181 Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Pada tahun 2020, pemakaian listrik total di lima Provinsi di Kalimantan sebesar 11.534 GWh. Pemakaian listrik didominasi oleh sektor rumah tangga dengan persentase 60,3%, sementara pemakaian listrik oleh sektor yaitu bisnis/komersil, industri, dan sosial masing-masing sebesar 20,92%, 9,65%, dan 9,12%. Suplai listrik di lima Provinsi di Kalimantan sekitar 54,08% berasal dari PLTU. Jenis pembangkit lain yang juga mensuplai energi listrik di Kalimantan antara lain PLTD (16,44%), PLTMG (16,14%), PLTG (10,59%), serta pembangkit lain seperti PLTA, PLTMH, dan PLTS hingga 100%. Adapun total suplai listrik yang dibangkitkan oleh pembangkit-pembangkit yang ada sebesar 9.535,8 GWh. Selain itu, dilakukan impor listrik dari Sistem Sewarak 180 MW, atau sekitar 1261 GWh. Dengan demikian terjadi defisit listrik sebesar 736,8 GWh Pada penelitian ini, rencana pemenuhan kebutuhan listrik dilakukan dengan metode sistem dinamik menggunakan bantuan software Vensim PLE 9.3.4. Simulasi dilakukan dengan kombinasi skenario demand dan supply pada kondisi baseline (Skenario 1) dan intervensi (Skenario 3). Sedangkan simulasi kondisi intervensi adalah simulasi demand Skenario 2 dan supply dengan mempertimbangkan penurunan emisi dari sektor pembangkit termasuk PLTN (Skenario 4). Berdasarkan hasil simulasi model dinamik yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa pada Skenario 2 terjadi penurunan total emisi CO 2 dalam jumlah yang signifikan dibandingkan pada Skenario 1. Nilai total emisi CO 2 pada Skenario 2 berkisar kurang dari 4 juta ton, atau hanya 11% dari total emisi CO 2 pada Skenario 1. Hal yang serupa terjadi pada Skenario 4, dimana terjadi penurunan yang signifikan pada total emisi CO 2 dibandingkan pada Skenario 3. Nilai total emisi CO 2 pada Skenario 4 berkisar kurang dari 6 juta ton, atau hanya 9% dari total emisi CO 2 pada Skenario 3. Selain penurunan gas rumah kaca, upaya penurunan emisi dari sektor pembangkit dengan bauran PLTN dan pembangkit ramah lingkungan lainnya di lima Provinsi di Kalimantan dapat berpotensi menurunkan emisi pencemar udara akibat 182 pembakaran bahan bakar fosil di sektor pembangkit listrik. Emisi SO2 pada Skenario 2 dan 4 mengalami penurunan yang besar dengan total emisi SO 2 hanya berkisar 4 – 5% dari total emisi SO 2 pada Skenario 1 dan 3.