1 4 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan sistematika dari keseluruhan rencana penelitian meliputi: latar belakang pemilihan tema dan judul penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat dan ruang lingkupnya. I.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta Tahun 2021-2030 diarahkan sebagai kawasan metropolitan, yaitu Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) yang memiliki arahan pengembangan sebagai pusat distrik bisnis dan pusat pemerintahan. Menurut Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka 2024 tercantum data jumlah penduduk DKI Jakarta pada tahun 2024, yaitu berjumlah 11.436.004 jiwa yang memiliki rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,92% per tahun, dengan kepadatan rata-rata di DKI Jakarta Tahun 2024 sebesar 15.978 jiwa/km2, dimana kepadatan tertinggi berada di Kota Jakarta Pusat dengan tingkat kepadatan sebesar 22,439 jiwa/km2 (BPS DKI JAKARTA, 2024). Pertumbuhan populasi yang masif menimbulkan sejumlah permasalahan yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup, munculnya kawasan-kawasan kumuh dengan hunian tidak layak, kemacetan lalu lintas, polusi udara yang kian memburuk, kesehatan yang menurun yang kemudian berdampak pada kualitas hidup penduduk perkotaan (Harahap, 2013). Pada tahun 2024, perbandingan jumlah kendaraan bermotor dan jumlah penduduk DKI Jakarta ialah 2:1. Menurut (BPS DKI JAKARTA, 2024), jumlah kendaraan bermotor di DKI Jakarta pada tahun 2024 sebanyak 24.356.669 unit, sedangkan jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2024 sebanyak 11.436.004 jiwa. Dalam hal ini, jumlah kendaraan melebihi jumlah penduduk kota Jakarta. Berdasarkan (Tomtom, 2024), DKI Jakarta menempati urutan ke-30 dari 387 kota yang diukur dari 58 negara di enam benua. Kemacetan menimbulkan kerugian multidimensi, yakni kerugian waktu dan ekonomi, timbulnya penyakit pernapasan akibat 2 berlebihnya asap kendaraan, dan meningkatkan emisi karbon yang berdampak buruk terhadap lingkungan hidup juga memengaruhi kualitas hidup penduduk. Dalam jurnal Are all Transit Station Equal and Equitable. Calculating Sustainability, Livability, Health, & Equity Performance of Smart Growth & Transit-Oriented-Development (TOD) oleh Appleyard et al (2019) terdapat hubungan antara TOD terhadap kualitas hidup masyarakat di Amerika. Beberapa poin yang dirangkum, TOD dapat menurunkan penggunaan kendaraan pribadi secara drastis dan menaikkan minat masyarakat untuk berjalan kaki sebesar 14,22%, bersepeda sebesar 2,64%, dan menggunakan transportasi massal sebesar 6,49%, serta turunnya penggunaan kendaraan pribadi sebesar 19,9%. Hal tersebut secara tidak langsung memiliki dampak terhadap ekonomi, yaitu turunnya pengeluaran rumah tangga untuk transportasi massal sebesar 10,6%. TOD juga berdampak pada iklim dan kualitas udara, yaitu turunnya gas emisi transportasi sebesar 3,84 ton gas rumah kaca per tahun. Menurut penelitian Guo & Schneider (2010) produktivitas dan kepuasan hidup manusia meningkat ketika mereka tak perlu menghabiskan banyak waktu melakukan perjalanan komuter, alias pulang- pergi rumah ke kantor. Konsep kualitas hidup memiliki berbagai macam variasi definisi yang hampir sama. Penelitian yang ditemukan bahwa konsep kualitas hidup didefinisikan tergantung dari cara pandang masing-masing orang. Menurut Hornquist (1982) menyatakan konsep kualitas hidup sebagai suatu payung yang memayungi variasi konsep fungsional, status kesehatan, persepsi, kondisi kehidupan, gaya hidup, dan kebahagiaan. Istilah kualitas hidup dalam konteks definisi tentang sehat menurut Shiovitz-Ezra et al (2009) yaitu suatu kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial individu. Penggunaan konsep kualitas hidup digunakan untuk mengukur atau menentukan kualitas hidup individu yang dapat ditentukan dari berbagai macam indikator obyektif, subyektif, dan sosial. Konsep kualitas hidup menjadi bagian penting dalam pelayanan masyarakat, dengan semakin berkembangnya kota, kesejahteraan masyarakat atau penduduk menjadi pertimbangan yang penting ketika 3 menggunakan fasilitas atau infrastruktur yang telah disediakan dan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam konteks ini, konsep transit-oriented development (TOD) muncul sebagai strategi untuk mengatasi permasalahan perkotaan karena dianggap dapat berkontribusi untuk mewujudkan pola transportasi berkelanjutan, penurunan emisi, dan meningkatkan konektivitas regional (Ibrahim et al., 2022). Implementasi konsep TOD di Indonesia sudah diatur oleh Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Berorientasi Transit, yang menjelaskan bahwa prinsip TOD mewujudkan kawasan campuran serta kawasan padat dan terpusat yang terintegrasi dengan sistem transportasi massal yang terdiri atas pengembangan kawasan dengan mendorong mobilitas berkelanjutan melalui peningkatan penggunaan angkutan umum massal dan pengembangan fasilitas lingkungan untuk moda transportasi tidak bermotor dan pejalan kaki yang terintegrasi dengan simpul transit (Permen ATR BPN No.16 Tahun 2017). Peningkatan kualitas hidup merupakan salah satu tujuan utama dalam pengembangan kawasan berorientasi transit, dimana pengembangan TOD yang berhasil tidak akan mengorbankan kualitas hidup penduduk (Khalil, 2012). Dengan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk di kawasan TOD dengan membandingkan tempat tinggal mereka. I.2 Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang di atas, penelitian ini berfokus pada identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup penduduk di kawasan berorientasi transit (TOD) di DKI Jakarta, mengingat kompleksitas permasalahan perkotaan seperti kemacetan, polusi udara, dan penurunan kualitas lingkungan hidup yang dihadapi oleh wilayah metropolitan ini. Mengingat luasnya lingkup permasalahan dan keterbatasan waktu, penelitian dibatasi pada lokasi kawasan TOD di DKI Jakarta yang paling representatif dan memiliki implementasi TOD yang cukup berkembang serta kawasan TOD yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DKI Jakarta. Juga melakukan penelitian di kawasan Non TOD sebagai 4 pembanding antar dua kawasan. Pembatasan ini dilakukan untuk memastikan hasil penelitian yang lebih terfokus dan mendalam terkait kawasan TOD serta relevan dengan kebijakan dan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. Sehingga menciptakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik penduduk kawasan TOD dan Non TOD di DKI Jakarta. 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kualitas hidup dinilai berdasarkan literatur yang ada. 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penduduk kawasan TOD dan Non TOD di DKI Jakarta.