Hasil Ringkasan
75 Bab V Hasil dan Pembahasan V.1 Teridentifikasi distribusi manfaat penyediaan air bersih berbasis masyarakat (Pamsimas) di Desa Langensari. Pada bagian ini peneliti melakukan identifikasi distribusi manfaat dinilai dari kondisi sebelum adanya pragram Pamsimas dan setelah memanfaatkan Pamsimas. Selain itu, akan dilakukan perbandingan pemenuhan air bersih pada setiap variabel distribusi maanfaat dengan kondisi ideal atau standar yang berlaku. V.1.1 Pemilihan Pamsimas Pamsimas Desa langensari disediakan untuk mengatasi masalah kesulitan air yang dirasakan oleh masyarakat Desa Langensari, khusunya pada wilayah RW 06, RW 14, dan RW 15. Masyarakat Desa Langensari menjadi salah satu wilayah yang kesulitan air bersih sehingga berbagai progam berupa bantuan dari pemerintah antara lain PNPM hingga terbaru program Pamsimas hadir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Masalah kesulitan akses terhadap air bersih dirasakan oleh masyarakat RW 06, RW 14, dan RW 15 terjadi ketika musim kemarau tiba. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dikumpulkan diketahui berbagai alasan masyarakat yang pada akhirnya memilih menggunakan Pamsimas. Tabel V. 1 Alasan Menjadi Pelanggan Pamsimas No. Alasan (Sumber Air Sebelumnya) Wilayah Jumlah RW 06 RW 14 RW 15 1 Kurang Secara Kuantitas 38 26 31 95 2 Berwarna 10 4 2 16 3 Berasa 4 5 2 11 4 Berbau 2 0 0 2 5 Tidak Kontinu 15 19 19 53 6 Mahal 27 15 24 66 7 Jauh 8 2 0 10 8 Perlu Banyak Waktu & Tenaga 14 12 5 31 Sumber: Hasil Analisis, 2024 76 Berdasarkan data diatas perlu diketahui bahwa alasan penerima manfaat memilih menggunakan Pamsimas tidak hanya karena kauntitas air yang diterima masih kurang, namun juga dapat terjadi karena beberapa alasan sekaligus. Misalnya terdapat seorang penerima manfaat yang menyatakan alasan memilih Pamsimas karena sumber air sebelumnya dirasa kurang secara kuantitas, tidak kontinu, dan juga mahal. Berdasarkan Tabel V.1 diatas diketahui alasan utama penerima manfaat beralih menggunakan Pamsimas adalah karena sumber air sebelumnya masih kurang secara kuantitas. Data menunjukkan terdapat sebanyak 95 penerima manfaat atau sebanyak 92% menyatakan bahwa sumber air sebelumnya masih kurang secara kuantitas. Hal ini sejalan dengan masalah utama sebelum adanya program Pamsimas di Desa Langensari, yaitu kesulitan akses terhadap air bersih. Selain itu, sebanyak 66 penerima manfaat atau sebesar 64% penerima manfaat juga merasa bahwa sumber air yang digunakan sebelumnya membutuhkan biaya pengeluaran yang tinggi jika dibandingkan dengan Pamsimas. V.1.2 Kuantitas Air Pamsimas Permasalahan utama yang dirasakan masyarakat terkait akses air bersih adalah kuantitas air yang dirasa masih kurang. Kondisi ini semakin parah ketika musim kemarau tiba. Distribusi manfaat secara kuantitas dapat diketahui melalui data konsumsi air per orang di wilayah penelitian, dimana data tersebut dapat diketahui berdasarkan informasi konsumsi air bulanan yang disampaikan penerima manfaat. Sebelum mengetahui konsumsi air ssetiap orang per hari, maka penting untuk mengetahui konsumsi air per rumah tangga di setiap wilayah sebagai berikut. Tabel V. 2 Rata-Rata Konsumsi Air Rumah Tangga Rata-Rata Konsumsi Air Rumah Tangga (m3) Wilayah Sebelum Setelah RW 06 9,54 15,81 RW 14 10,55 15,04 RW 15 9,57 14,13 Sumber: Hasil analisis, 2024 Berdasarkan Tabel V.2 dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi air bersih rumah tangga di Desa Langensari sebelum Pamsimas adalah 9,82 m 3 . Adapun setelah adanya 77 program Pamsimas konsumsi air bersih rumah tangga di ketiga RW wilayah penelitian meningkat menjadi 15,09 m 3 . Konsumsi air bersih setiap orang per hari dapat diketahui sebagai berikut. Tabel V. 3 Rata-Rata Konsumsi Air Per Orang Rata-Rata Konsumsi Air per orang (liter/org/hari) Wilayah Sebelum Setelah RW 06 68,74 114,63 RW 14 85,20 122,96 RW 15 72,91 109,17 Sumber: Hasil analisis, 2024 Berdasarkan Tabel V.3 diketahui bahwa terjadi peningkatan konsumi jumlah air bersih di ketiga wilayah. Peningkatan tersebut manandakan distribusi manfaat jumlah air yang diterima adalah sama antar ketiga wilayah. Perubahan peningkatan jumlah konsumsi air bersih sebelum dan setelah menggunakan Pamsimas ditunjukkan sebagai berikut. Gambar V. 1 Rata-Rata Konsumsi Air Bersih Per Orang Sumber: 1 Hasil Analisis, 2024 Jika mengacu pada kuantitas air yang diterima oleh setiap pelanggan di ketiga wilayah penelitian, maka distribusi manfaat yang dirasakan adalah sebanding atau sama-sama meningkat. Namun demikian, konsumsi air bersih per orang di wilayah RW 15 setelah adanya program Pamsimas menunjukkan bahwa ada kuantitas air yang dalam 68,74 85,20 72,91 114,63 122,96 109,17 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00100,00120,00140,00 RW 06 RW 14 RW 15 Rata-Rata Konsumsi Air per Orang (liter/orang/hari) SetelahSebelum 78 penambahannya tidak signifikan dengan penggunaan sumber air sebelumnya. Pada Gambar V.1 diatas diketahui bahwa konsumsi air di RW 06 dan RW 14 bertambah signifikan sesuai dengan konsumsi air sebelum Pamsimas. Berbeda dengan wilayah di RW 15 yang memiliki jumlah air tambahan setelah program Pamsimas lebih sedikit dibandingkan dengan kedua wilayah tersebut. Gambar V. 2 Penambahan rata-rata konsumsi harian air bersih setelah Pamsimas (liter/orang/hari) Sumber: Hasil Analisis, 2024 Konsumsi air bersih per orang di pedesaan telah ditentukan dalam Petunjuk Praktis Perencanaan Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih Pedesaan (2008). Berdasarkan pedoman tersebut diketahui bahwa standar konsumsi air di pedesaan adalah 30-60 liter/orang/hari. Jika disandingkan dengan rata-rata konsumsi air bersih di wilayah penelitian pada Tabel V.3, diketahui bahwa sebelum menggunakan program Pamsimas kebutuhan kuantitas air bersih per orang di wilayah penelitian telah melebihi batas atas standar kebutuhan air pedesaan. Perlu menjadi perhatian bahwa konsumsi air yang disampaikan pelanggan sebelum program Pamsimas adalah konsumsi air yang dirasakan pada kondisi optimal yaitu kondisi musim hujan. 45,88 37,76 36,26 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 RW 06 RW 14 RW 15 Penambahanrata-rata konsumsi harian setelah Pamsimas_ (liter/orang/hari) 79 Diketahui bahwa permasalahan air utama di wilayah penelitian adalah kekurangan air khususnya pada musim kemarau. Gambar V. 3 Perbandingan Rata-Rata Konsumsi Air Bersih Sumber: Hasil Analisis, 2024 Distribusi manfaat berdasarkan kuantitas air di RW 06, RW 14, dan RW 15 Desa Langensari pada penyediaan air bersih Pamsimas belum merata, meskipun penambahan kuantitas air setelah program Pamsimas telah dirasakan oleh penerima manfaat di ketiga wilayah tersebut. Hal ini ditunjukkan oleh selisih perubahan yang terjadi, RW 15 menerima jumlah air yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan kedua wilayah lainnya. Jika mengacu pada Gambar V.3 diatas diketahui bahwa sebelum adanya program Pamsimas, konsumsi air rata-rata harian per orang di wilayah RW 15 lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah RW 06. Namun setelah program Pamsimas, ternyata konsumsi air rata-rata harian per orang di wilayah RW 15 lebih sedikit dibandingkan wilayah RW 06. Kuantitas air bersih di wilayah penelitian juga dinilai dari kondisi apakah jumlah air yang diterima telah memadai atau belum. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan diketahui informasi sebagai berikut. 68,74 85,20 72,91 60 60 60 114,63 122,96 109,17 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 RW 06 RW 14 RW 15 Rata-rata konsumsi air bersih (liter/orang/hari) Sebelum Standar Setelah 80 Tabel V. 4 Kuantitas Air Pamsimas Wilayah Kuantitas Air Pamsimas Sudah Memadai Belum Memadai RW 06 44 0 RW 14 29 3 RW 15 24 3 Langensari 97 6 Sumber: Hasil Analisis, 2024 Berdasarkan data kuantitas air yang ditunjukkan pada Tabel V.4 diatas diketahui bahwa setelah menggunakan Pamsimas masyarakat merasa bahwa kuantitas air yang diterima selama menggunakan Pamsimas telah memadai, artinya masyarakat tidak mengalami kesulitan air meskipun di musim kemarau. Secara kuantitas air, saat ini Pamsimas telah memberikan manfaat berupa kuantitas air yang dirasa sudah memadai oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan kondisi sebelum adanya program Pamsimas, diketahui bahwa masyarakat sebagian besar merasakan air masih kurang secara kuantitas. Sebanyak 92% masyarakat merasa bahwa air yang digunakan saat itu belum memenuhi kuantitas yang dibutuhkan, khususnya saat musim kemarau.