11 Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini akan menjelaskan tentang review literatur mengenai topik air bersih, sistem penyediaan air bersih yang melibatkan partisipasi masyarakat, serta tinjauan atas studi-studi sebelumnya yang menjadi referensi dalam penentuan kriteria dan indikator untuk menilai keberlanjutan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat. II.1 Perkembangan Wilayah Dan Kebutuhan Air Bersih Perkembangan wilayah perkotaan berkaitan erat dengan urbanisasi. Proses urbanisasi yang cepat terjadi sebagai respons terhadap perubahan ekonomi dan sosial yang cepat di negara-negara dengan populasi besar seperti India, Cina, dan Indonesia. Urbanisasi memiliki dampak besar terhadap siklus air hidrologi, mulai dari meningkatnya air limpasan akibat bertambahnya area kedap air yang menyebabkan degradasi saluran air hingga meningkatnya permintaan air untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah Malano dkk., (2014). Telah diakui secara luas bahwa penyediaan akses yang baik terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi merupakan faktor kunci dalam meningkatkan kesehatan dan pembangunan suatu negara atau wilayah. Kesehatan dan produktivitas masyarakat merupakan hasil langsung dari kesehatan umum penduduk. Namun, ada perbedaan yang signifikan antara negara industri dan negara berkembang dalam hal akses terhadap pasokan air bersih dan sanitasi. Masalah ini terutama mencuat di periferi perkotaan di kawasan metropolitan negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 780 juta individu masih belum terlayani oleh akses air minum yang aman (WHO, 2012). Air bersih adalah kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, dan kemampuan untuk mengaksesnya dianggap sebagai hak asasi manusia menurut (United Nations, 2011). Lalu menurut (Maslow, 1994) kebutuhan terhadap air bersih bagi manusia termasuk kedalam kebutuhan fisiologis. Menurutnya kebutuhan fisiologis merupakan yang paling kuat dari semua kebutuhan. Pemenuhan akses kebutuhan air bersih merupakan salah satu unsur untuk mewujudkan kota layak huni dalam perencanaan perkotaan Sheikh & van Ameijde (2022). 12 Penyediaan infrastruktur air bersih di daerah peri-urban masih sangat terbatas. Masyarakat di wilayah peri-urban memenuhi kebutuhan air dengan menggunakan sistem komunal atau individual Humaira (2013). Karena sistem komunal dan individual umumnya tidak menerapkan sistem tarif air yang layak, maka penggunaan air di daerah pinggiran kota pada umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang dilayani oleh PDAM. Sebaliknya, kekurangan air akan terjadi pada komunitas atau masyarakat yang memiliki sumber air namun tidak memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Badan-badan penyedia layanan pemerintah dan perusahaan swasta sering kali tidak memiliki insentif keuangan untuk menyediakan air bagi kawasan peri urban yang miskin karena investasi keuangan dan infrastruktur yang besar di awal serta tanpa adanya jaminan pemulihan biaya. Oleh karena itu, badan-badan utilitas swasta dan publik cenderung memilih kawasan perkotaan daripada daerah pedesaan maupun daerah pinggiran kota Adams & Zulu (2015). Penyediaan layanan air minum dan sanitasi bagi kota dan daerah pinggiran kota dicirikan oleh dinamika yang tidak menentu, yaitu dimensi sosial, teknologi, dan ekologi/hidrologi yang saling terkait dengan air minum dan sanitasi di daerah pinggiran kota. Wilayah peri-urban sering dijumpai tidak memiliki saluran air bersih dan saluran pembuangan Malano dkk., (2014). Ketahanan infrastruktur air merupakan tantangan yang signifikan bagi ketersediaan air di negara-negara berkembang, dan kombinasi keduanya dapat mengakibatkan marjinalisasi Adeyeye dkk., (2020). Tata kelola yang kompleks, kekurangan keterampilan dan kompetensi, sumber daya dan kemampuan keuangan yang terbatas, infrastruktur yang usang, dan tindakan sosial seperti pencurian dan perusakan berarti bahwa pemerintah kota harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan air. A. Air Bersih dalam Klasifikasi Barang Dalam proses pembangunan, pemerintah bertanggung jawab akan pengadaan barang yang nanti akan dimiliki baik secara publik ataupun privat, maka penting untuk mengetahui klasifikasi dari tipe barang yang akan diadakan. Klasifikasi dari tipe barang sendiri sering digunakan untuk mengetahui siapa yang dapat 13 menggunakan dan mendapat manfaat dari barang maupun jasa, siapa yang harus membayar untuk mendapatkan barang maupun jasa, siapa dapat menyediakan barang maupun jasa, dan eksternalitas apa yang akan terjadi dari penggunaan barang maupun jasa. Menurut (Ostrom dkk, 1994), klasifikasi dari tipe barang terdiri atas Common Pool Resource, Private Good, Public Goods, dan Joint Toll Goods. Masing-masing tipe barang tersebut memiliki sifat dalam penggunaannya, di mana skema penggunaan dari tipe-tipe barang seringkali digunakan untuk mempermudah pengertian dan pemahaman dari sifat penggunaan tipe barang. Berikut merupakan gambar yang memuat skema dari sifat penggunaan masing- masing tipe barang: Gambar II. 1 Air Dalam Klasifikasi Barang (Hess, C dan Ostrom, 2003) Berdasarkan Gambar 2.1 tersebut, dapat diketahui bahwa barang dan jasa memiliki sifat dan persaingan dalam penggunaan sebagai berikut: 1) Common Pool Resource (CPR) Common Pool Resource (CPR) didefinisikan sebagai sistem alam atau buatan manusia yang sangat besar yang memiliki dua sifat utama, yaitu pembatasan akses bagi pengguna manfaat yang rendah dan potensi pengurangan unit sumber daya yang tinggi (Ostrom dkk, 1994). Akibatnya, Common Pool Resources (CPR) mengalami penurunan jumlah unit sumber daya yang tersedia karena penggunaan oleh satu individu akan mengurangi jumlah unit sumber daya yang tersedia bagi individu lainnya (Ostrom dkk, 1994). Alam memiliki 14 CPR dalam jumlah yang besar dan luas, melibatkan berbagai macam aktor dalam penggunaannya dan upaya untuk mengecualikan pengguna berpotensi membutuhkan biaya. Oleh karena itu, CPR tidak terlepas dari sifat persaingan dan pembatasan akses dalam penggunaan sebagai barang. CPR pada dasarnya merupakan sumber daya bebas dan terbuka, sehingga dapat diakses oleh siapapun (open access) serta tidak ada yang dapat melarang atau membatasi orang lain untuk menggunakannya. Contoh dari CPR adalah sistem irigasi, cekungan air tanah, hutan, ikan di laut, padang rumput dan internet (Ostrom, 2000). Sementara itu, unit sumber daya CPR adalah seperti air bersih, kayu, makanan ternak, information bits (Ostrom, 2000). Akibat terbukannya akses untuk siapapun, CPR seringkali memiliki risiko untuk terdegradasi dalam jumlah ketersediannya dan dapat mendorong terjadi tragedi sumber daya bernama Tragedy of the Commons (Hardin, 1968). 2) Private Goods Private Goods adalah barang yang dimiliki oleh pihak swasta yang dapat berbentuk lembaga atau individu. Dalam penggunanan Private Goods terdapat sifat persaingan yang tinggi dan ada yang dapat melarang atau membatasi pihak luar untuk mengaksesnya. Contoh dari Private Goods adalah pakaian, rumah, kendaraan pribadi, dan barang lainnya dengan pembiayaan pribadi. 3) Public Goods Public Goods adalah barang yang dimiliki oleh masyarakat keseluruhan secara umum (publik) dan penyediaanya pemerintah dan publik. Dalam penggunanan Public Goods tidak terdapat sifat persaingan dan tidak ada yang dapat melarang atau membatasi pihak luar untuk mengaksesnya. Contoh dari Public Goods adalah pertanahan negara, jembatan, jalan dan fasilitas umum lainnya yang disediakan pemerintah untuk kepentingan publik dengan uang pajak. 4) Joint Toll Goods Joint Toll Goods adalah barang yang dikonsumsi oleh sekelompok orang atau dapat juga disebut sebagai barang komersial, di mana orang-orang yang menggunakannya harus membayar. Dalam penggunanan Joint Toll Goods tidak terdapat sifat persaingan yang tinggi dan ada yang dapat melarang atau membatasi pihak luar untuk mengaksesnya. Contoh dari Joint Toll Goods 15 adalah TV kabel, Valet Parking, bioskop dan barang lainnya yang digunakan secara bersama dan berbayar menggunakan user fees/charges. II.2 Penyediaan Air Bersih A. Sistem Infrastruktur Air Bersih Manajemen sumber daya air bersih penting untuk memastikan masyarakat dapat mengaksesnya dengan efektif. Komponen fisik infrastruktur air bersih meliputi sumber air, sistem transmisi, proses pengolahan, jaringan distribusi dan pengguna akhir. Sumber air bisa berupa sistem pengambilan langsung atau memiliki fasilitas pengolahan terintegrasi.