55 BAB IV Metodologi Penelitian Bagian ini membahas terkait prosedur penelitian yang dimulai dengan pengambilan data, pengolahan data, termasuk metode pembuatan model prediksi, lalu dilanjutkan dengan metode analisis data. IV.1 Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di tambang bawah tanah Front Ciguha dan Kubang Kicau, Tambang B, PT Antam UBPE (Unit Bagian Pertambangan Emas) Pongkor pada beberapa level yang berbeda ketika peledakan produksi. Level tersebut adalah Ciguha Level 460 dan 490 serta Kubang Kicau Level 445 dan 460. Data – data tersebut terbagi dalam data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari data pengamatan pola pengeboran, burden – spasi dan delay time. Data sekunder berupa data dimensi terowongan, kondisi massa batuan (RMR dan Q-system), jenis dan tipe bahan peledak, jenis dan tipe detonator dan sistem inisiasi, serta kondisi geologi dan geografi umum perusahaan. Tabel IV.I menunjukkan skema pengambilan data penelitian di PT Antam UBPE Pongkor: Tabel IV.1 Kebutuhan Data Data Jenis Data Sumber Data Parameter Peledakan Primer - Sekunder Observasi Lapangan – Dept. Produksi ƒ Pola Pengeboran ƒ Burden – Spasi Lubang Ledak ƒ Kedalaman dan Diameter lubang ledak ƒ Jenis dan Karakteristik bahan peledak ƒ Jumlah Bahan Peledak yang digunakan Parameter Kualitas Massa Batuan Sekunder Dept. Geoteknik & Kadar ƒ UCS ƒ Nilai RQD ƒ Kondisi Kekar & Strike-Dip Kekar ƒ Jarak antar Kekar ƒ Kondisi Air Tanah Dimensi Terowongan Sekunder Dept. Survei ƒ Area Terowongan (m 2 ) ƒ Volume Terowongan (m 3 ) ƒ Kemajuan Terowongan (m) 56 IV.2 Pemilihan Variabel Studi literatur terkait dengan metode empirik perhitungan overbreak bertujuan memilih variabel masukan pada saat proses prediksi menggunakan MRA dan ANFIS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ibarra (1996), Maerz (1998), Singh (2005), Dey & Murthy (2012), Kim & Moon (2013), dan Verma (2016) menyimpulkan faktor – faktor yang mempengaruhi overbreak terdiri dari dua kategori utama yaitu faktor teknis peledakan dan faktor kondisi massa batuan. Mottahedi (2018) menambahkan luas area terowongan sebagai salah satu parameter. Dimensi bukaan terowongan yang luas lebih berpotensi menimbulkan overbreak ketika peledakan dibandingkan dengan dimensi bukaan yang lebih kecil. Berikut beberapa data yang dipertimbangkan berdasarkan pertimbangan faktor yang mempengaruhi overbreak di atas: 1. Faktor teknis peledakan Parameter teknis peledakan ditentukan berdasarkan pada kajian teori seperti pada tinjauan pustaka. Data – data yang dimasukkan sebagai parameter teknis peledakan adalah Specific Charge (kg/m 3 ), Perimeter Powder Factor (kg/m 3 ), Maximum Charge per Delay (kg), Burden – Spasi Ratio, dan Advancement Factor. Setiap parameter tersebut didapatkan dari persamaan yang dibahas di Tinjauan Pustaka. Tabel IV.2 adalah hasil akuisisi data lapangan selama periode Mei – Oktober 2023 di Area Ciguha dan Kubang Kicau. Tampilan dari bahan peledak dan kegiatan peledakan dapat ditemukan di Gambar IV. 1 di bawah. Tabel IV. 2 Hasil Pengambilan Data Lapangan untuk parameter Peledakan No. Data Min Max Mean 1 Danfo (kg) 50 150 102.94 2 Dayagel (Catridge 30 & 50) mm 17 40 8.71 & 16.26 3 Detonator Nonel (4.5 & 9) mm 20 30 0.88 & 20.88 4 Diameter Lubang Ledak (mm) 64 64 64 5 Kedalaman Lubang Ledak (m) 2.4 2.4 2.4 6 Burden (m) 1.4 1.4 1.4 7 Spacing (m) 0.8 1.32 1.4 8 Pola Pengeboran - - - 57 Gambar IV.1 Jenis Bahan Peledak dan Aktivitas Peledakan 2. Faktor Kondisi Massa Batuan Kondisi massa batuan dianggap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap overbreak. Nilai overbreak relative lebih kecil pada kondisi massa batuan yang baik berdasarkan RMR (Rock Mass Rating) atau Q-system. Pengambilan data RMR tidak dilakukan per sequence kemajuan terowongan, namun sesuai kebutuhan untuk analisis kestabilan terowongan jika diperlukan untuk menyediakan penyangga yang baik. Gambar IV.2 dan IV.3 memperlihatkan tampilan kondisi batuan di lokasi penelitian. Gambar IV.2 Penampakan batuan di Terowongan Ciguha Aktivitas peledakan produksi berguna untuk memisahkan batuan yang mengandung ore yang ditargetkan dari kondisi in situ dari material pengikutnya. Oleh karena itu, hasil peledakan yang berupa bongkaran tidak hanya mengandung material ore, tetapi terdapat material batuan lain yang mengikutinya. Tampilan litologi batuan di area PT Antam bisa dilihat pada gambar di bawah. Vein atau urat bijih mengalami intrusi masuk ke sela – sela batuan Tuff dan Tuff Lapili khusus di area Ciguha dan KC. 58 Gambar IV.3 Penampang Geologi Pongkor (PT Antam, 2023) Tabel IV.3 menunjukkan kondisi massa batuan yang direpresentasikan oleh nilai RMR. Nilai RMR sendiri merupakan penjumlahan dari kekuatan batuan (UCS atau PLI), RQD, Kondisi dan spasi kekar, Kondisi air tanah, dan faktor adjusment. Nilai adjusment factor ditentukan berdasarkan strike dan dip dari kekar. Tabel di bawah adalah detail dari pengukuran RMR oleh perusahan. Nilai RMR di atas selanjutnya dikonversi ke dalam klasifikasi batuan Q-system Barton (1975). Tabel IV.3 RMR rata – rata Area fokus penelitian Area UCS RQD Joint Condition Spasi Joint Groundwater Adjusment Factor RMR Ciguha 7 16.16 11.04 12.83 9.45 - 10.12 46.35 KC 6.25 10.03 19.31 9.18 8.21 - 12 41 Lokasi Pengambilan Data 59 3. Dimensi Terowongan Dimensi terowongan terdiri dari volume terowongan sebelum dan sesudah peledakan. Proses akuisisi data menggunakan total station setelah aktivitas smoke clearing dan mucking out pasca peledakan. Dalam satu kali pengukuran, tim survei mengambil sebanyak 10 – 15 koordinat di profile terowongan dengan interval antara 0.5 – 1 meter. Pengukuran dimensi terowongan idealnya dilakukan setiap satu kali peledakan untuk kebutuhan data yang lebih detail. Data hasil pengukuran akan digunakan dalam perencanaan produksi dan lain – lain. Proses pengukuran dan hasilnya dapat dilihat di Gambar IV.4 dan Gambar IV.5. Gambar IV.4 Aktivitas Pengukuran Dimensi Terowongan Gambar IV.5 Contoh Pengolahan data hasil pengukuran dimensi terowongan Level 460 Ciguha di software Surpac 6.2 (PT Antam, 2023) Presentasi overbreak ditentukan dari perbandingan antara area awal dan area aktual setelah peledakan. Area awal atau area rencana adalah area bukaan face tunnel hasil peledakan sebelumnya dan area aktual adalah area yang sedang dan akan dilakukan peledakan. Area awal merupakan hasil bagi antara volume terowongan hasil pengukuran (m 3 ) dan kemajuan awal (m). Penentuan definisi overbreak menjadi penting dalam penelitian ini karena merupakan input dan output dari model prediksi yang 60 ditargetkan. Presentasi overbreak aktual akan menjadi indikator dalam menilai kekauratan model prediksi hasil MRA maupun ANFIS. Data statistik mengenai dimensi terowongan di front Ciguha dan Kubang Cicau (KK) dapat dilihat pada Tabel IV.4. Berikut persamaan menghitung presentasi overbreak aktual: Tabel IV.