101 BAB 5 ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bab 5 akan dijelaskan mengenai hasil analisis yang dilakukan beserta dengan pembahasannya yang sudah ditetapkan untuk menjawab tujuan dan sasaran penelitian pada bab 1 berupa analisis penentuan variabel dan indikator penilaian kerentanan bencana tsunami, model penilaian kerentanan bencana tsunami, penilaian kerentanan bencana tsunami di Kawasan Aerotropolis Kabupaten Kulon Progo, dan rekomendasi upaya mitigasi bencana tsunami dalam rencana detail tata ruang berdasarkan hasil penilaian kerentanan tsunami. 5.1 Identifikasi variabel dan indikator penilaian kerentanan tsunami yang mempertimbangkan sistem pesisir dan rencana detail tata ruang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi indikator-indikator kerentanan tsunami yang relevan untuk Kabupaten Kulon Progo. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan lima aspek utama yang mempengaruhi kerentanan terhadap tsunami: fisik, bangunan/infrastruktur, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pemilihan kelima aspek ini didasarkan pada berbagai studi dan literatur yang menekankan pentingnya faktor-faktor tersebut dalam menentukan tingkat kerentanan suatu wilayah pesisir terhadap tsunami. 5.1.1 Variabel Indikator Pemilihan variabel kerentanan tsunami dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan utama: kecocokan ketersediaan data, relevansi dengan perencanaan detail tata ruang (RDTR), dan bagaimana sistem pesisir bekerja. Variabel-variabel yang dipilih adalah hasil dari kajian literatur yang luas serta evaluasi kesesuaian dengan kondisi lokal di Kabupaten Kulon Progo. 102 Gambar 5.1 Thematic Network dalam Penentuan Variabel dan Indikator Sumber: Hasil Analisis, 2024 Salah satu faktor utama dalam pemilihan variabel adalah ketersediaan data yang dapat diandalkan dan relevan. Data yang dipilih harus dapat diakses dan memiliki kualitas yang memadai untuk analisis yang mendalam. Misalnya, data mengenai geomorfologi, perubahan garis pantai, dan kemiringan tanah tersedia melalui berbagai sumber seperti studi Gornitz dkk (1990) dan Thieler & Hammar-Klose (2000). Ketersediaan data ini memungkinkan analisis yang akurat dan komprehensif. Variabel-variabel yang dipilih juga harus relevan dengan perencanaan detail tata ruang. RDTR memerlukan informasi yang spesifik mengenai kondisi fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan wilayah pesisir. Misalnya, distribusi dan nilai industri serta agrikultur adalah variabel penting yang mempengaruhi tata guna lahan dan rencana pembangunan di wilayah pesisir (UNESCO, 2015; Biswas & Sil, 2023). Memahami bagaimana variabel-variabel ini berinteraksi dalam konteks RDTR membantu dalam merumuskan kebijakan mitigasi yang efektif dan berkelanjutan. Pemilihan variabel juga mempertimbangkan bagaimana sistem pesisir bekerja. Sistem pesisir adalah lingkungan dinamis yang dipengaruhi oleh berbagai faktor alami dan antropogenik. Variabel seperti lebar mangrove dan tutupan lahan vegetasi penting karena berfungsi sebagai penahan alami terhadap gelombang tsunami (Putiamini dkk, 2023; BNPB, 2012). Selain itu, keberadaan saluran air dan jarak dari pantai mempengaruhi cara air tsunami menyebar dan menggenangi area daratan (Biswas & Sil, 2023; Ismail dkk, 2012). Berikut merupakan Indikator terpilih yang dianggap sudah mewakili dari pertimbangan terkait ketersediaan data, hasil observasi lapangan, dan berkaitan 103 dengan substansi yang ada dalam dokumen rencana tata ruang yang tersedia. Adapun Thematic Network dalam pemilihan indikator yang dilakukan secara mendetail dapat dilihat pada Lampiran. Tabel 5.1 Indikator Terpilih Beserta dengan Sumber No. Indikator Sumber 1 Geomorfologi Gornitz, V. (1990); Gornitz, V., dkk. (1994); Thieler & Hammar-Klose (2000); Ismail dkk (2012); Putiamini, dkk. (2023); Pantusa, dkk. (2022) 2 Perubahan garis pantai (erosi dan abrasi) Gornitz, V. (1990); Thieler & Hammar-Klose (2000); Boruff, dkk. (2005); Pantusa, dkk. (2022); Putiamini, dkk. (2023) 3 Kemiringan Lahan Gornitz, V. (1990); Thieler & Hammar-Klose (2000); Boruff, dkk. (2005); Nakhapakorn & Duriyapong (2011); Ismail dkk (2012); Cankaya dkk (2016); Pantusa, dkk. (2022); Putiamini, dkk. (2023); Biswas & Sil (2023) 4 Elevasi Cankaya dkk (2016); Biswas & Sil (2023) 5 Keberadaan saluran air Biswas & Sil (2023) 6 Jarak dari pantai Ismail dkk (2012); Cankaya dkk (2016); Biswas & Sil (2023) 7 Tutupan Lahan (Vegetasi) Howes & Papathoma (2006); DLR, UNU-EHS, LIPI (2011); Biswas & Sil (2023); Putiamini, dkk. (2023); Pantusa, dkk. (2022); BNPB (2012) 8 Kepadatan Penduduk UNESCO (2015); DLR, UNU -EHS, LIPI (2011), BNPB (2012) 9 Penduduk Rentan Tanasiva dkk (2021); UNESCO (2015); DLR, UNU-EHS, LIPI (2011); Boruff, dkk. (2005), BNPB (2012) 10 Guna Lahan UNESCO (2015), BNPB (2012), Howes & Papathoma (2006); Biswas & Sil (2023); Nakhapakorn & Duriyapong (2011) 11 Fasilitas Umum UNESCO (2015), BNPB (2012) 12 Fasilitas Kritis DLR, UNU-EHS, LIPI (2011) 13 Jalan Nakhapakorn & Duriyapong (2011) 14 Jalur Kereta Api Sumber: Hasil Analisis, 2024 Berikut merupakan penjelasan mengenai justifikasi mengapa variabel tersebut dipakai untuk menghitung kerentanan tsunami berdasarkan hasil tinjauann literatur. 104 A. Geomorfologi Geomorfologi mencakup bentuk dan struktur permukaan tanah yang sangat mempengaruhi cara gelombang tsunami bergerak dan berdampak pada daratan. Studi menunjukkan bahwa karakteristik geomorfologi seperti topografi dan struktur tanah dapat mempengaruhi tingkat kerentanan terhadap tsunami (Gornitz dkk, 1990; Thieler & Hammar-Klose, 2000; Ismail dkk, 2012; Putiamini dkk, 2023; Pantusa dkk, 2022). Evaluasi geomorfologi membantu dalam mengidentifikasi area dengan risiko tinggi yang membutuhkan perhatian khusus dalam mitigasi bencana. B. Perubahan Garis Pantai (Erosi dan Abrasi) Perubahan garis pantai, termasuk erosi dan abrasi, memainkan peran penting dalam menentukan kerentanan suatu wilayah terhadap tsunami. Pantai yang mengalami erosi parah lebih rentan terhadap kerusakan akibat tsunami. Penelitian menunjukkan bahwa erosi pantai dapat memperbesar dampak gelombang tsunami pada daratan (Gornitz dkk, 1990; Thieler & Hammar-Klose, 2000; Boruff dkk, 2005; Pantusa dkk, 2022; Putiamini dkk, 2023). C. Kemiringan Lahan Kemiringan lahan menentukan bagaimana air bergerak dan menyebar di daratan. Lahan dengan kemiringan curam cenderung lebih aman dari genangan air, sementara lahan datar lebih rentan terhadap banjir tsunami. Penelitian menunjukkan bahwa kemiringan lahan merupakan faktor penting dalam penilaian kerentanan tsunami (Gornitz dkk, 1990; Thieler & Hammar-Klose, 2000; Boruff dkk, 2005; Nakhapakorn & Duriyapong, 2011; Ismail dkk, 2012; Cankaya dkk, 2016; Pantusa dkk, 2022; Putiamini dkk, 2023; Biswas & Sil, 2023). D.