61 Bab V Hasil Dan Pembahasan V.1 Kandungan AOX di perairan V.1.1 Perubahan kandungan AOX di sungai Siak dan Kampar beserta perbedaannya Tabel V.1 di bawah ini menunjukkan lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Siak. Tabel V.1 Lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Siak Titik Sampling Waktu Cuaca Posisi Sampling Dalam Bagian Tengah (m) Lebar (m) IA-1 08:34 Cerah N 00 o 38 ’ 38.0 ” E101 o 37 ’ 15.6 ” 14 158 IB-1 08:08 Cerah N 00 o 40 ’ 32.0 ” E101 o 38 ’ 25.9 ” 1.5 5 IC-1 09:32 Cerah N 00 o 41 ’ 36.9 E101 o 39 ’ 34.3 ” 12 190 ID-1 10:05 Cerah N 00 o 43 ’ 02.7 E101 o 40 ’ 21.1 ” 12 165 IE-1 10:49 Cerah N 00 o 47 ’ 08.6 E101 o 43 ’ 51.4 ” 14 152 IF-1 11:31 Cerah N 00 o 44 ’ 52.3 E101 o 48 ’ 44.8 ” 13 180 IA-2 18:34 Cerah N 00 o 38 ’ 38.0 ” E101 o 37 ’ 15.6 ” 14.5 158 IB-2 18:14 Cerah N 00 o 40 ’ 32.0 ” E101 o 38 ’ 25.9 ” 2.0 5 IC-2 17:46 Cerah N 00 o 41 ’ 36.9 ” E101 o 39 ’ 34.3 ” 12.5 190 ID-2 17:20 Cerah N 00 o 43 ’ 02.7 ” E101 o 40 ’ 21.1 ” 13 165 IE-2 16:45 Cerah N 00 o 47 ’ 08.6 ” E101 o 43 ’ 51.4 ” 15 152 IF-2 15:55 Cerah N 00 o 44 ’ 52.3 ” E101 o 48 ’ 44.8 ” 14 180 Gambar V.1 di bawah ini menunjukkan peta titik pengambilan sampel di sungai Siak, baik yang dilakukan dalam penelitian maupun yang dilakukan oleh Bapedalda Riau. 62 PT. I S-11 S-1 IF-1, IF-2 IE-1, IE-2 ID-1, ID-2 S-10 IC-1, IC-2 S-9 IB-1, IB-2 IA-1, IA-2 S-8 S-7 S-5 S-4 S-2 S-3 S-6 PEKANBARU Gambar V.1 Peta titik pengambilan sampel di sungai Siak Dalam gambar di atas terlihat ada 6 (enam) titik sampling dalam penelitian yang dilakukan dan 11 (sebelas) titik dari 14 (empat belas) titik sampling yang dilakukan Bapedalda Riau. Keterangan mengenai jarak dan titik-titik pengambilan sampel oleh Bapedalda Riau di sungai Siak dapat dilihat pada Tabel A.1 Lampiran A. Hasil uji kandungan senyawa AOX di sungai Siak pada kondisi surut beserta hasil pengukuran beberapa parameter di lapangan dapat dilihat pada Tabel V.2. Titik sampling dalam penelitian Titik sampling Bapedalda Riau 63 Tabel V.2 Hasil uji kandungan AOX dan parameter lainnya di sungai Siak pada pagi hari (surut) Titik Sampling Kondisi Sungai T ( o C) Ta ( o C) pH DO (mg/l) Kelem- baban (%) AOX (ppm) % terhadap Konsentrasi AOX Effluent IA-1 Surut 28 30,8 5,0 4,0 77 Trace 0,00% IB-1 Surut 35 27,9 6,8 1,2 80 2,3300 100,00% IC-1 Surut 28 33,1 5,2 2,5 69 0,4346 18,65% ID-1 Surut 28 33,1 5,0 2,2 69 0,2563 11,00% IE-1 Surut 28 33,1 4,9 1,8 69 0,0331 1,42% IF-1 Surut 28 33,1 4,4 1,9 69 Trace 0.00% Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi surut di sungai Siak, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik IE-1 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 98,58%. Perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan dapat terjadi akibat pengenceran mengingat sifat AOX yang persisten. Proses pengenceran yang sedemikian besar disebabkan debit yang tinggi dari sungai Siak (Data Kimpraswil Riau 2004: Q rata-rata sungai Siak = 200-300 m 3 /detik). Proses pengenceran juga bertambah dengan adanya beberapa anak sungai di hilir effluent PT. I seperti: sungai Bunut (lebar ± 10 m, 3,2 km di hilir effluent), sungai Gasib (lebar ± 30 m, 9 km di hilir effluent) dan sungai Mandau (lebar ± 60 m, 19 km di hilir effluent). Gambar V.2 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada pagi hari (surut). Pagi (Surut) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 IA-1 IB-1 (effluent) IC-1 ID-1 IE-1 IF-1 Titik Sampling 0 1 2 3 4 5 6 7 8 AOX pH DO AOX (ppm) pH DO (mg/L) Gambar V.2 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada pagi hari (kondisi surut) 64 Dari gambar di atas terlihat bahwa pada kondisi surut di sungai Siak, penurunan AOX seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga 2 mg/L. Penurunan pH diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Siak yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai semakin mendekati kondisi alamiah. Secara teoritis, penurunan pH dapat disebabkan oleh karena kandungan AOX yang rendah membutuhkan lebih sedikit ion nukleofilik (OH - , dan lain-lain) untuk mendegradasi AOX dengan cara hidrolisis alkali. Sebaliknya, jika kandungan AOX tinggi, akan terjadi peningkatan pH disebabkan lebih banyaknya ion nukleofilik (bersifat basa) yang dibutuhkan untuk mendegradasinya. Mekanismenya, seperti yang telah diuraikan pada bab II dalam persamaan reaksi (6) yaitu: Nu - + R – X : R – Nu + X - dimana: Nu - = nukleofilik (OH - , HS - , S 2- ) R – X = senyawa organik terklorinasi R – Nu = senyawa organic tersubstitusi nukleofilik X - = halide (Parker et al, 1993) Sedangkan penurunan nilai DO diperkirakan dipengaruhi oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar, disamping adanya kontribusi limbah dari sejumlah industri di hilir effluent seperti industri kelapa sawit, industri pengolahan kayu, dan sebagainya, sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO. Hasil uji kandungan senyawa AOX dan parameter lainnya pada sampel yang diambil pada kondisi pasang di sungai Siak dapat dilihat pada Tabel V.3 di bawah ini. 65 Tabel V.3 Hasil uji kandungan AOX dan parameter lainnya di sungai Siak pada sore hari (pasang) Titik Sampling Kondisi Sungai T ( o C) Ta ( o C) pH DO (mg/l) Kelem- baban (%) AOX (ppm) % terhadap Konsentrasi AOX Effluent IA-2 Surut 28 28 4,7 3.2 95 0,4160 13,00% IB-2 Surut 36 28,2 6,3 2.0 93 3,2000 100,00% IC-2 Mulai Surut 28 28,8 4,9 1.3 90 0,6540 20,44% ID-2 Statis 29 30,2 4,7 1.2 75 0,5878 18,37% IE-2 Pasang 29 30,8 4,6 1.3 70 0,0083 0,26% IF-2 Pasang 29 34,3 4,7 1.6 64 Trace 0,00% Dari tabel di atas diketahui bahwa pada kondisi pasang di sungai Siak, selama pengaliran ke arah hilir hingga titik IE-2 (jarak 16 km dari effluent), nilai AOX mengalami penurunan hingga 99,74%. Perubahan konsentrasi AOX sepanjang aliran ke hilir diperkirakan juga terjadi akibat pengenceran. Gambar V.3 menunjukkan grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada sore hari (pasang). Sore (Pasang) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 IA-2 IB-2 (effluent) IC-2 ID-2 IE-2 IF-2 Titik Sampling 0 1 2 3 4 5 6 7 8 AOX pH DO AOX (ppm) pH DO (mg/L) Gambar V.3 Grafik hubungan konsentrasi AOX, pH dan DO di sungai Siak pada sore hari (kondisi pasang) Dari gambar di atas terlihat bahwa pada kondisi pasang di sungai Siak, penurunan AOX juga seiring dengan penurunan pH hingga di bawah 5 dan nilai DO hingga di bawah 2 mg/L. Sama dengan kondisi surut, penurunan pH juga diperkirakan terjadi karena kondisi air sungai Siak yang bersifat asam mengingat lahan di daerah aliran 66 sungai merupakan tanah organik yang asam (Regionalinvestment, 2007). Semakin jauh ke hilir dari effluent, pH sungai semakin mendekati kondisi alamiah. Penurunan nilai DO diperkirakan juga dipengaruhi oleh keberadaan AOX bersamaan dengan effluent industri pulp dan kertas yang mengandung berbagai jenis bahan pencemar, disamping adanya kontribusi limbah dari sejumlah industri di hilir effluent seperti industri kelapa sawit, industri pengolahan kayu, dan sebagainya, sehingga meningkatkan COD yang berbanding terbalik dengan DO. Terdapat perbedaan konsentrasi AOX maksimum (di effluent) pada kondisi surut dan pasang di sungai Siak yakni 2,330 ppm (surut) dan 3,200 ppm (pasang). Perbedaan ini disebabkan oleh adanya perbedaan debit air sungai Siak pada saat pasang dan surut. Dari hasil observasi, pada kondisi pasang di sungai Siak, ditemukan AOX hingga 4 km ke hulu effluent dan terjadi peningkatan konsentrasi AOX pada daerah hingga 6 km ke hilir effluent, bahkan berdasarkan pengamatan di lapangan selama kurang lebih 20 menit pada kondisi puncak pasang (di titik D: 6 km di hilir effluent, pukul: 17:20-17:40 WIB) terlihat air sungai Siak tidak mengalir sama sekali (statis), hal ini memungkinkan terjadinya akumulasi kandungan AOX pada daerah tersebut. Semakin mendekati titik effluent PT. I di sungai Siak, konsentrasi AOX semakin meningkat secara signifikan dan sebaliknya semakin ke hilir atau ke hulu konsentrasi AOX semakin kecil. Konsentrasi AOX tertinggi terdapat pada titik effluent. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan PT. I sebagai industri pulp dan kertas berperan terhadap timbulnya senyawa AOX di perairan sungai Siak. Tabel V.4 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran yang dilakukan PT. I terhadap AOX dan beberapa parameter kualitas lingkungan pada total effluent (yang diambil mulai dari raw waste water (primary inlet), buffer tank, secondary clarifier, hingga treated waste water discharge. 67 Tabel V.4 Hasil pengukuran kualitas total effluent PT. I (Januari – Juni 2007) Bulan Debit Effluent (m 3 /hari) COD (mg/L) BOD (mg/L TSS (mg/L) pH AOX (mg/L) Januari 199.539,3 318,57 82,77 68,33 7,2 4,33 Februari 213.408 305,83 81,20 63,53 7,4 2,00 Maret 191.378,1 296,13 75,90 62,43 7,8 5,90 April 224.520 323,10 76,73 70,40 8,1 7,92 Mei 228.258 308,23 73,80 70,33 7,5 6,73 Juni 228.810 321,33 71,83 69,90 7,5 9,45 Gambar V.4 menunjukkan profil AOX, COD, BOD dan TSS pada total effluent PT. I. 10 30 50 70 90 110 130 150 170 190 210 230 250 270 290 310 330 Januari Februari Maret April M ei Juni 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 COD BOD TSS AOX COD(mg/L) BOD(mg/L) TSS(mg/L) AOX(mg/L) Gambar V.4 Profil AOX, COD, BOD, dan TSS pada total effluent PT. I periode Januari – Juni 2007 Dari tabel dan gambar di atas, dapat dikemukakan bahwa rasio AOX/COD cenderung fluktuatif dan berkisar antara 0,007 – 0,029. Hal ini menunjukkan bahwa AOX berbeda dari COD, sehingga perlu dibedakan sebagai parameter yang terpisah. Perubahan BOD dan TSS terlihat tidak signifikan dan cenderung stabil. Perubahan 68 pH pada effluent PT. I lebih disebabkan oleh pengaturan melalui penambahan asam atau basa guna mencapai pH sesuai baku mutu effluent, sehingga tidak bisa dihubungkan dengan perubahan konsentrasi AOX effluent. Rasio BOD/COD cenderung fluktuatif dan menunjukkan kisaran dari 0,22 – 0,27. Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan yang terdapat pada effluent PT. I sulit mengalami biodegradasi. Tabel V.5 di bawah ini menunjukkan lokasi dan kondisi pengambilan sampel di sungai Kampar. Tabel V.5 Lokasi dan kondisi pengambilan sampel sungai Kampar Titik Sampling Waktu Cuaca Posisi Sampling Dalam Bagian Tengah (m) Lebar (m) RA-1 07:35 Cerah N 00 o 23 ’ 03.3 ” E101 o 53 ’ 56.7 ” 11 146 RB-1 08:50 Cerah N 00 o 24 ’ 33.5 ” E101 o 55 ’ 35.1 ” 3.5 10 RC-1 09:00 Cerah N 00 o 24 ’ 28.1 ” E101 o 57 ’ 12.2 ” 11 228 RD-1 09:50 Cerah N 00 o 25 ’ 03.1 ” E101 o 58 ’ 44.6 ” 10 235 RE-1 10:40 Cerah N 00 o 26 ’ 12.0 ” E102 o 04 ’ 01.8 ” 11 210 RF-1 11:34 Cerah N 00 o 24 ’ 45.4 ” E102 o 09 ’ 13.5 ” 12 199 RA-2 18:35 Cerah N 00 o 23 ’ 03.3 ” E101 o 53 ’ 56.7 ” 11 146 RB-2 18:20 Cerah N 00 o 24 ’ 33.5 ” E101 o 55 ’ 35.1 ” 3.5 10 RC-2 17:52 Cerah N 00 o 24 ’ 28.1 ” E101 o 57 ’ 12.2 ” 11 228 RD-2 17:13 Cerah N 00 o 25 ’ 03.1 ” E101 o 58 ’ 44.6 ” 10 235 RE-2 16:33 Cerah N 00 o 26 ’ 12.0 ” E102 o 04 ’ 01.8 ” 11 210 RF-2 15:45 Cerah N 00 o 24 ’ 45.4 ” E102 o 09 ’ 13.5 ” 12 199 Gambar V.5 berikut menunjukkan peta titik pengambilan sampel di sungai Kampar.