ANALISIS EKOLOGI PERAIRAN PADA PERIODE PEMANASAN TERAKHIR BØLLING-ALLERØD BERDASARKAN KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA PLANKTONIK DI SELAT MAKASSAR TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Institut Teknologi Bandung Oleh MAHARANI RACHMAWATI PURNOMO NIM: 12920055 (Program Studi Sarjana Oseanografi) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Agustus 2024 iii ABSTRAK ANALISIS EKOLOGI PERAIRAN PADA PERIODE PEMANASAN TERAKHIR BØLLING-ALLERØD BERDASARKAN KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN FORAMINIFERA PLANKTONIK DI SELAT MAKASSAR Oleh MAHARANI RACHMAWATI PURNOMO NIM: 12920055 (Program Studi Sarjana Oseanografi) Foraminifera merupakan salah satu proksi yang digunakan untuk rekonstruksi perubahan iklim global termasuk kondisi ekosistem laut. Studi ini difokuskan pada periode pemanasan terakhir Bølling-Allerød (14.920-13.102 tahun lalu/thl). Rekonstruksi ekologi perairan dalam penelitian ini menggunakan analisis kelimpahan dan keanekaragaman foraminifera planktonik. Selanjutnya, dianalisis pula kaitan ekologi perairan dengan variabilitas Suhu Permukaan Laut (SPL) menggunakan analisis geokimia Mg/Ca dari spesies Glebigerinoides ruber, kedalaman termoklin yang dilihat dari perbandingan thermocline dwellers dengan mixed layer dwellers, dan intensitas Arus Lintas Indonesia (Arlindo) di Selat Makassar. Hasil pengamatan terhadap 5 sampel sedimen diperoleh 10 genus dan 17 spesies foraminifera planktonik. Spesies yang paling dominan di daerah penelitian adalah Globigerinita glutinata dan Globigerinoides ruber yang merupakan spesies penghuni mixed layer dan paleoproduktivitas perairan cenderung rendah. Tren Mg/Ca menunjukkan pola kenaikan rata-rata sebesar 0,2-0,6 mmol/mol atau setara dengan peningkatan SPL sebesar 0,5-1°C. Namun, terdapat periode dengan SPL mendingin (14.001-13.453 thl) dan nilai Log (Zr/Rb) yang rendah diduga karena peningkatan presipitasi dan kejadian Meltwater Pulse 1a (MWP 1a). Pada periode ini thermocline dwellers bernilai 39,76-47,31% (rata-rata 42,62%) yang mengindikasikan mendalamnya lapisan termoklin dan terjadinya penguatan Arlindo. Perubahan depth of thermocline (DOT) yang terjadi di lokasi penelitian TR1926-B diperikirakan terkait dengan pergeseran ITCZ, dominansi munson barat, dan fenomena mirip La NiJäa-like yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia. Kata Kunci: Kelimpahan foraminifera planktonik, Bølling-Allerød, Arlindo, Selat Makassar, DOT iv ABSTRACT ANALYSIS OF MARINE ECOLOGY DURING THE LAST WARMING PERIOD OF BØLLING-ALLERØD BASED ON THE ABUNDANCE AND DIVERSITY OF PLANKTONIC FORAMINIFERA IN THE MAKASSAR STRAIT By MAHARANI RACHMAWATI PURNOMO NIM: 12920055 (Oceanography Study Program) Foraminifera is one of the proxies used to reconstruct global climate change, including the condition of marine ecosystems. This study focuses on the last Bølling- Allerød warming period (13,102-14,920 years ago/yr). Reconstruction of aquatic ecology in this study uses analysis of the abundance and diversity of planktonic foraminifera. Furthermore, the relationship between marine ecology and sea surface temperature variability was also analyzed using Mg/Ca geochemical analysis of the Glebigerinoides ruber species, thermocline depth as seen from the comparison of thermocline dwellers with mixed layer dwellers, and Indonesian Throughflow (ITF) intensity in the Makassar Strait. From observations on 5 sediment samples, 10 genera and 17 species of planktonic foraminifera were obtained. The most dominant species in the study area are Globigerinita glutinata and Globigerinoides ruber, species that inhabit mixed layers and water paleoproductivity tends to be low. The Mg/Ca trend shows an average increase pattern of 0.2-0.6 mmol/mol or equivalent to an increase in Sea Surface Temperature (SST) of 0.5-1°C in SST. However, there was a brief period of cooling SST (13,453-14,001 kya) and the low Log (Zr/Rb) value caused by a rise precipitation and the Meltwater Pulse 1a (MWP 1a) event. In this period, the thermocline dwellers value was 39.76-47.31% (average 42.62%), indicating the thermocline layer's depth and the ITF strengthening. The change in depth of thermocline (DOT) that occurred at the TR1926-B research location are thought to be related to the shift in the ITCZ, the dominance of the western monsoon, and the a La NiJäa-like phenomenon around Indonesia.