17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu dan studi literatur yang berkaitan dengan kajian yang dilakukan dalam penelitian ini terutama yang membahas pengendalian banjir di Kota Semarang khususnya Sungai Babon. Hasil dari studi literatur dan penelitian terdahulu yang mendukung terhadap kajian ini adalah sebagai berikut : 1. PT. Tuah Agung Anugrah. (2017). Detail Desain Pengendalian Banjir Sistem Dolok Penggaron. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari kajian ini yang terkait dengan Sungai Babon adalah : a. Beberapa upaya pengendalian banjir di wilayah Sistem Dolok Penggaron, sebagaimana dirumuskan dalam perencanaan sebelumnya sebagian telah diimplementasikan antara lain melalui perbaikan alur perkuatan tebing Kanal Banjir Timur, Sungai Babon, Sungai Dombo Sayung, Sungai Dolok, Pembuatan Waduk di Hulu Sungai Dolok, Kolam Retensi di Sungai Penggaron, dan pembangunan infrastruktur lainnya. b. Kondisi Sungai-sungai yang berada pada Sistem Dolok Penggaron antara lain saat ini mengalami penurunan fungsi, pendangkalan/sedimentasi dan pemanfaatan sempadan sungai sehingga mengurangi kapasitas pengaliran pada Sistem Dolok Penggaron. c. Pada Sungai tersebut juga mengalami peningkatan debit akibat perubahan tata guna lahan yang berubah di daerah tangkapan air, mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan yang diikuti peningkatan laju sedimen serta pemeliharaan belum memadai. 2. SID Pengendalian Banjir Sungai Sayung. (2020). Kegiatan ini bermaksud untuk menyusun konsep penanganan banjir yang terjadi di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak namun juga membahas Sungai Babon dengan kesimpulan sebagai berikut. 18 a. Sungai yang berpengaruh terhadap kondisi hidrologi kawasan yang terdampak banjir rob adalah Kali Kaidin, Kali Layur dan Saluran Ngepreh. Di samping itu terdapat Sungai Babon dan Sungai Sayung dimana apabila terjadi pasang tertinggi dan banjir pada waktu bersamaan akan melimpas ke kawasan sriwulan. b. Diperlukan normalisasi sungai babon dan sungai sayung untuk meningkatkan kapasitas tampungan Sungai Babon. 2.2 Analisis Topografi Analisis topografi dan pemetaan pada kajian ini dimaksudkan untuk memperoleh peta situasi detail, penampang memanjang dan melintang pada lokasi sungai yang telah ditentukan yang selanjutnya digunakan untuk memperkirakan rencana pengendalian banjir. Hasil analisa kemiringan lahan menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah DAS Babon berada pada kemiringan datar dan landai. Analisis data topografi menggunakan bantuan software ArcGIS untuk mendapatkan peta yaitu diantaranya peta topografi dan peta tutupan lahan. 19 Gambar 2. 1 Peta Topografi DAS Babon 20 Gambar 2. 2 Peta tutupan lahan DAS Babon 2.3 Analisis Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannnya, sifat – sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup (Triatmojo, 2009). Analisis hidrologi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran karakteristik hidrologi dan klimatologi pada daerah studi sebagai dasar analisa selanjutnya, dalam perhitungan 21 debit banjir rencana. Perhitungan debit banjir rencana mengacu pada SNI 2415:2016 mengenai Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana. 2.3.1 Data Hujan Yang Digunakan Berdasarkan data yang dimiliki pada penelitian ini, digunakan stasiun hujan yang masuk pada daerah pengaruh DAS Babon yaitu Stasiun Hujan Pucang Gading, Brumbung, dan Maritim Tanjung Mas dengan pencatatan data selama 20 tahun (1996-2015). 2.3.2 Data Meteorologi Data klimatologi pada daerah studi diambil dari Stasiun Klimatologi Tanjung Mas, data yang tersedia berupa data iklim sampai Tahun 2021 meliputi data temperatur, kecepatan angin, kecerahan matahari, kelembaban relatif. Selanjutnya dari data klimatologi yang tersedia digunakan untuk menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ET0). Nilai ET0 tersebut nantinya akan digunakan dalam perhitungan debit. 2.3.3 Uji Konsistensi Data 1. Uji Outlier Data outlier merupakan data yang keberadaan dan nilainya melenceng jauh dari kumpulan datanya, baik terlalu besar maupun terlalu kecil. Hal ini dapat terjadi akibat kesalahan pembacaan ataupun kerusakan alat dalam pengukuran data hujan. Uji outlier memerlukan nilai rata-rata dan standart deviasi dari data tersebut serta harga koefisien Kn sesuai tabel 1 (V.T Chow, 1988). dalam pembuatan batas ini kelompok data tersebut terlebih dahulu diubah menjadi bentuk logaritmik. Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: 1. Urutkan data hujan tahunan maksimum dari yang terbesar ke yang terkecil; 2. Hitung nilai Ln dari masing-masing data; 3. Hitung nilai rerata, standar deviasi (Stdev), koefisien komencengan (Cs) dan nilai Kn. Nilai Kn didapat dari tabel 1 berikut ini: 22 Tabel 2. 1 Nilai Kn untuk uji Outlier (Chow, 1988) 4. Hitung nilai ambang atas dan ambang bawah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Batas ambang atas = EXP(X_rt+Kn×Stdev) ..........................(2.1) Batas ambang bawah =EXP(X_rt-Kn×Stdev) ..........................(2.2) 5. Apabila nilai batas ambang atas ≤ nilai maksimum pada seri data tahunan dan nilai batas ambang bawah ≥ nilai minimum pada seri data tahunan, maka uji outlier dianggap memenuhi dan begitupun sebaliknya. 2. Uji Konsistensi Seri data hujan pada suatu stasiun tertentu tidak dapat langsung dianalisis karena ada kemungkinan data tersebut tidak panggah atau tidak konsisten. Data hujan tersebut harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kepanggahannya. Ketidakpanggahan data ditunjukkan dengan penyimpangan garisnya dari garis lurus.