1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Agung merupakan gunung api aktif yang terletak di Provinsi Bali. Secara geografis, Gunung Agung terletak pada posisi 8.34° LS dan 115.51° BT. Erupsi pada 2017 – 2019 merupakan yang terbesar sejak 1963 - 1964, memberikan ancaman kepada 200,000 jiwa yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB), mengakibatkan 140,000 jiwa dievakuasi serta penutupan bandara di Denpasar, Lombok, Banyuwangi dan Jember (Syahbana dkk., 2019). Erupsi Gunung Agung pada 1963 merupakan satu dari sepuluh erupsi terbesar pada Abad ke-20 dengan Volcanic Explosivity Index (VEI) adalah 5, menyebabkan gumpalan awan setinggi 19- 26 km serta aliran piroklastik berupa lahar panas dan dingin sepanjang 10.5 – 14 km yang menewaskan lebih dari 1,000 jiwa (Kusumadinata, 1963). Gambar 1. 1 Erupsi pada 2017 – 2019 (a) Erupsi pada 26 November 2017 yang diamati dari Pura Besakih, (b) Erupsi 27 November 2017 yang diamati dari Pasar Culik, (c) Banjir debris di Sungai Yeh Sah 28 November 2017. (d) Perubahan morfologi Sungai Yeh Sah sebelum dan sesudah erupsi (Syahbana dkk., 2019 dan Google Earth, 2022). D C 2 Pasca erupsi terakhir Gunung Agung pada 13 Juni 2019, masih terdapat material hasil erupsi yang mengendap dengan total volume 886,100 m 3 yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya banjir debris pada 21 aliran sungai (Andaru dkk, 2021). Sungai Yeh Sah merupakan aliran sungai yang terdampak banjir debris paling parah pada erupsi 2017-2019 (Andaru dkk, 2021, Syahbana dkk., 2019). Banjir debris pada 27 November 2017 menghancurkan bangunan non permanen dan bangunan jembatan (check dam pelintas) di Desa Muncan, terjadinya erosi pada tebing sungai dan lahan warga dimana lebar sungai 6-8 m berubah menjadi 35-50 m (Andaru dkk, 2021, PVMBG dan BWS Bali-Penida, 2017). Gambar 1. 2 Sungai Yeh Sah pada DAS Unda (Sumber: KLHK, 2019) Sungai Yeh Sah merupakan sungai orde ke-3 pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Unda. Menurut Peraturan Menteri PUPR No. 04 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, DAS Unda berada pada Wilayah Sungai (WS) Bali- 3 Penida dimana merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat melalui Kementerian PUPR. BWS Bali-Penida selaku Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian PUPR pada 2020-2022 telah melakukan kegiatan pembangunan 1 unit check dam, 8 unit groundsill, rehabilitasi 1 unit check dam eksisting dan 1 unit check dam pelintas, pekerjaan perkuatan tebing serta normalisasi sungai. Gambar 1. 3 Penanganan Sungai Yeh Sah 2020-2022 (Atas) Situasi bangunan eksisting, 3 CD dan 8 GS (Bawah) Penampang memanjang eksisting (Hasil identifikasi dan BWS Bali-Penida, 2022). 4 Kemiringan dasar sungai yang curam pada ruas yang belum ditangani (> 0.059 atau dengan perbandingan vertikal : horizontal yaitu > 1 : 16.9 m), menjadikan dasar BWS Bali-Penida mengusulkan penanganan lanjutan (hulu bangunan eksisting). Penanganan yang diusulkan masih bersifat basic design (belum adanya kajian pasca erupsi 2017-2019) dengan pola penanganan seperti penanganan 2020-2022; normalisasi sungai dengan lebar 20 m serta pembangunan 6 unit check dam dan 6 unit groundsill. Penanganan ini diusulkan melalui kegiatan Pengendalian Lahar Gunung Agung dengan rencana anggaran bersumber dari dana loan JICA (Japan International Cooperation Agency). Gambar 1. 4 Survei lapangan BWS Bali-Penida, Bali Teknik Sabo dan JICA (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022) Karena penanganan lanjutan yang diusulkan masih bersifat basic design, JICA menyarankan agar dilakukan suatu kajian efektifitas usulan bangunan secara numerik, desain bangunan berdasarkan volume sedimen dan volume sedimen desain diestimasi dengan pertimbanan kejadian erupsi dan hujan yang terjadi. Oleh karena itu, kajian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi kepada BWS Bali-Penida mengenai jenis, jumlah, dimensi dan lokasi bangunan yang dibutuhkan, serta kemiringan dasar sungai yang akan dicapai di Sungai Yeh Sah. I.2 Identifikasi Masalah Kajian yang telah dilakukan oleh BWS Bali-Penida pada Sungai Yeh Sah saat penelitian ini dilaksanakan yaitu Studi Evaluasi Prasarana Pengendalian Lahar Gunung Agung di Kabupaten Karangasem pada 2015 dan Perencanaan Teknis Prasarana Pengendalian Lahar Gunung Agung di Kabupaten Karangasem pada 2016. Perencanaan yang dilaksanakan pada 2015 dan 2016 ini belum memiliki kajian debris akibat dari erupsi Gunung Agung pada 2017-2019 sehingga 5 kemampuan sungai saat banjir debris dan perubahan dasar sungai akibat erosi dan sedimentasi belum diketahui. Kajian Pengendalian Sedimen Sungai Yeh Sah pasca erupsi Gunung Agung perlu dilakukan untuk mengetahui perilaku sungai dengan melakukan simulasi- simuliasi sehingga dapat memberikan tambahan informasi kepada BWS Bali- Penida terkait efektifitas bangunan eksisting dan bangunan usulan yang bergunan untuk kegiatan perencanaan dan pelaksanaan, operasi serta pemeliharaan. I.3 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang perlu dikaji setelah melakukan pengamatan dan tinjauan Pustaka mengenai Sungai Yeh Sah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi kemiringan dasar Sungai Yeh Sah eksisting. Apakah diperlukan tambahan bangunan pengendali dasar sungai agar kemiringan dasar sungai stabil. 2. Apakah jumlah bangunan yang diusulkan yaitu 6 unit check dam dan 6 unit groundsill sudah sesuai dengan kaidah-kaidah teknis yang berlaku. 3. Berapa jumlah, tinggi, dan jenis bangunan apa yang dapat menampung sisa material erupsi Gunung Agung serta menstabilkan dasar sungai. Bagaimana jika diusulkan bangunan sabo dam. 4. Dimana lokasi bangunan usulan yang paling efektif. 5. Apa skenario usulan bangunan terbaik yang diperoleh dengan mempertimbangkan aspek keberlanjutan, operasi dan pemeliharaan. I.4 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini yaitu untuk mengkaji efektifitas pengendalian sedimen pada Sungai Yeh Sah terhadap aliran debris pasca erupsi Gunung Agung 2017-2019. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini meliputi: 1. Diperoleh hasil analisis hidrologi yang digunakan sebagai masukan dalam analisis hidraulika maupun analisis erosi dan sedimentasi; 2. Diperoleh hasil analisis regime sungai antara lain berupa keseimbangan kemiringan dasar sungai yang digunakan sebagai dasar dalam usulan penanganan lebih lanjut; 6 3. Mendapatkan hasil analisis berupa skenario bangunan terbaik yang diusulkan sebagai pengendali sedimen sisa material erupsi Gunung Agung serta bangunan yang dapat menstabilkan dasar sungai; 4. Mendapatkan perilaku sungai setelah dilakukannya usulan penanganan baik itu secara hidraulis maupun erosi dan sedimentasi akibat banjir debris. I.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tinjauan Pustaka berupa mempelajari studi-studi yang relevan dengan penelitian ini terutama terkait dengan banjir debris dan studi pendukung yaitu studi-studi terdahulu yang pernah dilakukan pada lokasi penelitian; 2. Mengumpulkan data topografi, data curah hujan, data geometri sungai, peta tata guna lahan, data hidrometri, data saat aliran debris, data sedimen dasar sungai, data tanah Harmonized World Soil Database (HWSD), dan data geometri bangunan di sungai; 3. Melakukan analisis topografi, hidrologi, hidraulika, dan karakterisik material aliran debris yang pernah terjadi; 4. Melakukan analisis regime sungai penentuan bangunan usulan. 5.