Hasil Ringkasan
237 Bab VII Kesimpulan Berdasarkan perdebatan literatur terakhir, belum terdapat penelitian yang mampu menjelaskan dengan baik bagaimana hubungan struktur institusional yang lebih luas dan perilaku aktor terkait relasi kekuasaan yang menentukan proses pengembangan lahan skala besar. Kerangka teoretis dari pendekatan institusionalisme yang digunakan dalam menganalisis pengembangan lahan sebagian besar diturunkan dari cabang rational choice dan sociological institutionalism. Sementara itu, historical institutionalism yang memiliki peluang untuk memberikan kontribusi besar pada pemahaman kekuasaan politik belum banyak dikembangkan dalam kerangka teoretis dan model institusional pengembangan lahan. Melalui kerangka teoretis berdasarkan historical institutionalism dan three- dimensional power dari Steven Lukes yang dikembangkan untuk menghubungkan aspek individu dan struktural pada konteks pengembangan lahan skala besar, penelitian ini berhasil menunjukkan pengaruh dinamika kekuasaan internal aktor dan struktur institusional yang lebih luas terhadap proses pengembangan lahan skala besar. Penelitian ini mampu menjelaskan bagaimana para aktor menggunakan kekuasaan mereka untuk merancang dan mengubah institusi dan secara timbal balik bagaimana institusi-institusi tersebut menjadi tahan lama (path-dependent) dan melanggengkan kekuasaan eksklusif dalam pembangunan pengembangan lahan skala besar dari waktu ke waktu. Dampak yang berkelanjutan dan jangka panjang terhadap proses pengambilan keputusan dalam pengembangan lahan skala besar dapat terjadi karena beberapa aktor berusaha untuk mempertahankan kepentingannya di dalam tatanan institusional, khususnya ketika terjadi perubahan eksogen atau masa krisis. Selanjutnya, penelitian ini mengungkapkan bagaimana perubahan institusional dalam struktur yang lebih luas dan dalam konteks site pengembangan lahan skala besar saling terkait melalui relasi kuasa yang terbentuk di tingkat makro dan mikro. Terbukti bahwa proses perubahan institusional yang tersinkronisasi antara tingkat atau unit spasial yang berbeda terjadi karena adanya aktor-aktor pengembangan 238 lahan yang sama yang membangun jejaring kekuasaan, memegang peran kunci di berbagai tingkatan tersebut. Melalui kerangka teoretis dan analisis yang dihasilkan pada penelitian ini, beberapa kritik dan kekurangan pada penelitian terdahulu juga telah berhasil dijawab. Penelitian ini dapat menunjukkan dinamika relasi kekuasaan antaraktor dan konflik dalam perubahan institusional secara historis pada proses pengembangan lahan dari waktu ke waktu. Hal ini menjawab kritik terhadap penelitian terdahulu yang sebagian besar tidak mempertimbangkan elemen waktu. Selain itu, penelitian ini mampu melihat lebih jauh adanya dinamika perubahan kepentingan individu, perilaku oportunis, dan penggunaan kekuasaan secara aktif dari waktu ke waktu (adaptive interest/preference). Hal ini sebelumnya tidak dapat dijelaskan melalui kerangka teoretis dari pendekatan ekonomi politik maupun struktural yang menganalisis kekuasaan berbasis kelas atau kelompok, seperti kelas powerful melawan powerless atau kelompok pemodal melawan kelompok pekerja/masyarakat dalam pengembangan lahan. VII.1 Temuan Penelitian Penelitian ini menjelaskan pengaruh dinamika kekuasaan internal aktor dan perubahan struktur institusional terhadap proses pengembangan lahan skala besar melalui kerangka teoretis yang dihasilkan. Secara lebih detail, penelitian ini mengungkap bagaimana perubahan eksogen pada konteks struktural yang memengaruhi dan direspon dengan perubahan institusional oleh aktor (critical juncture), relasi kekuasaan antaraktor dalam perubahan institusional yang memengaruhi jalur pengembangan lahan skala besar (path dependence, incremental change), serta hasil dan dampak dari perubahan institusional yang path-dependent di sekitar pengembangan lahan skala besar. 1. Perubahan Institusional terkait Perubahan Eksogen dalam Pengembangan Lahan Skala Besar (Critical Junctures) Critical juncture merupakan momen krisis saat terjadi kekosongan, kehilangan legitimasi, atau kegagalan struktur ekonomi dan politik dalam memberikan solusi terhadap perubahan atau guncangan eksogen yang menjadi peluang bagi para aktor untuk merubah tatanan institusional yang akan memengaruhi jalur pembangunan. 239 (Capoccia dan Kelemen, 2007; Sorensen, 2018). Perubahan institusional yang terjadi pada momen tersebut melibatkan kontestasi gagasan dan kepentingan para aktor, sehingga sering kali melibatkan penggunaan kekuasaan dimensi ketiga. Gagasan yang lebih sesuai dengan struktur normatif dan kognitif akan dipilih oleh pengambil kebijakan karena lebih mudah dalam framing untuk tujuan diskursif (Campbell, 1997; Schmidt, 2008).