ANALISIS PEMODELAN NUMERIK LIMPASAN TSUNAMI RESOLUSI TINGGI DI WILAYAH PESISIR DESA BATUKARAS TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ALQINTHARA NURAGHNIA NIM: 25122009 (Program Studi Magister Teknik Geodesi dan Geomatika) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Agustus 2024 i ABSTRAK ANALISIS PEMODELAN NUMERIK LIMPASAN TSUNAMI RESOLUSI TINGGI DI WILAYAH PESISIR DESA BATUKARAS Oleh Alqinthara Nuraghnia NIM: 25122009 (Program Studi Magister Teknik Geodesi dan Geomatika) Wilayah pesisir di Jawa Barat merupakan wilayah yang rentan terhadap bencana tsunami, salah satunya adalah Desa Batukaras. Desa ini pernah terdampak oleh Bencana Tsunami Pangandaran 2006 dan juga menghadapi ancaman tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi dari Segmen Megathrust Jabar-Jateng. Desa Batukaras, dengan potensi wisatanya yang dapat menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara ini perlu melakukan perencanaan mitigasi yang baik dan cocok untuk diterapkan dalam menghadapi ancaman bencana tersebut. Dalam mewujudkan rencana mitigasi, pemerintah setempat maupun masyarakat perlu mengetahui kawasan mana saja yang rentan terhadap bencana tersebut, dengan begitu rencana mitigasi yang sesuai dapat direalisasikan. Untuk mencapai hal tersebut, perlu diproduksi potensi bahaya tsunami di Desa Batukaras beserta limpasannya ke daratan Desa Batukaras. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan numerik untuk membuat potensi limpasan tsunami di wilayah pesisir Desa Batukaras. Pemodelan ini dibuat dengan resolusi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 5,5 meter. Pemodelan ini dilakukan menggunakan perangkat lunak Delft3D modul FLOW. Dalam penelitian ini dikembangkan juga tujuan untuk membentuk domain pemodelan yang merepresentasikan kondisi sebenarnya dengan mengintegrasikan beberapa data yang memiliki spesifikasi yang berbeda. Kemudian dalam penelitian ini juga dilakukan uji sensitivitas model limpasan tsunami terhadap parameter fisik berupa kekasaran permukaan, dan parameter numerik berupa time step dan threshold depth, serta parameter reflection parameter alpha. Setelah itu dilakukan analisis limpasan tsunami dari hasil model yang paling sesuai setelah melakukan uji sensitivitas. Integrasi data untuk menghasilkan domain pemodelan yang representatif perlu penyesuaian terhadap datum vertikal dan resolusinya. Hal ini dikarenakan masing-masing data memiliki datum vertikal dan resolusi yang berbeda-beda. Dalam menghasilkan domain pemodelan yang representatif perlu dilakukan beberapa kali pengulangan integrasi. Kemudian, uji sensitivitas yang dilakukan membawa penelitian ini pada kesimpulan bahwa model limpasan tsunami ini cukup sensitif terhadap parameter numerik berupa threshold depth, semakin kecil nilai threshold depth semakin besar kemungkinan model menjadi tidak stabil. Namun, threshold depth yang mencapai batas maksimum atau terlalu besar juga akan mengakibatkan terabaikannya interaksi gelombang di wilayah dengan kedalaman kurang dari threshold depth. Sementara itu, sensitivitas model ii terhadap time step pada skenario yang diterapkan tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada time step yang masih memenuhi batasan Courant number, sedangkan model dengan time step melebihi batas Courant number mengalami ketidakstabilan sehingga memunculkan gelombang yang tidak stabil. Di sisi lain, time step yang terlalu kecil akan berdampak pada waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemodelan. Sementara itu, untuk uji sensitivitas terhadap parameter fisik, yaitu kekasaran permukaan tidak begitu signifikan, antar model menunjukkan selisih yang relatif mendekati 0. Namun, hasil juga menunjukkan bahwa koefisien kekasaran yang berdasarkan tutupan dan penggunaan lahan memberikan pengaruh terhadap mode, ditandai dengan tinggi limpasan yang lebih rendah pada titik pengamatan di daratan. Hal ini dapat disebabkan oleh bertemunya gelombang dengan permukaan yang lebih kasar sesuai dengan tutupan lahan di Desa Batukaras. Adapun hasil uji sensitivitas reflection parameter alpha menunjukkan bahwa model sangat sensitif terhadap parameter ini. Hasil menunjukkan semakin kecilnya nilai reflection parameter alpha, maka gelombang yang mencapai daratan akan semakin tinggi dan kuat. Dari hasil uji sensitivitas dapat ditentukan parameter- parameter dan data mana sajakah yang digunakan dalam model yang akan dibangun. Pada penelitian ini dibangun model dengan mempertimbangkan variasi tutupan lahan di Desa Batukaras, dengan menggunakan time step 0,05 menit, threshold depth 0,05 meter, dan reflection parameter alpha 1000. Hasilnya menunjukkan gelombang tsunami datang mencapai daratan pada menit ke-48 dengan gelombang tertinggi yang terekam di laut lebih dari 3 meter pada menit ke- 53. Gelombang tsunami datang sebanyak dua kali, gelombang kedua terjadi pada waktu 2 jam 24 menit dengan tinggi gelombang yang lebih rendah dari gelombang pertama. Sementara itu, di daratan, titik Lahan1 yang merupakan lahan perkebunan, terdampak dua kali limpasan, pada gelombang pertama mencapai lebih dari 1 meter, sedangkan pada gelombang kedua mencapai kurang dari 1 meter. Sementara itu Masjid Al-Bahar dan PPI masing-masing terkena limpasan setinggi lebih kurang dari 1 meter. Limpasan tsunami pada pemodelan ini mendominasi wilayah pesisir Desa Batukaras di bagian utara yang tutupan lahannya didominasi oleh perkebunan, pertanian, dan lahan terbuka lain.