5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Uraian dalam bab ini merupakan beberapa landasan teori yang relevan terhadap penelitian. Adapun teori yang dijabarkan berisi tentang injeksi karbon dioksida, electrical resistivity tomography (ERT), serta metode geolistrik resistivitas yang juga menjelaskan mengenai dua elektroda arus di permukaan dan konfigurasi elektroda. II.1 Injeksi Karbon Dioksida (CO 2) Injeksi CO 2 ialah suatu usaha meningkatkan perolehan minyak dengan cara injeksi CO 2 ke dalam suatu sumur produksi tahap tertiary (Ahmadi et al., 2016). Ada beberapa kelebihan utama dari injeksi CO 2 ini antara lain yaitu mengembangkan minyak oleh karena sifat kelarutannya terhadap hidrokarbon dalam minyak, mengurangi viskositas minyak, meningkatkan densitas minyak, mudah larut dalam air, memberi efek pengasaman pada batuan. Selain itu juga dapat menguapkan dan mengekstraksi minyak mentah, tergolong zat yang tidak berbahaya, tidak mudah meledak, serta tidak menimbulkan masalah terhadap lingkungan apabila masih dalam jumlah yang sedikit (Alam et al., 2022). Peran CO 2 adalah untuk meningkatkan kelarutan minyak agar lebih mudah terangkat ke permukaan bumi dengan menginjeksikan gas CO 2 ke dalam reservoir (Lyons, 2010). Karakteristik terpenting dari CO 2 adalah kemampuannya untuk mengekstraksi atau menguapkan hidrokarbon dari reservoir minyak. Selain itu, CO 2 dapat berbaur dengan minyak bumi dan kelarutannya dapat meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan. Apabila tekanan cukup tinggi, maka pencampuran akan terjadi dan minyak terdesak ke sumur-sumur produksi. CO 2 yang terlarut dengan minyak mengembang sehingga meningkatkan volumenya. Hasilnya, lebih sedikit fluida yang tertinggal di reservoir (Prasad et al., 2023). Mekanisme dasar dari injeksi CO 2 ini adalah bercampurnya CO2 dengan minyak dan membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak daripada minyak pada kondisi awal di reservoir. Dalam penerapannya, injeksi CO 2 dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya yaitu: (Mungan, 1981) 6 a. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proses berlangsung. Untuk injeksi CO2 secara kontinyu ini, gas CO2 yang di injeksi secara terusmenerus ke dalam reservoir sampai selesai proses pemulihan. b. Injeksi CO 2 diikuti dengan gas. Proses ini dimulai dengan menginjeksikan CO 2 sampai volume tertentu, kemudian gas yang lebih ringan dari CO2 digunakan sebagai fluida penggerak. c. Injeksi CO 2 diikuti dengan air. Setelah diinjeksikan sampai dengan volume yang diinginkan, air digunakan untuk memindahkan CO 2 dari reservoir. d. Injeksi CO 2 dan air secara simultan. Proses ini biasanya akan dimulai dengan injeksi slug CO 2, diikuti dengan injeksi CO2 dan air secara simultan atau bergantian sampai pada volume CO 2 yang ditentukan dan biasanya disebut dengan proses WAG. e. Injeksi CO2 dan solvent. Proses injeksi CO 2 juga dapat mencakup injeksi solvent seperti natural gas liquids, H 2S, SO2, dan lainnya. Alasan utama digunakan solvent ialah untuk menurunkan MMP antara CO 2 dengan minyak reservoir. Alasan lainnya berkaitan dengan pencampuran, viscous fingering, dan dispersi. f. Injeksi CO 2 dan panas. Pada kondisi tertentu, CO2 dan panas dapat diinjeksikan ke dalam reservoir yang memiliki minyak dengan derajat API yang rendah dan dapat menghasilkan efek yang sinergis pada pemulihan minyak. Injeksi CO2 dapat berupa injeksi gas tidak tercampur (immiscible injection) maupun injeksi gas tercampur (miscible injection) dengan minyak, tergantung dari tekanan reservoir, temperatur, dan sifat fluida. CO 2 yang terperangkap di bawah permukaan tanah mengacu pada cara CO 2 tetap berada di bawah tanah di lokasi injeksinya. Ada empat mekanisme utama yang menjebak CO 2 yang disuntikkan di bawah permukaan. Masing-masing mekanisme ini berperan dalam bagaimana CO 2 tetap terperangkap di bawah permukaan. Berikut ini penjelasan masing-masing jenis mekanisme perangkap. (D. Zhang & Song, 2014) 7 a. Perangkap Struktural. Perangkap struktural adalah perangkap fisik CO 2 di dalam batuan dan merupakan mekanisme yang memerangkap CO 2 dalam jumlah terbesar. Lapisan batuan dan patahan di dalam dan di atas formasi penyimpanan tempat CO 2 disuntikkan bertindak sebagai penutup, mencegah CO 2 keluar dari formasi penyimpanan. Setelah disuntikkan, CO2 superkritis dapat menjadi lebih apung dibandingkan cairan lain yang ada di ruang pori sekitarnya. Oleh karena itu, CO 2 akan bermigrasi ke atas melalui batuan berpori hingga mencapai (dan terperangkap oleh) lapisan batuan segel yang kedap air. Diagram yang menggambarkan dua contoh perangkap struktural. Gambar atas menunjukkan CO 2 terperangkap di bawah kubah, mencegahnya bermigrasi secara lateral atau vertikal. b. Perangkap Residu. Perangkap sisa mengacu pada CO 2 yang tetap terperangkap di ruang pori di antara butiran batuan saat gumpalan CO 2 bermigrasi melalui batuan. Batuan berpori yang ada bertindak seperti spons yang kaku.