20 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Alat dan Bahan III.1.1 Alat Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan sama dengan peralatan yang biasa digunakan di laboratorium seperti gelas ukur, labu takar, erlenmeyer dan gelas kimia untuk tempat larutan sampel dan reagen. Kertas saring dan corong digunakan untuk menyaring sampel dan reagen. Selain itu digunakan alat sentrifuga Labfuge® dan tabung sentrifugasi untuk sentrifugasi larutan protein hasil fraksinasi. Alat Voltalabs® digunakan untuk menguji aktivitas inihibisi korosi dari sampel. Alat elektroforesis digunakan untuk karakterisasi protein sampel. III.1.2 Bahan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah getah karet Reagen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain larutan asam asetat 1%, ammonium sulfat untuk isolasi dan fraksinasi protein, Reagen biuret dan ninhidrin untuk uji kualitatif protein. Larutan NaCl 1%. Untuk uji aktivitas inihibisi korosi. Sedangkan untuk elektroforesis digunakan akrilamid, N,N-bis-akrilamid, TEMED dan larutan ammonium persulfat, comassie blue, gliserol, larutan buffer tris-HCl, bromphenol blue dan glisin. Pelarut yang digunakan antara lain aquadest dan metanol. Pelat KLT silica gel G-60 F 254 alumunium EM 5554 digunakan untuk kromatografi lapis tipis protein dan produk hidrolisis protein. III.2 Metode Penelitian III.2.1 Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan lateks/getah karet yang diambil di daerah perkebunan karet Purwakarta, Jawa Barat. Getah karet 21 yang diperoleh ini kemudian diberi larutan amoniak yang bertujuan untuk menghindari terjadinya pengumpalan/koagulasi lateks selama dalam masa penyimpanan dan perjalanan dari tempat sampling ke laboratorium. Getah karet dimasukan ke dalam wadah yang sesuai dan dibawa ke laboratorium untuk diteliti lebih lanjut. III.2.2 Pemisahan Partikal Karet dari Partikel Non Karet III.2.2.1 Penentuan Konsentrasi Asam Asetat Sejumlah volume lateks dibagi atas tiga bagian. Masing-masingnya ditambahkan asam asetat dengan konsentrasi 0.5 %, 1 % dan 2 %. Pisahkan lateks yang terkoagulasi dari cairannya. Tentukan konsentrasi asam asetat optimum yang dibutuhkan untuk mengkoagulasi lateks. III.2.2.2 Penentuan Volume Asam Asetat Larutan lateks sebanyak 50 mL masukan ke dalam gelas kimia. Tambahkan sedikit demi sedikit asam asetat 1% hingga semua lateks terkoagulasi. Catat volume asam asetat 1% yang digunakan. III.2.2.2. Pemisahan Partikel Karet (lateks) dari Partikel Non Karet Ke dalam 500 mL asam asetat 1% ditambahkan sedikit demi sedikit 300 mL larutan lateks sambil diaduk. Saring larutan, timbang lateks yang diperoleh dan lakukan uji protein pada filtrat dengan menggunakan reagen biuret. Kemudian filtrat disimpan di lemari pendingin. Filtrat yang dibagi atas dua bagian yang masing-masingnya digunakan untuk uji inhibisi korosi dan fraksinasi protein. III.2.3 Fraksinasi Protein dengan Ammnoium Sulfat Ke dalam 500 mL filtrat ditambahkan sedikit demi sedikit padatan ammonium sulfat( (NH 4)2SO4) sambil diaduk dengan pengaduk magnetik hingga konsentrasi ammonium sulfat 10 % dan jika terdapat endapan, dipisahkan dari larutan dengan cara sentrifugasi. Kemudian fraksinasi dilanjutkan hingga konsentrasi ammonium 22 sulfat mencapai 100 %. Endapan yang diperoleh pada masing-masing fraksi dilarutkan dalam aquadest, pisahkan endapan yang larut air dengan yang tidak larut. Hitung konsentrasi endapan yang larut dalam air.