54 Bab IV Gambaran Umum IV.1 Gambaran Umum Air Bersih Kabupaten Bandung Barat Sebagai daerah yang berkembang, kebutuhan air bersih di Kabupaten Bandung Barat cukup besar. Kabupaten Bandung Barat memiliki beberapa potensi sumber mata air dari air tanah yang secara alami mengalir ke permukaan. Secara hidrogeologi, terdapat 4 Cekungan Air Tanah di Kabupaten Bandung Barat, antara laincekungan air tanah batujajar, ciater, bandung-soreang, dan lembang. Total luas cekungan air tanah di Kabupaten Bandung Barat adalah sebesar 1.245,1 km 2 dan merupakan kedua terluas di Bandung Raya setelah Kota Bandung, yaitu 1.753,3 km 2 dengan total kapasitas penyimpanan air tanah dangkal sebesar 12,11 juta m 3 /tahun dan air tanah dalam sebesar 0,08 juta m 3 /tahun. Memperhatikan angka-angka tersebut maka kapasitas pengambilan aman di seluruh Kabupaten Bandung Barat adalah 6,06 m 3 /detik dengan kekhususan pada Cekungan Air Tanah Lembang yang hanya sebesar 0,4 m 3 /detik. Kecamatan Lembang menjadi salah satu daerah dengan potensi mata air yang besar di Kabupaten Bandung Barat dengan total debit air sebesar 1300 liter/detik. Berikut lima titik pemunculan terbesar yang terletak di Kecamatan Lembang: 1) Mata Air Citamiang (150 liter/detik), dimiliki Desa Cikole 2) Mata Air Cikarea (100 liter/detik), dimiliki Desa Cibogo 3) Mata Air Ciburial (45 liter/detik), dimiliki PDAM 4) Mata Air Seungapan (5 liter/detik), dimiliki Perhutani 5) Mata Air Cibeusi (20 liter/detik), dimiliki Perhutani Adapun pemanfaatan air bersih di Kecamatan Lembang adalah sebagai berikut. Tabel IV. 1 Pemanfaatan air bersih di Kecamatan Lembang Kecamatan Jumlah Mata Air Variasi Debit (l/d) Pemanfaatan Lembang 129 >10-150 Umumnya semua lokasi termanfaatkan untuk kebutuhan masyarkat sekitar, sawah, kebun, perumahan, dam irigasi Sumber: PUPR Kab. Bandung Barat, 2021 55 IV.2 Profil Desa Langensari Desa Langensari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Desa Langensari memiliki luas wilayah sebesar 539,23 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 14.349 jiwa. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah tersebut maka kepadatan penduduk Desa Langensari adalah 2.662 jiwa/km 2 . Desa Langensari memiliki topografi berupa dataran tinggi, dimana wilayah ini berada pada ketinggian 1000-1500 meter diatas permukaan laut. Berdasarkan tutupan lahannya Desa Langensari didominasi oleh tegalan/ladang yaitu seluas 295,73 hektar atau sebesar 55% dari luas wilayah Desa Langensari. Sementara luas lahan permukiman hanya sebesar 130, 09 hektar, angka ini hanya menyumbang sebesar 24% terhadap luas Desa Langensari. Oleh sebab itu kondisi ini sejalan dengan kepadatan penduduk di Desa Langensari yang masih rendah. Selain itu, kegiatan perkebunan dan sawah di Desa Langensari masing-masing menyumbang luas wilayah sebesar 11% dan 4%. Berikut tutupan lahan Desa Langensari beserta luas areanya. Tabel IV.2 Tutupan Lahan Desa Langensari No. Tutupan Lahan Luas (ha) 1 Permukiman 130,09 2 Perkebunan 59,83 3 Sawah 23,32 4 Semak belukar 25,92 5 Tegalan/ladang 295,73 6 Tanah kosong 3,79 7 Gedung/Bangunan 0,30 8 Danau 0,25 Desa Langensari 539,23 Sumber: Hasil Olahan Penulis, 2024 56 Gambar IV. 1 Peta Tutupan Lahan Desa Langensari Sumber: Hasil Analisis, 2024 57 IV.3 Gambaran Umum Pamsimas Desa Langensari Pamsimas Desa Langensari mulai beroperasi pada April 2020 hingga saaat ini. Sumber air yang dimanfaatkan untuk menyuplai pasokan air ke reservoir berasal dari mata air dan air tanah yang ditarik menggunakan mesin. Titik pengeboran sumber air terletak tepat dibawah reservoir. Reservoir air terletak di RW 06 pada area yang paling tinggi yaitu pada ketinggian 1.166 meter diatas permukaan laut. Selain itu, untuk mengatasi masalah tekanan air agar mampu mengalir dengan lancar maka reservoir dirancang berada pada ketinggian sekitar 7,5 meter diatas permukaan tanah. Reservoir ini dirancang untuk menampung sekitar 20 m 3 . Pengisian air juga dilakukan secara otomatis sehingga bak penampungan tidak pernah kosong oleh air. Penyaluran air kepada masyarakat menggunakan dua jenis pipa, yaitu pipa induk dan pipa tambahan. Pipa induk berukuran 3 inch dan memiliki panjang kurang lebih 950 meter, sementara pipa tambahan berukuran 2 inch dengan panjang kurang lebih 1 km. Pipa utama berukuran 3 inch dirancang melewati RW 15 terlebih dahulu kemudian memanjang ke RW 14 karena dipengaruhi kondisi topografi area RW 15 yang lebih tinggi. Sementara RW 06 yang berlokasi dekat dengan reservoir serta tidak dipengaruhi ketinggian maka menggunakan pipa berukuran 2 inch sebagai saluran utama penyaluran air bersih dari reservoir. Berikut peta pipa distribusi ditampilkan pada Gambar IV.2. 58 Gambar IV. 2 Peta Jalur Perpipaan Sumber: Hasil Analisis, 2024 59 IV.3.1 Sejarah Pendirian Program Pamsimas di Desa Langensari menyasar wilayah yang membutuhkan air bersih. Saat ini Pamsimas telah menyasar wilayah RW 06, RW 14, dan RW 15. Ketiga wilayah ini awalnya merupakan wilayah yang kesulitan air khususnya pada musim kemarau. Sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar merupakan air yang berasal dari air tanah dengan memanfaatkan mesin pompa. Selain itu, masyarakat juga memanfaatkan air sumur timba dan mata air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian berbagai sumber air yang digunakan tersebut memiliki kekurangan masing-masing sehingga menyebabkan masyarakat memilih menggunakan Pamsimas. Selain alasan utama terjadi kekurangan air pada saat musim kemarau tiba, berbagai alasan lain menjadi latar belakang masyarakat memilih menggunakan Pamsimas. Misalnya masyarakat yang menggunakan air tanah sebelumnya merasa biaya pengeluaran yang dibutuhkan terlalu tinggi, atau masyarakat dengan sumur timba dan mata air membutuhkan lebih banyak tenaga dan waktu sehingga tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan air bersih sehari-sehari. Masalah kekurangan air khususnya pada musim kemarau yang dirasakan masyarakat tersebut menjadi latar belakang disediakannya Program Pamsimas di Desa Langensari. Pada awalnya Desa Langensari juga mendapatkan bantuan penyediaan air bersih melalui program PNPM (Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan). Program tersebut mendapatkan anggaran yang cukup besar dan menyasar wilayah yang sama yaitu RW 06, RW 14, dan RW 15. Namun demikian menurut masyarakat dan pengelola Pamsimas saat ini program PNPM tidak berjalan dengan baik bahkan infrastruktur yang dibangun tidak digunakan dan terlantar. Akhirnya program PNPM tidak sukses dijalankan sehingga masalah kekurangan air bersih masih terjadi di ketiga RW tersebut. Atas dasar tersebut maka masyarakat desa berinisiatif mengajukan permohonan bantuan air bersih melalui pemerintah desa. Setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah desa berupa program Pamsimas ini. 60 Program Pamsimas ini merupakan program bantuan dari pemerintah dalam pemenuhan air bersih kepada masyarakat yang mengalami kesulitan akses terhadap air bersih, khususnya menyasar wilayah pedesaan. Program ini hadir di pedesaan dengan harapan masyarakat desa secara mandiri dapat mengelola program tersebut secara berkelanjutan.