir telah menyumbang sekitar 10% dari total pasokan listrik dunia (IAEA, 2021). Dari berbagai jenis reaktor nuklir yang ada, Reaktor Air Bertekanan atau Pressurized Water Reactors (PWR) merupakan jenis reaktor nuklir yang paling banyak digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan telah terbukti menjadi pilihan yang andal dalam berbagai aplikasi, termasuk pada kapal selam, kapal induk, dan kapal pemecah es (Cummins dan Matzie, 2018). Sama seperti penggunaan jenis reaktor nuklir lainnya, pada masa awal pengembangannya, PWR banyak digunakan sebagai pembangkit listrik berkapasitas besar, seperti PWR jenis AP1000. Namun, saat ini fokus pengembangan PWR telah beralih ke arah pengembangan reaktor kecil yang bersifat modular dan berumur panjang dengan tingkat daya kecil-menengah, yang dikenal dengan Small Modular Reactors (SMR). Reaktor jenis ini cocok untuk daerah terpencil seperti pulau-pulau kecil atau daerah yang jauh dari jaringan listrik utama. Berbagai upaya penelitian dengan penekanan pada pembuatan reaktor modular kecil atau SMR saat ini terus berkembang. SMR memberikan peluang untuk menciptakan sistem energi yang lebih fleksibel dan lebih sesuai untuk strategi energi saat ini (Rowinski dkk., 2015). Di wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, terdapat banyak daerah terpencil yang membutuhkan listrik hanya beberapa megawatt listrik (MWe), sehingga kurang cocok jika digunakan PLTN dengan reaktor nuklir besar konvensional. Selain itu, industri seperti smelter dan industri lainnya juga sangat 2 membutuhkan pasokan energi yang andal dan berkelanjutan. Industri-industri ini sering kali beroperasi di daerah-daerah yang terpencil atau di pulau-pulau yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik utama. Penggunaan SMR dalam konteks ini dapat memberikan solusi energi yang lebih efektif dan efisien, memungkinkan industri-industri tersebut untuk beroperasi dengan kapasitas penuh tanpa terganggu oleh masalah pasokan listrik. Untuk daerah dengan tingkat penggunaan listrik yang tinggi seperti Jawa-Bali, kombinasi beberapa SMR akan memberikan energi nuklir skala besar (Su’ud dan Sekimoto, 2013). Saat ini, berbagai Reaktor Modular Kecil (SMR) berbasis PWR sedang dalam tahap pengembangan, dengan beberapa telah memasuki fase konstruksi, seperti CAREM-25 di Argentina dan ACP100 di Tiongkok. Sementara itu, KLT-40S di Rusia telah beroperasi secara komersial sejak Desember 2019 (Pedraza, 2017; Ingersoll dan Carelli, 2020). Umumnya bahan bakar yang digunakan pada PWR adalah UO 2 yang terdiri dari isotop fisil 235 U dan isotop fertil 238 U. Selama beberapa dekade terakhir, bahan bakar UO 2 telah banyak digunakan sebagai sumber energi pada reaktor air ringan dalam satu siklus bahan bakar. Tingginya tingkat konsumsi uranium menyebabkan sumber daya alam bahan bakar ini terbatas hingga abad ini meskipun harga bijih uranium mengalami peningkatan (Akbari-Jeyhouni dkk., 2018).