1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pemilihan moda adalah model penting dalam proses perencanaan transportasi angkutan umum. Model transportasi digunakan untuk memprediksi permintaan masa depan untuk moda transportasi tertentu berdasarkan karakteristik individu dan lingkungan perjalanan (Hamadneh & Jaber, 2023). Dalam perjalanan antarkota, penting untuk mempelajari secara menyeluruh faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan moda, termasuk karakteristik pengguna dan moda. Hal ini diperlukan agar pihak terkait dapat mengembangkan sistem transportasi umum yang sesuai dengan kebutuhan (Mukti, 2001). Dalam dunia transportasi, pemilihan moda yang tepat untuk menyediakan layanan transportasi yang efisien dan efektif di suatu wilayah merupakan isu penting yang sangat memengaruhi mobilitas penduduk dan perkembangan infrastruktur transportasi. Pulau Sulawesi, sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki mobilitas pergerakan yang tinggi, memerlukan infrastruktur transportasi yang mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan perkotaan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mengembangkan lintasan kereta api di Pulau Sulawesi. Jalur kereta api Trans Sulawesi adalah sistem rel yang dibangun dengan maksud untuk memfasilitasi pergerakan pelaku perjalanan dan menghubungkan berbagai wilayah penting dengan target pembangunan jalur sepanjang 2.000 km yang membentang dari Kota Makassar hingga ke Kota Manado. Berdasarkan Perpres Nomor 58 Tahun 2017, pembangunan Jalur Kereta Api Trans Sulawesi ini masuk dalam Proyek Strategis Nasional, serta melalui Peraturan Menko Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015, masuk dalam Proyek Infrastruktur Prioritas. Proyek yang digarap dengan APBN dan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pembangunan tahap awal jaringan jalur kereta Trans Sulawesi ini dilakukan pada tahun 2015 yaitu lintas Kota Makassar hingga ke Kota Parepare yang dibangun sepanjang 145 km, melalui Makassar–Maros– Pangkep–Barru–Parepare. Kota Makassar dan Kota Pare-Pare merupakan dua kota besar di Provinsi Sulawesi Selatan yang telah berkembang sebagai pusat pertumbuhan dan pergerakan ekonomi (Yani, 2021). Keterkaitan hubungan antara Kota Makassar dan Kota Parepare memiliki potensi besar dalam memicu pergerakan (Septi et al., 2014). Kebijakan infrastruktur pembangunan jalur Kereta Api Trans Sulawesi yang dimulai pada tahap pertama yaitu dari Kota Makassar sampai ke Kota 2 Pare-Pare ini memberikan opsi tambahan angkutan umum para pelaku perjalanan yang ingin melakukan perjalanan. Untuk itu, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi moda pelaku perjalanan antara bus dan kereta api antar kota Makassar dan kota Pare-Pare. Apakah dengan pembangunan lintasan Kereta Api Makassar-Parepare ini perferensi pelaku perjalanan akan tetap memilih moda bus atau moda kereta api dalam melakukan perjalanan antar kota dengan mencari tahu faktor-faktor yang memengaruhi pilihan moda transportasi oleh pelaku perjalanan, dimana dalam literatur penelitian ini telah dilakukan dibeberapa negara, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Roza dkk. (2017) di Negara Malaysia, yang menemukan bahwa pengurangan waktu perjalanan dan biaya perjalanan yang sama pada bus dan kereta api tidak selalu menghasilkan persentase perubahan moda yang setara. Pengguna bus cenderung kurang responsif terhadap penurunan waktu perjalanan dan biaya perjalanan pada kereta api. Meskipun pihak penyedia jasa kereta api telah berupaya meningkatkan pelayanan dengan investasi besar untuk memangkas waktu perjalanan total, termasuk mengurangi waktu perjalanan, waktu tunggu, dan waktu berhenti. Sebaliknya, pengguna bus antarkota lebih cenderung merespons dengan kekhawatiran terhadap peningkatan biaya dan waktu perjalanan pada bus. Selanjutnya penelitian oleh Hensher dan Rose (2007) yang menemukan bahwa pelaku perjalanan yang ingin melakukan perjalanan dengan tujuan luar kota lebih cenderung memilih alternatif kereta ringan atau kereta berat yang baru, dimana responden lebih sensitif terhadap waktu perjalanan ketika menggunakan angkutan umum. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Rosyid dkk. (2021) pada rute Surabaya-Jakarta, menemukan bahwa semakin besar selisih tarif antara moda kereta api dan bus, semakin besar peluang terpilihnya moda bus. Namun, jika selisih tarif lebih besar, peluang terpilihnya moda kereta api dapat meningkat dengan menyesuaikan tarifnya. Begitupun dengan selisih waktu tempuh dimana semakin besar selisih waktu tempuh perjalanan antara moda kereta api dan bus, maka semakin besar peluang terpilihnya moda bus. Namun, jika selisih waktu tempuh lebih besar, maka peluang terpilihnya moda kereta api dapat meningkat dengan menyesuaikan waktu tempuhnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi moda pelaku perjalanan terhadap pilihan moda transportasi antara bus dan kereta api dari Kota Makassar ke Kota Pare- Pare dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan moda, khususnya travel time (waktu perjalanan) dan travel cost (biaya perjalanan). Dimana, Kedua faktor ini mudah diukur dan datanya tersedia, yang memungkinkan analisis yang lebih akurat dan jelas. 3 Dengan fokus pada dua faktor ini, hasil penelitian akan relevan dan berguna untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan transportasi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perbedaan tarif dan waktu tempuh memiliki dampak yang signifikan terhadap preferensi moda transportasi pelaku perjalanan. Faktor-faktor tersebut menjadi kunci dalam pengambilan keputusan pelaku perjalanan karena mereka cenderung mencari moda transportasi yang efisien secara waktu dan ekonomis. I.2 Rumusan Masalah Dengan adanya angkutan umum baru yaitu kereta api di wilayah Sulawesi Selatan terkhusus untuk rute Kota Makassar ke Kota Pare-Pare maka pilihan moda masyarakat bertambah. Dimana, sebelum adanya angkutan umum moda kereta api masyarakat yang ingin melakukan perjalanan menuju ke Kota Pare-Pare hanya dihadapkan oleh angkutan umum moda bus. Sehingga, muncul pertanyaan yaitu Bagaimana preferensi pilihan moda pelaku perjalanan antara bus dan kereta api antar kota Makassar dan kota Pare-pare di wilayah Sulawesi Selatan. I.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui preferensi moda pelaku perjalanan antara bus dan kereta api antar kota Makassar dan kota Pare-pare. Kemudian, untuk sasaran dari penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi karakteristik pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan umum antara bus dan kereta api antar kota Makassar-Parepare. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi moda pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan umum antara bus dan kereta api antar kota Makassar- Parepare. 3. Mengidentifikasi probabilitas pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan umum antara bus dan kereta api. I.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut. 4 I.4.1 Manfaat Akademik Hasil yang diharapkan dari penelitian ini agar dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu perencanaan transportasi khususnya yang terkait dengan penelitian mengenai preferensi moda antara bus dan kereta api (studi kasus: Makassar-Parepare), dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian terkait. a) Untuk peneliti, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk pengembangan kajian yang terkait dengan preferensi moda antara bus dan kereta api (studi kasus: Makassar-Parepare). b) Untuk mahasiswa, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan untuk memperkaya informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pelaku perjalanan dalam memilih moda angkutan umum, terutama setelah adanya pembangunan Kereta Api Makassar-Parepare.